• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user

Pada Bab I diterangkan tentang latar belakang pemilihan tema, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan. Bab II memuat dasar teori yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Bab III membahas metodologi penelitian yang berisi tentang alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, metode eksperimen yang digunakan, tempat dan waktu penelitian, serta langkah-langkah pengambilan data.

Bab IV berisi hasil penelitian baik berupa data, grafik, maupun gambar, serta perhitungan analisanya. Kemudian dibahas lebih lanjut mengenai keterkaitan hasil penelitian dengan teori atau hasil penelitian lain yang mendukung pada bagian pembahasan.

Dari hasil penelitian akan diperoleh kesimpulan dan saran yang dibahas pada Bab V. Bagian terakhir berisi daftar pustaka dan lampiran yang menjelaskan data atau keterangan lain yang lebih terperinci.

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bunyi

Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia dengan rentang frekuensi antara 20 - 20.000 Hz atau dapat juga didefinisikan sebagai gelombang mekanik longitudinal berfrekuensi 20 – 20.000 Hz yang menjalar melalui medium padat, cair, gas yang dapat ditangkap oleh indra dengar manusia. Jangkauan frekuensi ini sebagai jangkauan pendengaran atau audible range. (Halliday dan Resnick, 1996)

Bunyi memiliki dua definisi yaitu :

a. Secara fisis merupakan pergerakan partikel melalui medium udara, disebut sebagai bunyi objektif.

b. Secara fisiologis bunyi dianggap sebagai sensasi dari pendengaran yang ditimbulkan oleh kondisi fisik, disebut sebagai bunyi subyektif. (Doelle, 1993)

Bunyi terjadi karena adanya benda yang bergetar yang menimbulkan gesekan dengan zat disekitarnya. Sumber getaran dapat berupa objek yang bergerak, dan dapat pula udara yang bergerak. Gerakan dari objek atau udara tersebut akan menyentuh partikel zat yang ada di dekatnya. Partikel zat yang pertama disentuh (yang paling dekat dengan objek) akan meneruskan energi yang diterimanya ke partikel sebelahnya. Demikian seterusnya partikel-partikel zat akan saling bersentuhan sehingga membentuk rapatan dan renggangan. (Christina, 2005)

Bunyi terjadi karena beberapa hal, misalnya getaran seperangkat alat musik atau mesin yang mengubah kedudukan udara dan menyebabkan udara di sekitarnya mengalami peningkatan dan penurunan tekanan. Contoh yang lain adalah ketika kita berbicara atau bernyanyi, mulut kita akan terbuka dan tertutup sehingga menghembuskan udara yang menyebabkan aliran udara berubah. (Rossing, 2007)

commit to user

2.2 Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena perapatan dan perenggangan dalam medium gas, cair, atau padat yang arah getarannya sejajar dengan arah perambatan gelombang. (Tipler, 1998)

Berdasarkan frekuensinya, gelombang bunyi dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :

a. Gelombang infrasonik, yaitu gelombang dengan frekuensi < 20 Hz.

b. Gelombang audiosonik, yaitu gelombnag dengan frekuensi 20 – 20.000 Hz.

c. Gelombang ultrasonik, yaitu gelombang dengan frekuensi > 20 kHz. Dari ketiga macam bunyi tersebut yang dapat didengar oleh telinga manusia adalah bunyi audiosonik. (Tipler, 1998)

Bunyi adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga manusia normal, dengan rentang frekuensi antara 20Hz-20kHz. Kepekaan telinga manusia terhadap rentang ini semakin menyempit sejalan dengan pertambahan umur. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra (infra sound), sedang di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra (ultra

sound). Bunyi yang merambat lewat udara adalah bunyi udara. Bunyi yang

merambat melalui struktur bangunan disebut bunyi struktur. (Prasasto, 2007)

2.3 Perambatan Bunyi

Bunyi adalah gelombang longitudinal. Bunyi merambat melalui medium yang memiliki massa dan elastisitas, melalui mekanisme rapatan dan renggangan partikel-pertikel medium di udara, partikel-partikel udara yang meneruskan gelombang bunyi tidak berubah posisi normalnya, tetapi hanya bergeser di posisi setimbangnya. Ruang tempat gerak bunyi disebut medan bunyi. Dalam medan bunyi partikel-partikel pada medium bunyi menunjukkan gerakan bolak-balik disekitar posisi setimbangnya. Gerakan bolak-balik inilah yang menyebabkan terjadinya rambatan gelombang. Hal ini dapat diamati pada gambar 2.1.(Dodi, 2005)

commit to user

Gambar 2.1 Pergerakan Partikel Bunyi pada Medium (Sumber : Dodi, 2005)

Menurut David M. Howard dan Jamie A. S. Angus, bunyi dalam medium dapat dimisalkan seperti bola golf yang dihubungkan satu sama lain dengan pegas. Gambar 2.2 menunjukkan model sederhana satu dimensi bunyi dalam medium. Bola golf mewakili massa molekul dalam medium yang sesungguhnya dan pegas mewakili gaya antara molekul-molekul tersebut. Apabila bola golf yang paling belakang didorong ke depan maka pegas yang terhubung dengan bola golf yang lainnya akan menekan pegas yang ada di depannya dan pada lintasan yang sama akan menekan pegas yang ada di depannya, begitu seterusnya. (Howard et. al., 2007)

Gambar 2.2 Model Suara dalam Medium (Sumber : Howard et. al., 2007)

2.4 Pemantulan Bunyi

Ketika gelombang bunyi mengenai suatu permukaan, sebagian energinya akan dipantulkan, sebagian ditransmisikan, dan sebagian ada yang diserap, lihat gambar 2.3 (Rossing, 2007). Gejala pemantulan bunyi hampir sama dengan pemantulan cahaya. Hukum pemantulan bunyi menyatakan bahwa gelombang

Maksimum perpindahan (negatif) Maksimum perpindahan (positif) Posisi partikel di tengah

commit to user

bunyi datang, garis normal bidang, dan gelombang bunyi pantul terletak pada satu bidang datar, sudut gelombang bunyi datang sama dengan sudut gelombang bunyi pantul. Namum harus diingat bahwa panjang gelombang bunyi jauh lebih besar daripada gelombang cahaya dan hukum pemantulan bunyi hanya berlaku jika panjang gelombang bunyi lebih kecil dibandingkan dengan ukuran permukaan pemantul. (Doelle, 1993)

Gambar 2.3 Interaksi Gelombang Bunyi dengan Bidang Batas (Sumber : Cowan, 2007)

Pemantulan bunyi yaitu pemantulan kembali dari gelombang bunyi yang menumbuk suatu permukaan, dimana sudut datang sama besar dengan sudut pantul. Permukaan yang keras, tegar, dan rata memantulkan semua energi bunyi. Bentuk permukaan pemantul dapat dibedakan dalam beberapa kondisi :

a. Permukaan rata bersifat sebagai penghasil gelombang bunyi yang merata. b. Permukaan cekung bersifat sebagai pengumpul gelombang bunyi.

c. Permukaan cembung bersifat sebagai penyebar gelombang bunyi. Suara yang disebarkan menimbulkan gelombang bunyi yang merambat ke segala arah dengan tekanan bunyi yang sama pada tiap bagian ruang. (Suptandar, 2004)

Umumnya masalah akustik ruang yang disebabkan oleh pemantulan adalah gema atau resonansi ruangan. Gema terjadi karena keterbatasan pendengaran kita. Ketika dua bunyi datang pada waktu yang berbeda kurang dari

commit to user

60 ms, kita mendengar kombinasi dari dua bunyi tersebut menjadi satu bunyi. Namun ketika perbedaan waktu datangnya lebih dari 60 ms maka kita akan mendengar dua bunyi yang berbeda. Lihat gambar 2.4. Ketika dua buah bunyi dihasilkan oleh satu sumber suara, gema dapat menyebabkan kesulitan dalam memahami informasi yang disampaikan, khususnya ketika waktu datangnya bunyi lebih dari 100 ms.

Gambar 2.4 Gema dalam Ruang (Sumber : Cowan, 2007)

Ada beberapa medan bunyi yang berbeda di dalam ruang. Lihat gambar 2.5. 1. Near Field yaitu daerah pada ¼ panjang gelombang dari sumber suara.

Tingkat tekanan bunyi pada daerah ini dapat turun naik secara signifikan sehingga pengukuran tingkat tekanan bunyi lebih baik tidak dilakukan pada daerah ini.

commit to user

2. Far field yaitu daerah diluar near field. Pengukuran tingkat tekanan bunyi

dianjurkan dilakukan pada daerah ini. Daerah far field dibagi menjadi dua area, yaitu free field dan reverberation field. Free field berada di dalam ruangan yang mempunyai permukaan bidang serap yang tinggi dan tidak ada pembatas antara sumber bunyi dan penerima. Reverberation field yaitu area yang terjadi di dekat bidang batas, berseberangan dengan sumber bunyi, dan sangat memantul.

Gambar 2.5 Medan Suara dalam Ruang (Sumber : Cowan, 2007)

2.5 Penyerapan Bunyi

Sesuai dengan karakterisik materialnya, sebuah bidang batas selain dapat memantulkan kembali gelombang bunyi, juga dapat menyerap gelombang bunyi. Penyerapan ini akan mengakibatkan berkurangnya atau menurunnya energi bunyi yang menimpa bidang batas tersebut. Penyerapan oleh pembatas ruangan sangat bermanfaat untuk mengurangi tingkat kekuatan bunyi yang terjadi, sehingga dapat mengurangi kebisingan ruang. Hal ini sekaligus bermanfaat untuk mengontrol waktu dengung. (Christina, 2005)

commit to user

Menurut Leslie L. Doelle (1993) penyerapan bunyi adalah penyerapan energi bunyi oleh pelapisan permukaan tertentu yang memiliki koefisien penyerapan yang tertentu juga. Terdapat jenis penyerapan suara yaitu :

a. Penyerapan bahan berpori, berfungsi mengubah energi bunyi menjadi energi panas melalui gesekan dengan molekul udara. Pada frekuensi tinggi, semakin tebal lapisan bahan penyerap akan semakin efisien. Sehingga dapat dikatakan bahwa material berpori bermanfaat untuk menyerap bunyi yang berfrekuensi tinggi, sebab pori-porinya yang kecil sesuai dengan besaran panjang gelombang bunyi berfrekuensi di atas 1000 Hz. Material berpori yang banyak digunakan adalah serat kacang (rock

wall), serat kayu, papan serat (fiber board), dan lain-lain.

b. Penyerapan panel bergetar, berfungsi sebagai pengubah energi bunyi menjadi energi getaran. Penyerapan ini akan bekerja dengan baik pada frekuensi rendah, misalnya kaca, pintu, dan panel kayu.

c. Penyerap resonator rongga, berfungsi untuk mengurangi energi melalui gesekan dan interfleksi pada lubang dalam yang bekerja pada frekuensi rendah, contohnya sound block, resonator panel berlubang, dan resonator celah. Christina E. Mediastika (2005) mengungkapkan bahwa penyerap resonator rongga semacam ini disebut juga Helmholtz Resonator. Rongga penyerap bermanfaat untuk menyerap bunyi pada frekuensi khusus yang telah diketahui sebelumnya. Rongga penyerap terdiri dari sebuah lubang yang sempit yang diikuti dengan ruang tertutup dibelakangnya. Penyerap semacam ini sangat efektif bekerja pada frekuensi yang telah ditentukan dengan jalan menyerap atau menangkap bunyi yang datang masuk ke rongga tersebut.

Penyerapan gelombang bunyi oleh suatu permukaan merupakan fungsi dari beberapa parameter, antara lain kekerasan permukaan, porositas, kelenturan permukaan, dan dalam beberapa kasus melibatkan besaran-besaran resonansi. Efisiensi suatu penyerapan bunyi dinyatakan dengan angka antara 0 dan 1, yang disebut koefisien penyerapan. Angka 0 menunjukkan tidak ada penyerapan atau

commit to user

terjadi pemantulan sempurna. Sedangkan angka 1 menunjukkan penyerapan sempurna.

Penyerapan bunyi berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan refleksi bunyi yang tidak diinginkan. Penyerapan bunyi juga dapat difungsikan untuk menghilangkan gema. Fungsi utama dari penyerapan bunyi adalah untuk mengontrol dengung. (Rossing, 2007)

2.6 Difusi Bunyi

Difusi atau difus adalah gejala terjadinya pemantulan yang meyebar karena gelombang bunyi menerpa permukaan yang tidak rata. Gejala ini dipakai untuk menghilangkan terjadinya flutter echoes atau pemantulan berulang-ulang ketika bunyi memantul mengikuti hukum sudut pantul sama dengan sudut datang. (Christina, 2005)

Bila takanan bunyi di setiap bagian suatu ruangan sama dan gelombang bunyi dapat merambat dalam semua arah, maka medan bunyi dikatakan serba sama atau homogen, dengan kata lain difusi bunyi atau pemyerapan bunyi terjadi dalam ruang. Difusi bunyi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis-jenis ruang tertentu (ruang konser, studio radio, dan ruang-ruang musik), karena ruang-ruang itu membutuhkan distribusi bunyi yang merata, mengutamakan kualitas musik dan pembicaraan aslinya, dan menghalangi cacat akustik yang tidak diinginkan. Difusi dapat diciptakan dengan beberapa cara : a. Pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tidak teratur dalam

jumlah yang banyak sekali, seperti pilaster, pier, balok-balok telanjang, langit-langit yang terkotak-kotak, pagar balkon yang dipahat, dan dinding-dinding yang bergerigi.

b. Penggunaan lapisan permukaan pemantul bunyi dan penyerap bunyi secara bergantian.

c. Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara tidak teratur dan acak. (Doelle, 1993)

commit to user

Gambar 2.6 Difusi Bunyi (Sumber : Egan, 1988)

2.7 Difraksi Bunyi

Difraksi adalah suatu gejala pembelokan bunyi yang disebabkan oleh benda-benda penghalang, seperti sudut ruang, kolom, tembok, balok-balok, dan perabot lainnya. (Suptandar, 2004)

Difraksi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokkan atau dihamburkan sekitar penghalang seperti sudut, kolom, tembok, dan balok. Dalam mempelajari kelakuan gelombang bunyi pada suatu ruangan dapat disederhanakan bila lapisan-lapisan perapatan dan perenggangan yang memancar ke luar diganti oleh sinar bunyi khayal, yang tegak lurus pada muka gelombang yang bergerak maju. (Doelle, 1993)

commit to user

2.8 Impulse Respone

Sumber dasar informasi mengenai suara yang dapat didengar di dalam ruang disebut impulse response. Sinyal ini dapat menunjukkan semua informasi tentang akustik di dalam ruang antara sumber dan posisi penerima. Bunyi dikeluarkan oleh sumber bunyi di atas panggung, ini ditunjukkan pada gambar 2.8. Gelombang sferis dari sumber merambat ke segala arah. Bunyi pertama didengar di posisi pendengar secara langsung dari sumber bunyi disebut bunyi langsung. Komponen dari gelombang yang dipantulkan sekali atau beberapa kali oleh permukaan ruang atau benda yang ada di ruangan disebut bunyi pantul. Bunyi pantul datang lebih lambat daripada bunyi langsung. Umumnya bunyi pantul lebih lemah karena intensitas bunyi berbanding terbalik dengan luasan yang ditempuh gelombang bunyi dan energi bunyi diserap oleh permukaan ruangan atau benda yang ada di dalam ruangan. Gelombang bunyi akan diteruskan dengan cara dipantulkan sampai ke penerima hingga energinya habis karena diserap oleh permukaan ruangan atau benda yang ada di dalamnya. (Gade, 2007)

Gambar 2.8 Diagram Ilustrasi Impulse Respone di dalam Ruangan (Sumber : Gade, 2007)

commit to user

2.9 Dengung

Perpanjangan bunyi sebagai akibat pemantulan berulang-ulang dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dimatikan disebut dengung, yang memberikan pengaruh tertentu pada kondisi mendengar. Besaran standar yang digunakan dalam pengendalian dengung disebut waktu dengung atau

reverberation time. (Doelle, 1993)

Dengung adalah aspek subjektif akustik ruang yang banyak dikenal. Ketika sebuah ruangan terlalu dengung, maka kejelasan pengucapannya akan berkurang. Reverberation time atau waktu dengung yang merupakan ukuran objektif dari dengung diciptakan seratus tahun yang lalu oleh W. C. Sabine. Dengung didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh bunyi dalam ruangan untuk berkurang 60 dB setelah sumber bunyi berhenti. (Cowan, 2007)

Bunyi dengung dapat dibutuhkan maupun dihindari, tergantung dari penggunaan ruangan. Ruangan yang khusus untuk berceramah misalnya, tidak membutuhkan dengung dibandingkan dengan ruang untuk paduan suara. Waktu dengung adalah waktu yang diperlukan oleh bunyi untuk berkurang 60 dB, dihitung dalam detik. Setiap ruangan membutuhkan waktu dengung berbeda-beda tergantung dari penggunaannya. Waktu dengung yang terlalu pendek akan menyebabkan ruangan mati, sebaliknya waktu dengung yang panjang akan memberikan suasana hidup pada ruangan. (Prasasto, 2007)

Dengung (reverberation) merupakan suatu ciri akustik yang sangat jelas dalam suatu ruangan tertutup. Barangkali setiap orang secara tidak sengaja pernah mengamati yaitu suara di dalam ruangan besar yang ditimbulkan oleh suatu sumber suara lantas secara tiba-tiba sumber suara tersebut dihentikan. Suara dalam ruangan tidak secara langsung menghilang tetapi masih dapat didengar untuk sementara waktu, secara perlahan kekerasan suaranya menurun hingga akhirnya menghilang. Hal ini terjadi karena adanya refleksi dan porsi perlambatan suara yang sampai ke telinga setelah sumber suara dihentikan. Hal ini berarti pula adanya penurunan energi akustik secara temporer. Proses penurunan ini secara matematis dianggap mengikuti hukum eksponensial sebagai berikut :

commit to user t e u t u( ) 0 12 untuk t > 0 (2.1)

Dimana u(t) adalah energi density (energi per unit volume) merupakan fungsi waktu, u0 adalah energi density pada permulaan proses peluruhan (decay

process) dan δ adalah konstanta damping dari ruangan. Akan tetapi dalam akustik

selang waktu proses penurunan energi biasanya tidak dicirikan oleh konstanta damping tetapi dengan adanya waktu dengung (RT). (Husein, 1996)

Pada gambar 2.9 ditunjukkan logaritma dari energi suara sebagai fungsi dari waktu t. Misalkan suatu ruangan dieksitasi dengan sumber suara kontinu kemudian dihentikan atau diinterupsi pada t = 0. Penurunan suara yang dihasilkan dapat didekati dengan garis lurus yang berhubungan dengan persamaan (2.1). sedangkan waktu dengung (RT) merupakan suatu interval waktu dimana energi density atau energi suara total turun sebesar satu juta kali dari nilai awalnya. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya tingkat suara dengung sebesar 60 dB. Hubungan antara RT dengan konstanta damping adalah RT = 6,91/δ. (Husein, 1996)

commit to user

Reverberatoin time dapat dihitung dari data ruangan yang diketahui

dengan ketelitian yang cukup bisa dipertanggungjawabkan (reasonable accuracy) dengan persamaan : A V RT0,16 (2.2) Dimana RT : waktu dengung (s) V : volume ruang (m3)

A : penyerapan ruang total (sabin)

Persamaan (2.2) dikenal dengan teori klasik Sabine. Penyerapan suatu permukaan diperoleh dengan mengalikan luasnya S dengan koefisien penyerapan α dan penyerapan total A diperoleh dengan menjumlahkan perkalian ini dengan menyertakan penyerapan yang dilakukan oleh penonton dan benda – benda lain dalam ruang (tempat duduk, karpet, tirai, dan lain - lain), dan digunakan rumus :

A = S1α1 + S2α2 + S3α 3 + … + Snαn (2.3)

Dengan S1 … Sn adalah luas masing-masing permukaan dalam m2 dan α1 … αn

adalah koefisien penyerapannya masing – masing. (Doelle, 1993)

Ada dua variabel bidang penyerap suara yang mempengaruhi panjang waktu dengung, yaitu: luas dan koefisien serap. Semakin luas material penyerap suara yang digunakan maka semakin pendek waktu dengungnya. Besarnya koefisien serap material beragam menurut frekuensi suaranya. Jumlah pemakai juga termasuk sebagai faktor penyerap bunyi. (Agustinus, 2007)

Formula Sabine diciptakan untuk membantu perkiraan waktu dengung suatu ruangan yang tengah direncanakan. Formula Sabine diperuntukkan bagi penghitungan RT pada ruangan yang tersusun dari elemen bidang batas yang tidak terlalu menyerap. Sedangkan untuk ruangan yang tersusun dari bidang batas yang

commit to user

sangat menyerap, seperti umumnya terjadi pada ruang studio, formula Eyring lebih tepat digunakan. Adapun formula Eyring adalah sebagai berikut :

) 1 ( log 16 , 0     e S V T (2.4) Dengan

Si i S   1 (2.5) Dimana :

T = waktu dengung (detik)

V = volume ruangan (m3)

ᾱ = rata-rata koefisien absorbsi ruangan

αi = koefisien absorbsi permukaan bidang batas pembentuk ruangan S = luas penyerap total dalam ruang (m2)

Si = luas masing-masing bahan dengan koefisien αi (m2)

Persamaan (2.5) disubstitusikan ke Persamaan (2.2) diperoleh

S V RT 0,16

(2.6)

Karena tidak semua bahan serap pada semua dinding sama, maka koefisien serapnya dibuat rata-rata. Kemudian, Millington dan Sette ,menurunkan persamaan untuk memprediksikan nilai waktu dengung dengan berdasar pada formula Eyring di atas. Persamaannya adalah :

) 1 ( ln 16 , 0 i i i S V T    

(2.7) dengan αi <<1

commit to user

Karakteristik dengung suatu ruangan tergantung pada volume dan fungsi ruang. Dengung dikatakan optimal apabila :

1. Karakteristik RT pada frekuensi disukai.

2. Perbandingan bunyi pantul terhadap bunyi langsung yang terjadi menguntungkan.

3. Pertumbuhan dan peluruhan bunyi optimum.

Tabel 2.1 Jangkauan Perkiraan Waktu Dengung untuk Beberapa Ruang dengan Fungsi Tertentu (Sumber : Egan, 1988)

No. Jenis ruang Waktu Dengung pada Frekuensi Tengah (s)

1. Studio rekaman 0,5 2. Ruang kelas 0,6 – 0,8 3. Intimate drama 0,9 – 1,0 4. Ruang konferensi 0,7 – 1,1 5. Cinema 0,8 – 1,2 6. Teater kecil 1,2 – 1,4 7. Auditorium 1,5 – 1,8

8. Auditorium multi fungsi 1,6 – 1,8

9. Gereja 1,4 – 2,6

10. Ruang konser tari dan musik rock

1,0 – 1,2

11. Opera 1,5 – 1,8

12. Symphony 1,7 – 2,3

Jangkauan waktu dengung optimum pada frekuensi tengah yang disarankan untuk berbagai fungsi ruang dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 berlaku untuk jangkauan frekuensi tengah dari 500 Hz sampai 1000 Hz. Pada umumnya waktu dengung yang besar pada frekuensi rendah lebih disenangi untuk ruangan dengan volume besar. Untuk ruangan dengan volume kecil nilai waktu dengung yang dipilih tidak tergantung pada frekuensi. Waktu dengung optimum untuk ruang tertentu bergantung pada volume ruangan.

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode numerik dan metode eksperimen. Dalam metode numerik, akan dilakukan perhitungan waktu dengung dengan menggunakan rumus Sabine. Penggunaan rumus Sabine membutuhkan data berupa volume ruangan dan koefisien absorpsi bahan penyerap yang ada di dalam ruangan.

Metode kedua yaitu dengan menggunakan metode eksperimen. Secara eksperimen waktu dengung diukur dengan Hand-Held Analyzer Type 2270 menggunakan Dual-Channel Building Software BZ-7229. Dalam penelitian ini bunyi impulse dihasilkan dari B&K Sound Source Omni Power Type 4292. Data yang diperoleh berupa nilai T20 dan T30 pada beberapa frekuensi.

3.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. B&K Power Amplifier Type 2734.

2. B&K Sound Source Omni Power Type 4292.

3. B&K Hand-Held Analyzer Type 2270

4. Software BZ 5503 Utility Software for Hand Held Analyzer Pulse

Refluk.

5. Laptop.

6. Penggaris dan meteran.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium akustik dan di ruang B III.01A yang berada di gedung B Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai bulan Oktober 2011.

commit to user

3.4 Pengambilan Data

3.4.1 Pengambilan Data untuk Metode Numerik

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Numerik

Penjelasan dari gambar 3.1 adalah :

1. Mengukur panjang, lebar, dan tinggi ruangan.

Dilakukan pengukuran panjang, lebar, dan tinggi dari ruangan yang akan diuji supaya diketahui berapa volume dari ruangan tersebut, luas lantai, dan luas bidang batas dengan ruangan yang lain. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran.

2. Mencari volume ruangan

Dalam persamaan Sabine terdapat parameter volume ruangan (V). Volume ruangan dicari dengan mengalikan panjang, lebar, dan tinggi dari data yang sudah diperoleh dari poin 1.

3. Mengukur luas permukaan bidang pembentuk ruangan.

Salah satu hal yang mempengaruhi nilai waktu dengung pada sebuah ruangan adalah luas permukaan bidang pembentuk ruangan. Oleh karena itu untuk mencari waktu dengung pada ruang

Panjang, lebar, tinggi

Volume ruangan

commit to user

perlu dilakukan pengukuran luas permukaan dari bahan serap yang terdapat di dalam ruangan tersebut. Kemudian dicari nilai koefisien serap dari tiap-tiap bahan serap yang ada di dalam ruangan tersebut. Setiap bahan serap mempunyai nilai koefisien serap yang berbeda- beda. Koefisien serap dari bahan-bahan tersebut disesuaikan dengan literatur yang ada.

3.4.2 Pengambilan Data untuk Metode Eksperimen

Dokumen terkait