• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.10 Kerangka Pemikiran

Investor dalam berinvestasi pasti mengharapkan return yang maksimal. Tak hanya mempertimbangkan keuntungan dari perubahan harga saham namun juga investor harus mempertimbangkan risiko dari perubahan harga saham. Untuk itu investor dalam melakukan investasinya memerlukan informasi yang berkaitan dengan pergerakan harga saham agar dapat memilih harga saham yang layak untuk dipilih. Bagi para investor, informasi dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Salah satu cara untuk mengetahui reaksi investor terhadap informasi tersebut adalah dengan adanya perubahan harga saham. Harga saham akan berfluktuasi dan fluktuasi harga

41

saham tersebut bergantung pada informasi baru yang akan diperoleh. Di pasar modal, investor menghadapi kondisi information asymmetry dimana sebagian para pelaku pasar memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pelaku pasar lainnya dan hal itu akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian yang akan diterima.

Asymmetric information theory yang digagas oleh Arkelof (1970) dalam Prasetya (2012) yang menyatakan bahwa asimetris informasi merupakan perbedaan informasi yang didapat antara salah satu pihak dengan pihak lainnya dalam kegiatan ekonomi. Ketidakseimbangan informasi ini dapat terjadi karena beberapa hal seperti adanya asumsi dimana investor dan manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan dari pada yang dimiliki oleh investor. information asymmetry juga dapat terjadi jika sebagian investor mempunyai informasi lebih banyak dan yang lainnya tidak memilikinya atau informasi privat yang hanya dimiliki oleh investor-investor yang mendapat informasi saja (informed investor). Selain itu, information asymmetry juga dapat terjadi apabila saham perusahaan dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah dari nilai pasarnya.

Berdasarkan asymmetric information theory, informasi yang dimiliki oleh investor akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham yang akan diterima oleh investor tersebut. Apabila information asymmetry meningkat maka bid-ask spread pun akan naik sehingga akan meningkatkan retrun saham, karena kegiatan perdagangan yang berdasarkan informasi dapat mempengaruhi perbedaan antara bid dan ask, sehingga semakin tinggi atau besar informasi privat

yang dimiliki maka semakin besar bid-ask spread dan akan meningkatkan return saham yang akan diterima investor. Karena pihak yang memiliki informasi dapat lebih baik mengetahui kinerja perusahaan dan dapat lebih tepat dalam membuat keputusan berinvestasi dengan mamanfaatkan informasi yang ia miliki. Sehingga semakin banyak informasi yang diketahui oleh informed trader maka akan semakin menguntungkan bila uninformed trader tidak mengetahui informasi sebanyak yang dimiliki oleh informed trader. Dengan kata lain information asymmetry memiliki arah pengaruh positif terhadap return saham.

Ukuran (SIZE) perusahaan bisa diukur menggunakan total aktiva, penjualan atau modal perusahaan. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan. Semakin besar total aktiva semakin mampu perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin besar perusahaan menghasilkan laba, maka akan besar membagikan deviden. Selain itu, jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat dan tentu return juga akan meningkat Husnan (1993) dalam Adiwiratama (2012). Hal ini berarti SIZE perusahaan mempunyai hubungan positif dengan return saham.

Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya atas investasi yang dilakukan. Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total investasi asset. Semakin besar Return on Asset (ROA) maka menunjukkan semakin besar perusahaan mampu memberikan return saham atas investasi

43

berupa aset yang dimiliki. Ketika mengetahui besarnya Return on Asset (ROA), investor dapat menilai seberapa besar laba yang dapat dihasilkan dengan aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan Return on Asset (ROA) yang tinggi, menyebabkan permintaan terhadap saham perusahaan tersebut meningkat. Sesuai dengan hukum permintaan, maka semakin tinggi permintaan saham, semakin tinggi juga harga saham tersebut. Dan kenaikan harga saham itu menyebabkan kenaikan return saham juga. Dengan kata lain Return on Asset (ROA) memiliki arah pengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham.

Earning per Share (EPS) merupakan rasio keuangan yang digunakan investor untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki. Earning per Share (EPS) ini menunjukkan laba bersih perusahaan yang akan dibagikan kepada semua pemegang saham. Perkembangan Earning per Share (EPS) perusahaan yang tinggi akan mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengatur pengalokasian dana yang diperoleh secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka para investor dapat dengan mantap dan yakin bahwa perusahaan sangat potensial dan mempunyai prospek investasi yang sangat bagus dimasa yang akan datang. Maka dari itu tujuan investor untuk mendapatkan return yang tinggi dapat tercapai.

Semakin tinggi perubahan Earning per Share (EPS) akan menarik minat investor berinvestasi di perusahaan tersebut. Akibatnya permintaan akan saham tersebut akan meningkat dan harga saham juga ikut meningkat. Harga saham yang tinggi akan mendorong investor untuk menjual saham tersebut. Dan jika saham tersebut

terjual dengan harga yang tinggi maka investor akan mendapatkan return yang tinggi. Maka hubungan antara Earning per Share (EPS) dengan tingkat pengembalian saham memiliki arah pengaruh yang positif. Berdasarkan penjelasan kerangka pikir diatas maka dapat digambarkan kedalam model penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian

2.11 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan pada bagian di atas maka hipotesis penelitian ini adalah:

HoΌ : Information Asymmetry berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

HaΌ : Information Asymmetry berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Information Asymmetry (X1) Tingkat Pengembalian Saham (Y) SIZE (Ukuran Perusahaan)

(X2)

ROA (Return on Asset) (X3)

EPS (Earnings per Share) (X4)

45

Ho΍ : SIZE berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Ha΍ : SIZE berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

HoΎ : Return on Asset (ROA) berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

HaΎ : Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

HoΏ : Earning per Share (EPS) berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

HaΏ : Earning per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Hoΐ : Information Asymmetry, SIZE, ROA, EPS secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

Haΐ : Information Asymmetry, SIZE, ROA, EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

BAB III

Dokumen terkait