• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

1. Perlindungan untuk para pengungsi di dunia Internasional sebenarnya merupakan sebuah kebiasaan Internasional yang juga diatur di dalam Hukum Pengungsi Internasional yang khusus mengatur tentang masalah pengungsi, serta ada juga Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Konvensi tahun 1954 tentang Orang-Orang tanpa Kewarganegaraan, Konvensi tahun 1961 tentang Pengurangan Keadaan Orang Tanpa Kewarganegaraan , Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perlindungan Warga Sipil dalam Waktu Perang serta Deklarasi PBB tahun 1967 tentang Suaka Teritorial dan sebagainya.

Hukum Pengungsi Internasional merupakan turunan dari Hukum Internasional itu sendiri, dimana tujuannya adalah untuk menjamin keamanan dan keselamatan pengungsi Internasional di negara tujuan mengungsi, termasuk pada saat pengungsi melewati negara-negara ketika menuju ke negara tujuan.

Hukum Pengungsi Internasional sendiri masih berkaitan dengan Hukum Hak Asasi Manusia, yang artinya hak-hak asasi manusia masih melekat di dalam diri para pengungsi. Sebab para pengungsi merupakan kelompok yang sangat rentan , baik di negara asalnya maupun di negara penerima.

2. Kedaulatan Negara merupakan hal mutlak yang tidak boleh diganggu gugat oleh negara manapun dan ini telah menjadi sebuah kebiasaan Internasional. Setiap negara yang berdaulat memiliki hak untuk mendapatkan pengakuan dari negara lainnya. Penerimaan pengungsi

sebenarnya bukan tentang kedaulatan negara. Akan tetapi, penerimaan pengungsi itu merupakan sebuah dorongan rasa kemanusiaan yang sudah seharusnya dijalankan oleh negara-negara berdaulat di dunia Internasional. Apalagi jika kita mengingat bahwa para pengungsi tersebut merupakan golongan yang sangat rentan dan membutuhkan bantuan dari negara-negara tujuan pengungsian mereka. Lagipula, prinsip Non-Refoulementtelah menjadi sebuah kebiasaan internasional tanpa melihat apakah negara tersebut merupakan negara yang meratifikasi ataupun tidak. Faktanya adalah Amerika Serikat merupakan negara yang meratifikasi Protokol 1967 tentang Status Pengungsi, maka sudah menjadi kewajibannya sesuai dengan kebiasaan Internasional untuk mematuhi dan menjalankan perjanjian yang telah dibuat atas dasar kesepakatan bersama. Dalam hal ini maka Amerika Serikat seharusnya menerapkan seluruh isi

dari Protokol 1967 tersebut yang termasuk prinsip Non-Refoulment

pada pasal 33 Konvensi 1951.

3. Amerika Serikat telah meratifikasi Protokol 1967 tentang Status Pengungsi, artinya mereka telah setuju untuk menjalankan dan menyatakan berlaku Protokol tersebut. Ini berarti juga mereka menyatakan diri tunduk kepada Protokol 1967 beserta isinya. Di dalam Pasal 1 ayat (1) Protokol 1967 telah jelas tercantum bahwa negara pihak setuju untuk menerapkan Pasal 2 sampai dengan Pasal 34 Konvensi untuk para pengungsi. Negara pihak memiliki hak untuk membatalkan Protokol ini, akan tetapi Amerika tidak membatalkan Protokol ini. Ini berarti mereka masih terikat dengan Protokol 1967 ini.

3. Saran

1. Mungkin sudah saatnya negara-negara Internasional melalui PBB misalnya, bisa menambah peraturan-peraturan yang lebih tegas mengenai Hukum Pengungsi Internasional. Hal ini diperlukan untuk memperkuat perlindungan bagi para pengungsi yang terpaksa harus meninggalkan negara asal mereka yang tidak lagi aman. Meskipun sekarang telah ada peraturan-peraturan Internasional berkaitan dengan pengungsi, akan tetapi masih saja ada negara-negara yang menolak kedatangan pengungsi di negara mereka.

2. Masalah mengikatnya Hukum Internasional dan kedaulatan sebuah negara memang masih menjadi sebuah dilema hingga saat ini di dunia Internasional. Sebab, meskipun telah ada hukum Internasional, tetap saja masih ada beberapa kasus pelanggaran di dunia Internasional. Memang tidak ada lembaga yang ada di atas sebuah negara lagi yang memiliki kekuatan yang mengatur secara nyata atau bahkan memberikan sanksi secara nyata. Akan tetapi, sebagai sebuah negara yang berdaulat, seharusnya setiap negara-negara Internasional yang telah setuju untuk mengikatkan diri kepada sebuah perjanjian, harusnya secara etis tunduk kepada perjanjian itu. Kebiasaan Internasional di dalam memberikan perlindungan terhadap pengungsi juga seharusnya lebih diperhatikan kembali agar tidak adanya saling lempar antar negara. Sebab, pengungsi merupakan kelompok manusia yang sangat rentan terhadap kekerasan dan penganiayaan. Penerimaan pengungsi memang menimbulkan masalah bagi negara penerima karena lonjakan pengungsi yang terus berdatangan dan

masuk. Mungkin saja, jika dirasa bahwa sebagai negara pihak, negara-negara pihak tidak mampu lagi untuk menerima pengungsi, maka mungkin harus kembali dibuat sebuah ketentuan baru dan dirundingkan kembali, sehingga ada sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan. Sebab, yang kasihan itu adalah para pengungsi yang kebingungan untuk mencari tempat mengungsi dan hidup aman dan nyaman.

3. Jika kita melihat pada Pasal 1 ayat (1) Protokol 1967 tentang Status Pengungsi yang intinya bahwa negara-negara pihak di dalam Protokol tersebut berjanji untuk menjalankan pasal 2 sampai dengan pasal 34 Konvensi 1951 dimana di dalam Pasal 33 Konvensi tersebut terdapat prinsip Non-Refoulement. Amerika juga telah meratifikasi Protokol tersebut, dan sebagai perwujudannya, seharusnya Amerika secara kebiasaan Internasional tunduk terhadap Protokol 1967 tersebut dengan itikad baik. DonaldTrump berdalih bahwa untuk alasan keamanan dalam negeri, ia mengeluarkan Perintah Eksekutif tersebut. Sebuah alasan yang tentu tidak bisa kita terima dengan akal sehat, sebab Trump bisa menggunakan pasal 33 ayat (2) dalam Konvensi 1951 di atas untuk mengusir orang-orang yang telah terbukti mengacau di dalam negara dan mengancam keamanan dimana ia ditempatkan. Bukannya mengeluarkan Perintah Eksekutif seperti ini.

Amerika Serikat sebagai sebuah negara yang besar seharusnya bisa lebih bijak lagi dalam bertindak, apalagi jika kita mengingat bahwa Amerika merupakan negara yang selalu menggaungkan semangat Hak Asasi Manusia yang kini mereka langgar sendiri.

Donald Trump juga seharusnya tidak begitu saja mengabaikan ketentuan di dalam Konvensi dan Protokol tersebut, sebab Konvensi maupun Protokol merupakan salah satu bentuk perjanjian Internasional yang telah disepakati bersama-sama antar negara pihak.

Dengan Donald Trump mengeluarkan kebijakan nya tersebut, maka para pengungsi yang mencari tempat aman akan mengalami kebingungan sebab bukan tidak mungkin akan ada negara-negara yang melakukan hal serupa seperti yang telah dilakukan oleh Donald Trump ke depannya.

Dokumen terkait