Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum umur rencananya tercapai. Secara umum, kerusakan perkerasan dapat digolongkan dalam 2 (dua) bagian, yaitu kerusakan fungsional dan kerusakan structural.
Kerusakan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan yang direncanakan, sedangkan kerusakan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan.
Kegagalan fungsional pada dasarnya tergantung pada derajat atau tingkat kekasaran permukaan, sedangkan kegagalan struktural disebabkan oleh kondisi lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan disekitarnya.
2.5.1 Model Dan Jenis Kerusakan Perkerasan Jalan. a Keretakan ( Cracking )
Keretakan yang terjadi pada perkerasan dapat berbentuk khusus atau memiliki pola tertentu, atau ada juga yang mempunyai bentuk sembarang. Keretakan dapat disebabkan oleh kerusakan struktural yang terjadi akibat berkurangnya daya dukung yang disertai dengan kerusakan / pecahnya material pada permukaan perkerasan.
Apabila keretakan tersebut dibiarkan dalam jangka waktu yang lama dan keretakan yang terjadi cukup besar, maka akan menimbulkan kerusakan pada lapisan dibawahnya, sehingga dapat menimbulkan kegagalan structural
Keretakan yang terjadi pada perkerasan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai dengan bentuk kerusakannya seperti yang diuraikan sebagai berikut :
- Retak Garis atau Retak Halus
Keretakan ini terjadi karena bahan perkerasan yang digunakan kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil, adanya pergeseran horizontal pada kedua sisi jalan dan akibat beban lalu lintas yang terlalu besar.
Retak ini dapat berbentuk melintang dan memanjang seperti pada gambar 2. 6, dimana retak melintang terjadi pada arah memotong sumbu jalan dan dapat terjadi pada sebagian atau seluruh lebar jalan, sedangkan untuk retak memanjang terjadi pada arah sejajar sumbu jalan biasanya pada jalur roda kendaraan atau sepanjang tepi perkerasan atau sambungan pelebaran.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.6. Retak memanjang dan melintang
Retak garis ini dapat meresapkan air ke dalam lapisan perkerasan, dan apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah seperti lubang – lubang atau amblas.
- Retak Rambut ( Hair Cracks ) dan Retak Kulit Buaya ( Alligator Cracks) Terjadi diawali dengan timbulnya retak halus menyerupai rambut yang timbul akibat gerakan menyamping dari perkerasanyang sedang digilas / dipadatkan dengan alat steel wheel roller. Bentuk retakan yang terjadi tidak beraturan dan saling berpotongan dengan lebar retakan < 2 mm, seperti pada gambar 2.7.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.7. Retak rambut dan retak kulit buaya
Untuk retak dengan lebar retakan > 2 mm disebut retak kulit buaya, dimana retakan saling berangkai membentuk rangkaian kotak – kotak kecil menyerupai kulit buaya. Retak ini terjadi disebabkan oleh konstruksi perkerasan tidak kuat mendukung beban lalu lintas yang ada, kelelahan permukaan perkerasan akibat beban lalu lintas, daya dukung tanah dasar yang kurang stabil serta pemadatan lapisan permukaan yang kurang baik.
Jika kerusakan ini dibiarkan, maka akan dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah seperti terjadinya lubang – lubang dan amblas pada lapisan perkerasan.
Retak rambut dan retak kulit buaya ini juga dapat ditimbulkan oleh lapisan base atau perletakan jalan yang tidak stabil akibat beban lalu lintas. Perlemahan ini terjadi karena melemahnya kelentingan pondasi, yang disebut juga keretakan fatique
( lelah ), yaitu keretakan yang timbul dari bagian bawah permukaan atau pada base stabilisasi dimana tegangan geser dan regangan di bawah roda sangat tinggi.
- Retak Susut ( Shrinkage Cracks )
Retak ini mempunyai pola retak seperti pola retak kulit buaya seperti pada gambar 2.8. tetapi tidak tampak berhubungan dengan deformasi permukaan dibandingkan dengan retak kulit buaya yang disebabkan oleh kelebihan penurunan lapisan aus ( wearing course ) pada subgrade yang tidak stabil, kerusakan ini juga dapat ditandai dengan retak yang saling bersambungan membentuk kotak – kotak besar dengan sudut tajam.
Keretakan terjadi akibat adanya perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi rendah, atau perubahan volume pada tanah dasar. Perubahan temperatur pada saat penambahan lapis permukaan membuat lapisan tidak terikat dengan baik dengan lapisan yang ada di bawahnya atau karena pengikat yang terlalu kaku membuat lapisan permukaan yang baru akan retak kembali akibat gaya kontraksi. Keretakan ini juga dapat dipengaruhi oleh penuaan bitumen pada permukaan lapisan aus.
Sumber : Pavement Guide Interactive
- Retak Refleksi ( Reflection Cracks )
Retak refleksi berupa adanya retak memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk kotak, seperti terlihat pada gambar 2.9, kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan ( overlay ) yang menggambarkan pola retak di bawahnya.
Keretakan ini juga didefenisikan sebagai keretakan permukaan perkerasan yang merefleksikan pola keretakan pada perkerasan dengan stabilitas semen atau kapur, ataupun pada perencanaan perkerasan beton yang terletak di bawah permukaan lapisan aus. Keretakan ini juga sebagai keretakan pada permukaan perkerasan overlay, yang merupakan refleksi dari bentuk keretakan, kerusakan celah pemutusan dan sambungan.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.9. Retak refleksi
Retak refleksi dapat terjadi akibat adanya retak pada perkerasan lama yang tidak diperbaiki dengan baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan, juga karena adanya gerakan vertikal / horizontal di bawah lapis tambahan sebagai akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang ekspansif. Kerusakan ini juga disebabkan oleh pergeseran pada lapisan bawah, baik akibat beban lalu lintas maupun perubahan temperatur atau gabungan keduanya.
- Retak Selip ( Slipaggge Cracks )
Merupakan keretakan pada permukaan aspal yang berbentuk bulan sabit ( crescent ), seperti pada gambar 2.10, Keretakan ini terjadi searah putaran roda atau ikatan antara lapisan permukaan dengan lapisan dibawahnya. Keretakan terjadi akibat jejakan roda karena tenaga pengereman / gaya gesek pada permukaan perkerasan.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.10. Retak selip
Hal ini biasanya disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dengan lapisan di bawahnya. Kurang baiknya ikatan lapisan dapat disebabkan adanya debu, minyak, air atau benda nonadhesif lain pada masa konstruksi, juga dapat disebabkan oleh pemberian tack coat atau prime coat dalam jumlah yang tidak tepat untuk merekatkan kedua lapisan. Retak ini juga dapat terjadi akibat terlalu banyaknya pasir dalam campuran lapisan permukaan, atau kurang baiknya pemadatan lapisan permukaan.
b. Kerusakan Tepi ( Egde Break )
Kerusakan terjadi pada bagian tepi lapisan perkerasan dan dapat terjadi pada sebagian atau sepanjang tepi perkerasan. Dapat dilihat pada gambar 2.11.
Kerusakan terjadi karena bagian tepi perkerasan sering dilalui kendaraan dan digunakan untuk tempat parkir serta kurang baiknya daya dukung bahu jalan karena bahu jalan terlalu rendah dan kurang padat sehingga bagian tersebut tergerus air yang mengalir pada bagian tepi perkerasan dan mengakibatkan kerusakan.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.11. Kerusakan tepi.
Jika kondisi ini dibiarkan, maka kerusakan akan menjalar ke bagian tepi jalan yang lain dan dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan dapat mengganggu strukrur jalan.
c. Alur ( Ruts )
Alur dapat didefenisikan sebagai deformasi atau kerusakan permanen pada permukaan aus dimana terlihat cekungan permanen pada jalur roda kendaraaan, seperti yang terlihat pada gambar 2.12. Alur dapat dibagi dua yaitu alur tanpa retak dan alur dengan retak.
Alur terjadi karena lapisan tanah dasar atau pondasi tidak kuat mendukung beban lalu lintas karena pengaruh dan jumlah beban lalu lintas yang melebihi jumlah dan beban rencana, perubahan sifat aspal akibat cuaca, dan stabilitas lapis permukaan tidak memenuhi syarat, karena campuran aspal yang kurang baik misalnya kadar aspal yang terlalu tinggi, jumlah filler yang terlalu banyak,
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.12. Alur
Jika alur yang terjadi dibiarkan maka akan terjadi alur dengan retakan yang dapat menimbulkan kerusakan yang lebih parah terutama pada musim hujan, seperti munculnya lubang – lubang pada alur.
d. Keriting ( Corrugations )
Keriting bisa terjadi pada setiap bagian permukaan jalan, dimana permukaan jalan tampak bergelombang atau keriting dengan arah tegak lurus sumbu jalan, seperti pada gambar 2.13.
Kerusakan terjadi karena adanya pergeseran bahan perkerasan jalan, lapis perekat antara lapis permukaan dan lapis pondasi kurang memadai. Juga ada pengaruh dari roda kendaraan terutama di daerah kendaraan sering mengerem atau menambah kecepatan, misalnya pada persimpangan jalan.
Jika dalam kondisi yang sangat parah maka dapat mempengaruhi kenyamanan berkendara dan dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.13. Keriting e. Lubang – lubang ( Potholes )
Ditandai dengan hilangnya bahan lapis permukaan dan membentuk lubang – lubang bulat seperti pada gambar 2.14, dan dapat terjadi pada setiap bagian permukaan jalan, lubang – lubang ini dapat meresapkan air ke dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan kerusakan jalan semakin parah.
Kerusakan ini terjadi akibat campuran material lapis permukaan yang kurang baik, sehingga ikatan antara agregat dan aspal mudah lepas, kerusakan ini juga merupakan perkembangan dari retak –retak yang tidak segera ditangani sehingga air meresap ke dalam lapis permukaan dan mengakibatkan terjadinya lubang – lubang.
Sumber : Pavement Guide Interactive
f. Jembul ( Shoving )
Lapis permukaan tampak menyembul ke atas permukaan di bandingkan dengan permukaan disekitarnya seperti pada gambar 2.15.
Kerusakan terjadi ditempat kendaraan sering berhenti atau ditepi perkerasan.
Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa retak dan hampir sama dengan keriting. Penyebab kerusakan hampir sama dengan keriting, dan juga dipengaruhi oleh beban kendaraan yang melebihi beban standar.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.15. Jembul g. Penurunan Setempat ( Deformation )
Penurunan setempat ditandai dengan terbentuknya cekungan besar pada permukaan jalan dan dapat terjadi disekitar alur roda atau ditepi perkerasan, seperti pada gambar 2.16.
Penurunan setempat dapat terjadi akibat daya dukung konstruksi jalan atau badan jalan tidak memadai atau menurun akibat pengaruh air, mutu bahan dan pekerjaan konstruksi perkerasan tidak seragam serta kurangnya dukungan samping dari bahu jalan karena konstruksi bahu jalan kurang padat, kerusakan ini akan diikuti dengan retak – retak disekitar lokasi penurunan dan dapat meresapkan air yang bisa mengakibatkan kerusakan yang lebih parah.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.16. Penurunan setempat h. Pelepasan butiran ( Ravelling )
Merupakan pemisahan agregat ukuran primer dari lapisan permukaan jalan seperti pada gambar 2.17. Pelepasan butiran dapat terjadi secara meluas, penyebabnya sama dengan terjadinya lubang.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.17. Pelepasan butiran i. Kegemukan Aspal ( Bleeding )
Kerusakan ini dapat dilihat dengan melunaknya aspal pada permukaan jalan apabila temperatur udara tinggi, permukaan jalan tampak lebih hitam dan mengkilat daripada bagian yang lain seperti pada gambar 2.18, atau dapat didefenisikan sebagai pergerakan bitumen yang berlebihan dari bawah ke atas permukaan jalan yang menyebabkan permukaan jalan menjadi licin.
Penyebab kegemukan aspal adalah pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal dan pemakaian aspal yang terlalu banyak pada pekerjaan prime coat dan tack coat.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.18. Kegemukan aspal j. Pengelupasan Lapis Permukaan ( Stripping )
Adalah pemisahan agregat ukuran sekunder dari lapisan permukaan jalan seperti pada gambar 2.19. Kerusakan dapat disebabakan oleh kurang baik ikatan antara lapis permukaan dengan lapisan dibawahnya, atau lapisan permukaan terlalu tipis sehingga mudah mengelupas.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.19. Pengelupasan lapis permukaan k. Pengausan ( Polished Agregat )
Didefenisikan sebagai pengausan lapisan perkerasan yang terdiri dari partikel – partikel agregat yang telah aus dan dapat mengakibatkan pemukaan jalan menjadi licin, seperti pada gambar 2.20.
Sumber : Pavement Guide Interactive
Gambar 2.20. Pengausan
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin sehingga dapat membahayakan keamanan lalu lintas.
l. Amblas ( Grade Depression )
Adalah penurunan setempat dengan atau tanpa retak. Amblas dapat diketahui dengan adanya genangan air yang dapat meresap kedalam lapisan perkerasan yang akhirnya dapat menimbulkan kerusakan structural perkerasan.
Penyebab kerusakan ini adalah beban kendaraan yang melebihi beban yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik atau penurunan bagian perkerasan karena tanah dasar mengalami penurunan.