• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

(1) Faktor-faktor yang memengaruhi pengadopsian SRI oleh anggota subak adalah karakteristik internal anggota subak yang terdiri dari: umur, pendidikan dan pengalaman. Faktor kompetensi fasilitator yang terdiri dari: kemampuan fasilitator beradaptasi dengan klien, kemampuan fasilitator menyampaikan materi secara sistematis, dan kemampuan fasilitator memberikan semangat kepada klien untuk mengadopsi SRI. Faktor kompetensi pengurus subak yang terdiri dari: kompetensi pengurus subak memberi semangat kepada anggotanya untuk menerima SRI, dan kompetensi pengurus subak mencarikan jalan penyelesaian masalah yang dihadapi anggotanya. Persepsi anggota subak tentang SRI yang terdiri dari: persepsi anggota subak yang menyatakan bahwa SRI sesuai dengan nilai, adat-istiadat, dan kebiasaan dalam sistem sosial subak. Sikap anggota subak terhadap SRI yang terdiri dari: sikap terhadap inovasi SRI yang hemat air, dan jumlah rumpun/anakan padi SRI lebih banyak dibandingkan dengan metode konvensional. Kemandirian aggota subak menerapkan SRI yang terdiri dari: kemandirian anggota subak dalam pengambilan keputusan, dan kemandirian anggota subak dalam belajar.

(2) Tingkat persepsi anggota subak tentang SRI termasuk dalam kategori sangat tinggi. Persepsi anggota subak tentang SRI dipengaruhi oleh karakteristik anggota subak, kompetensi fasilitator, dan kompetensi pengurus subak. Anggota subak bersikap positif terhadap SRI. Sikap anggota subak terhadap SRI dipengaruhi oleh persepsi anggota subak tentang SRI, karakteristik anggota subak, kompetensi fasilitator, dan kompetensi pengurus subak. Tingkat kemandirian anggota subak menerapkan SRI termasuk dalam kategori sedang. Kemandirian anggota subak menerapkan SRI dipengaruhi oleh sikap anggota subak terhadap SRI, persepsi anggota subak tentang SRI, karakteristik anggota subak, kompetensi fasilitator, dan kompetensi pengurus subak. Tingkat pengadopsian SRI oleh anggota subak termasuk tinggi. Pengadopsian SRI oleh petani anggota subak dipengaruhi oleh kemandirian anggota subak menerapkan SRI, persepsi anggota subak tentang SRI, sikap

anggota subak terhadap SRI, karakteristik anggota subak, kompetensi fasilitator dan kompetensi pengurus subak.

(3) Semakin baik karakteristik anggota subak, kompetensi fasilitator, kompetensi pengurus subak, persepsi anggota subak tentang SRI, sikap anggota subak terhadap SRI, dan kemandirian anggota subak menerapkan SRI maka semakin baik pula pengadopsian SRI oleh anggota subak.

(4) Model pengembangan SRI bagi anggota subak yang sesuai adalah model pengembangan kemandirian yang menekankan pada belajar mandiri di kalangan anggota subak.

Saran

(1) Kepada fasilitator yang berperan dalam penyebarluasan inovasi SRI agar mempertahankan bahkan meningkatkan kompetensinya karena sangat berperan dalam pembentukan persepsi yang positif tentang SRI, pembentukan sikap yang baik di antara anggota subak dan dapat menumbuhkan kemandirian pada anggota subak.

(2) Melalui proses mental pengadopsian SRI, anggota subak dapat belajar cara-cara bertani yang lebih baik dibandingkan metode konvensional.

(3) Untuk menyebarluaskan penerapan SRI di kalangan anggota subak, pengurus subak harus lebih aktif dalam menyebarluaskan informasi tentang SRI karena pengurus subak berhadapan langsung dengan anggotanya.

(4) Kepada perguruan tinggi yang ada di Bali, terutama yang memiliki fakultas pertanian agar membentuk laboratorium lapangan berupa denplot-denplot percontohan berbagai inovasi pertanian sebagai upaya menumbuhkan minat masyarakat Bali menjadi petani. Laboratorium lapangan ini menjadi tempat interaksi antara civitas akademika pertanian dengan masyarakat tani untuk mengenal suatu inovasi sekaligus sebagai tempat belajar bersama.

(5) Kepada pemerintah daerah Provinsi Bali, model pengembangan kemandirian yang menekankan pada belajar mandiri di kalangan anggota subak dapat ditindak lanjuti dengan program aksi berupa denplot-denplot SRI di seluruh kabupaten dan kota di Bali, sehingga kualitas hidup anggota subak akan lebih sejahtera.

143

Abbas, 1995. “Sembilan Puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia (1905-1995.” Dalam: Dinamika dan Perspektif Penyuluhan Pertanian pada Pembangunan Pertanian Jangka Panjang Tahap Kedua. Prosiding Lokakarya; Bogor, 4-5 Juli 1995. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Allport, F.H. Theories of Perception and the Concept of Structure. New York: Wiley.

Anugrah I.S., Sumedi, Wardana I.P. 2008. Gagasan dan Implementasi System of Rice Intensification (SRI) dalam Kegiatan Budidaya Padi Ekologis (BPE). [Article on-line]; Diperoleh dari:

Amang, B. 1997. “Pidato Ketua Umum PP PERHEPI pada Konpernas XII Denpasar Bali 9 Agustus 1996, dalam Menghadapi Era Industrialisasi dan Perdagangan bebas. Prodisiding Konferensi Nasional XII PERHEPI. Anderson, K.E. 1972. Introduction to Communication: Theory and Practice.

Menio Park, Ca: Cummings Publishing Company.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Axinn, G.H. 1988. Guide on Alternative Extension Approach.. Rome: Food and Agriculture Organization.

Bappenas, 2011. Pembangunan Daerah Tingkat I Bali.” [Article on-line]; Diperoleh dar bappenas. go.id/get-file-server/node/6024

Basuki, T. 2008. “Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Patani untuk Menanam Padi Hibrida (Studi Kasus Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang Jawa Barat).” Skripsi. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

.

Internet; Diakses pada 17 Nopember 2011.

Benjamin, O., Ehigie, dan Elizabeth B. Mc. Andrew. 2005. “Innovation, diffusion and adoption of total quality management (TQM).” [Jurnal on-line]; Emerald Journal. Volume 43 No 6.2005. pp 925-940. Diperoleh dari:

Berlo, D.K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York, Chicago, Toronto, Sydney: Holt, Rinehart and Winston, Inc.,

Bertrand, A.L. 1974. Social Organization: A General Systems and Role Theory Perspective. Philadelphia: F.A Davis Company.

Benor, D. 1987. “Training and Visit Extension: Back to Basics.” Dalam: Agricultural Extension Worldwide: Issue, Practices and Emerging Priorities.Diedit oleh: W.M. Rivera dan S.G Schram. USA: Crom Helm.

Bertz, R. 1983. Media for Interactive Communication. Beverly Hill/London/New Delhi: Sage Publications.

Bilad, M.R. 2009. Pertanian Padi Organik SRI dalam Konsep Sistem Pertanian Terpadu. [Article on-line]; Diperoleh dari: ?p=14.. Internet

Blakely, J.E. 1989. Theoretical Approach for A Global Community. Dalam:

Community Development in Perpective. Diedit oleh: Christenson, AJ., dan W.J Robinson. Ames Iowa: Iowa State University Press.

; Diakses pada 2 Mei 2009

Bronwyn, H. 2011. “Innovation and Diffusion”. [Jurnal on-line]; The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, Volume 10(3), article 32. Diperoleh dari: http:// www. ruru.ac.uk/PDFs/Learning %20from %20the%20Diffusion %20of% 20 Innovations. pdf

Boyatzis, R.E. 1982. The Competent Manager, A Model for Effective Performance. New York: John Wiley & Sons, Inc.

. Internet; Diakses pada 9 Mei 2011.

Carmel, E, Hason D., dan Kenneth L. K. “Reutilizing the offshore choice: applying diffusion of innovation to the case of EDS”. [Jurnal on-line]; Emerald. Strategic Outsourcing Journal vol 2. No. 3, 2009. Diperoleh dari: http:// pcic.merage. uci.edu/papers/ 2009/ Reutilizing The Offs hore Choice.pdf

Combs, P.H. dan Ahmed M. 1985. Memerangi Kemiskinan di Perdesaan Melalui Pendidikan Non-Formal. Jakarta: C.V. Rajawali.

Internet; Diakses pada 13 Mei 2011.

[DEPDIKNAS]. 2004. Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP Terbuka dalam Rangka Pelaksanaan “Broad Based Education” yang Berorientasi pada Kecakapan Hidup. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

[DEPTAN]. 2007. “Pedoman Teknis Pengembangan Usahatani Padi Sawah Metode System of Rice Intensification (SRI)” [Article on-line]; Diperoleh dari http:// www. deptan. go. Id /pla/pedum2007/PEDUM%20PEDNIS% 20PLA%202007%20CD/PEDNIS%20DIT%20PENGELOLAAN%20LA HAN/OPTIMASI%20LAHAN/SRI/PEDOMAN%20TEKNIS%20SRI%2 02007%20lkp.pdf

Desiderato, O., D.B. Howeison, dan J.H. Jackson. 1976. Investigating Behavior: Principles of Psychology. New York: Harper & Row Publishers.

. Internet; Diakses pada 30 Maret 2007.

Dunham, A. 1956. Outlook for Community Development Review. University of the Philippines. Philippines: A Community Development Research Counsel Publication.

Einsiedel, L.A, 1968. Success and Failure of some Community Development in Batanggas. University of the Philippines. Philippines: A Community Development Research Counsels Publication.

Fisher, M.A. 1989. “The Practice of Communication Development.” Dalam:

Community Development in Perspective. Diedit oleh: Christenson, A.J. dan W.J. Robinson. Ames Iowa: Iowa State University Press.

Geriya, W. 1993. Model Interaksi Kebudayaan dan Industri Pariwisata pada Masyarakat Bali: Satu Refleksi Dari Strategi Pembangunan yang Membudaya dalam Era Industrialisasi. Dalam: Kebudayaan dan Kepribadian bangsa. Diedit oleh: Mantra. Denpasar: Upada Sastra.

Hanafiah, T. 1985. Strategi Pembangunan Desa. Pusat Pengembangan Wilayah Pedesaan. Bogor: Lembaga Pengabdian pada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Herting, S.R. 2011. “Trust Correlated with Innovation Adoption in Hospital Organization.” [Article on-line]; Diperoleh dari: Internet; Diakses pada 30 Mei 2011.

Hubbardlorilee, William dan R. Sandmann. 2007. “Using Diffusion of Innovation Concepts for Improved Program Evaluation”. [Jurnal on-line]; Journal of Extension. October 2007 // Volume 45 // Number 5 // Feature Articles//5FEA1. Diperoleh dari:

Ikisan. 2000. “System of Rice Intensification”. [Article on-line]; Diperoleh dari Maret 2007.

Jebeile, S. 2003. “The Diffusion of E-Learning Innovations in an Australian Secondary College: Strategies and Tactics for Educational Leaders”. [Jurnal on-line]; The Innovation Journal, Volume 8(4), 2003. Diperoleh

dari: Internet;

Diakses pada 12 Mei 2011.

Joesoef, S. 2004. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bina Aksara Kantor Statistik Provinsi Bali. 2008. Bali dalam Angka. Denpasar: BPS Bali. Kartasasmita, G. 1997. “Meningkatkan Daya Saing Pertanian dalam Rangka

Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Nasional.” dalam Membangun Kemandirian dan Daya Saing Pertanian nasional dalam Menghadapi Era Industrialisasi dan Perdagangan bebas. Prosiding Konferensi Nasional XII PERHEPI.

Kasryno, F., Hidayat N., Chairil A.R., Yusmichad Y. 1986. Profil Pendapatan dan Konsumsi Pedesaan Jawa Timur. Bogor: Yayasan Penelitian Survei Agro-Ekonomi.

Kast, F.E., dan J.E. Rosenzweig. 1995. Organisasi dan Manajemen Jilid 1, Ed. Ke-4, Cet. Ke-4. A. Hasyani Ali: Penerjemah. Jakarta: Bumi Aksara. Kaufman, A.R. 1979. Education System Planning. Prientice-Hall., New York:

Englewood Clift.

Kerlinger, F.N. 1990. Asas-Asan Penelitian Behavioral. Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kincaid, D.L. dan W. Schramm. 1981. Asas-Asas Komunikasi antar Manusia. Setiadi A, penerjemah. Jakarta: LP3ES.

Kochhar, S.K. 1981. Methods and Techniques of Teaching. Jalandhar, New Delhi: Sterling Publisers Private Limited..

Kunczik, M. 1983. Communication and Social Change: A Summary of Theories, Policies and Experiences for Media Practioners in the Third World. Germany: Fiedrich-Ebert-Stiftung.

Landis, R.J. 1986. Sociology. Concepts and Characteristics. Wadsworth Publishing Company. Belmount/California: A Devision of Wardworth, Inc..

Lefrancois, G.R. 1974. Of Human: Introductory Psychology by Kongor. Belmont Calif: Brook Cole Publishing Company.

Lionberger, H.F., dan P.H. Gwin. 1991. Technology Transfers. Published by University of Missouri University Extension.

________. 1984. Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agent. Illinois: The Interstate Printers &Publishers.

Lubis D. dan dan Endriatmo S. 1991. Laporan Penelitian Konsistensi Pola Mata Pencaharian antara orang Tua dan Anak pada Masyarakat Petani di Pedesaan. Bogor: Pusat Studi Pembangunan-Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Lucia, A.D dan Lepsinger R. 1999. The Art and Science of Competency Models Pinpointing Critical Success Factors in Organization. Sanfransisco: Jossey-Bass Pfeiffer.

Mar’at, 1981. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mosher, A.T. 1978. An Introduction to Agricultural Extension. New York: Agricultural Development Council.

Mueller, D.J. 1992. Mengukur Sikap Sosial. Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi. Penerjemah: Kartawidjaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Musyafak, A., Ibrahim TM. 2005. “Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani.” Jakarta: Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian I. Vol 3:20-37.

Mutakin, J. 2009. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI. [Article on-line]; Diperoleh dari:

Nabung, A. 2005. “Pendidikan dan Tuntutan Profesionalisme”. Kompas. 11 (Kolom3-4). 13 Maret 2005.

Nelson-Jones , R. 1993. Practical Consoling and Helping Skills How to Use the Life skill Helping Model. Third Edition. New York. Cassel Education Limited.

Padmowihardjo, S. 1999. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

________. 2001. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis. Jakarta: Departemen Pertanian.

Pitana, B. 2005. Subak dalam Pertanian antara Pertanian dan Pariwisata. Dalam: Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi. Editor: I Gde Pitana dan I Gede Setiawan AP. Yogyakarta: Penerbit Andi

Rachman, B, Supriyati, dan Supena. 2011. Ekonomi Kelembagaan Sistem Usahatani Padi di Indonesia. [Jurnal on-line]. SOCA 2011. Diperoleh dari: Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Ranaweera, A.M. 1989. Pendekatan Non-Konvensional dalam Pendidikan Tingkat Dasar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Redfield, R. 1983. Masyarakat Petani dan Kebudayaan. Penerjemah: Ali hasan. Jakarta: C.V Rajawali.

Reijntjes, C., Haverkort B, Waters-Bayer A. 2008. Pertanian Masa Depan Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Terjemahan dari: Farming for the Future an Introduction to Low-External-Input Sustainable Agriculture. Penterjemah: Sukoco SS. Yogyakarta: Kanisius.

Roberts, N. 1987. “Successful Agricultural Extension: Its Dependence Upon Others Aspect of Agricultural Development: The Case of Public Sector Extension in North-East Africa”. Dalam: Agricultural Extension Worldwide: Issues, Practices and Emerging. Diedit oleh: Rivera, MW. Dan S.G. Schram. USA: Croom Helm.

Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi ke-10. Terjemahaan dari:

Organizations Behavio. Penerjemah: Benyamin Molan. Jakarta: Gramedia. Robinson, W.J. 1989. The Conflict Approach. Dalam: Community Development in Perspective. Diedit oleh: Christenson, J.A dan W.J. Robinson. Ames, Iowa: Iowa State University Press.

Rogers, E.M., and FF. Shoemaker. 1971. Communication for Innovation. Second Edition. New York: The Free Press

________. 1986. Communication Technology. The New Media in Society. New York: The Free Press. A Devision of Macmillan. Inc

________. 1987. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Penerjemah: Hanafi A. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

________. 2003. Diffusion of Innovation. Fifth Edition. New York: The Free Press.

________, Una E.M., Mario A.R., dan Cody J.W. 2011. “Complex Adaptive Systems and The Diffusion of Innovations”. [Jurnal on-line]; The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, Volume 10(3), article 32. Diperoleh dari: Saefullah, B.Y. 2003. Organisasi Berbasis Masyarakat. Jakarta : Modul Pelatihan

INCIS.

Salkind, N.J. 1985. Theories of Human Development. New York: John Willey & sons.

Sandra, N., Huw D., dan Isabel W. 2011. “ Conceptual Synthesis 1. Learning from the Diffusion of Innovations”. [Jurnal on-line]; The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, Volume 10(3), article 32. Diperoleh dari: http://using%20diffusion%20of% 20innovation %20 concepts % 20 for % 20 program %20 evaluation.htm. Internet; Diakses pada 12 Mei 2011.

Samsudin, U. 1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Cet. Ke-3. Bandung: Binacipta.

Slamet, M., dan Sumardjo. 2003. Kumpulan Materi-materi Kuliah Kelompok, Organisasi dan Kepemimpinan. Program Studi Penyuluhan Pembangunan, Faktor Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sarmela, M.E. 1975. “Group Centered Behavior and Cultural Growth: A Summary of Ecology and Superstructure.” Dalam: Population, Ecology and Social Evolution. Paris: Mouton Publishers.

Sevilla, C.G., Ochave J.A., Punsalan T.G., Regala B.P., dan Uriarte G.G. 1993.

Pengantar Metode Penelitian. Alimuddin Tuwu, Penerjemah. Jakarta: UI Press.

Scot, J.C. 1983. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Penerjemah: Hasan Basri. Penyunting: Bur Rusuanto. Jakarta: LP3ES.

Singarimbun, M., dan Effendi S. 2003. Membentuk Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Soewardi. 1987. Perkembangan Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Dalam: Prosiding Kongres Penyuluhan Pertanian. Subang: PERHIPTANI.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Soetrisno. 1999. Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Stoop, W.A., dan Kassam A.H. 2006. The System of Rice Intensification (SRI). Implication for agronomic research. [Article on-line]; Diperoleh dari: pada 5 Mei 2009.

Suryanata, Z.D. 2007. Padi SRI (System of rice intensification). Pengembangan Sistem Budidaya Padi Hemat Air Irigasi dengan Hasil Tinggi. Bandung: Pustaka Giratuna.

Sutjipta, N. 1994. “Peranan Ilmu Penyuluhan dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarkat dalam Program-Program Pembangunan di Masa Datang.” Denpasar: Orasi Ilmiah Pengenalan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

Suharyanto, Destialisma, dan Parwati I.A. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Tabela di Provinsi Bali. [Article on-line]; Diperoleh dari: http://www.ntb.litbang.deptan.go.id /2005/TPH/faktor-faktor.doc.

Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional R.I.

Internet; Diakses pada 21 Mei 2009.

Sutanto, R. 2000. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius: Yogyakarta.

Sutawan, N. 2005. ”Subak Menghadapi Tantangan Globalisasi. Perlu Upaya Pelestarian dan Pemberdayaan Secara Lebih Serius.” Dalam: Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi. Diedit oleh: I Gde Pitana dan I Gede Setiawan Adi Putra. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Suyatna, I.G. 1982. “Dinamika Kelompok Sosial Tradisional di Bali dan Peranannya dalam Pembangunan.” Disertasi. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Spencer, L.M. dan Signe M.P. 1993. Competence at Work Models for Superior Performance. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Thoha, M. 1986. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali.

Tjakrawilaksana, A.M., dan C. Soeriaatmadja. 1983. “Usahatani untuk Sekolah Menengah Teknologi Pertanian.” Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah.

Tohir, K. A. 1983. Seuntai Pengetahuan tentang Usahatani Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Trisha, G., Robert G., Fraser M, Bate P., dan Olivia K. 2004. “Diffusion of Innovation in Service Organizations: Sustematic Review and Recommendations”. [Article on-line]; Diperoleh dari:

Internet; Diakses pada

Uphoff, N. 1989. Local Institutional Development: An Analytical Sourcebook With Cases. Connecticut: Kumarian Press.

_______. 2003. The System of Rice Intensification (SRI) as a System of Agricultural Innovation. [Article on-line]; Diperoleh dari:

Internet; Diakses pada 5 Mei 2009.

_______, dan Fernandes E. 2003. Sistem Intensifikasi Padi Tersebar Pesat. [Article on-line]; Diperoleh dari: http:// www.l eisa. info/ index. php? url = getblob. php&a_id=211&a_seq=0.

_______. 2005. Features of the System of Rice Intensification. [Article on-line]; Diperoleh dari:

Internet; Diakses pada 5 Mei 2009. Diakses pada 5 Mei 2009.

_______. 2011. “The System of Rice Intensification (SRI) as a System of Agricultural Innovation”. [Jurnal on-line]; International Journal of Agricultural Sustainability 1: 38-50. Diperoleh dari: 20 Juni 2011.

van den Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Penerjemah: Agnes Dwina. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Verhagen, K. 1996. Pengembangan Keswadayaan: Pengalaman LSM di Tiga Negara. Terjemahan. Jakarta : Puspa Swara.

Wahono, F. 1994. “Dinamika Ekonomi Sosial Desa sesudah 25 Tahun Revolusi Hijau.” Prisma. No. 3 th XX. Hal:2-21. Jakarta.

Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Andi. Warford, M.K. 2011. “Testing a Diffusion of Innovation in Education Model

(DIEM)”. [Jurnal on-line]; The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, Volume 10(3), article 32. Diperoleh dari: Internet; Diakses pada 12 Mei 2011.

Wiriatmadja, S. 1983. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yasaguna. Wolf, E.R. 1983. Petani. Suatu Tinjauan Antropologis. Penerjemah: Yayasan

Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: C.V. Rajawali.

Yanuar. 2002. “Analisis Produksi dan Faktor Penentu Adopsi Teknologi Sawit Dupa pada Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan.“ Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Yuliarmi. 2006. “Analisis Produksi dan Faktor-Faktor Penentu Adopsi Teknologi Pemupukan Berimbang pada Usahatani Padi.” Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 2. Hasil uji CFA peubah penelitian

Lampiran 3. Data deskriptif peubah karakteristik responden

Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari peubah umur, pendidikan formal, luas lahan usahatani, pengalaman usahatani, jumlah tanggungan keluarga, motivasi berusaha, tingkat subsistensi, modal usahatani dan tingkat partisipasi dalam subak.

Umur

Rataan umur responden adalah 50,31 tahun dengan kisaran antara 26 -75 tahun. Sebagian besar (28,85%) responden adalah petani yang berumur tua dengan kisantaran antara 50 – 59 tahun. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar anggota subak adalah petani yang berumur tua.

No Rentang skor umur (tahun) Kategori Jumlah

Orang Persentase 1 26 - 42 Sangat muda 27 25,96 2 43 - 49 Muda 21 20,19 3 50 - 59 Tua 30 28,85 4 60 - 75 Uzur 26 25,00 Jumlah responden 104 100,00

Rataan umur anggota subak adalah 50,31 tahun

Pendidikan formal

Anggota subak kebanyakan berpendidikan formal rendah (41,35%) dengan rata-rata mengenyam pendidikan selama 6,95 tahun setara dengan tamatan SD. Data ini mengindikasikan bahwa anggota subak tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka,, memikirkan pemecahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka.

N Rentang skor tingkat

pendidikan (tahun) Kategori

Jumlah Orang Persentase 1 0 - 5,29 Sangat rendah 21 20,19 2 5,30 - 6,93 Rendah 43 41,35 3 6,94 -9,53 Tinggi 18 17,31 4 9,53 - 12 Sangat tinggi 22 21,15 Jumlah responden 104 100 Rataan tingkat pendidikan anggota subak adalah 6,95 tahun

Luas lahan usahatani

Luas lahan garapan usahatani anggota subak tergolong sempit (27,88%). Rataan luas lahan anggota subak sebesar 51,04 are setara dengan 0,51 ha. Ini berarti kebanyakan petani memiliki luas garapan yang relative sempit. Selain sempit, lahan yang mereka garap bukan miliknya sendiri, melainkan milik orang lain. Kebanyakan dari mereka adalah petani penggarap dengan system bagi hasil.

No Rentang skor luas lahan

garapan (are) Kategori

Jumlah Orang Persentase 1 10 - 24,79 Sangat sempit 21 20,19 2 24,80 - 38,07 Sempit 29 27,88 3 38,08 - 58,00 Luas 27 25,96 4 58,01 - 300 Sangat luas 27 25,96 Jumlah responden 104 100,00

Rataan luas lahan garapan adalah 51,04 are

Pengalaman usahatani

Anggota subak sangat berpengalaman dalam berusahatani (51,92 % responden) dengan kisaran 38,13 – 60 tahun. Rataan pengalaman anggota subak adalah selama 26 tahun lebih.

N Pengalaman

berusahatani (tahun) Kategori

Jumlah Orang Persentase 1 1 - 13,86 Sangat tidak berpengalaman 3 2,88 2 13,87 -23,50 Tidak Berpengalaman 17 16,35 3 23,51 - 38,12 Berpengalaman 30 28,85 4 38,13 - 60 Sangat Berpengalaman 54 51,92 Jumlah responden 104 100,00

Jumlah tanggungan keluarga

Jumlah tanggungan keluarga anggota subak tergolong sedikit (43,27%) dengan kisaran tanggungan antara tiga hingga empat orang dalam satu rumah tangga petani. Rataan jumlah tanggungan keluarga petani sebanyak tiga orang.

N Rentang skor jumlah tanggungan keluarga (orang) Kategori Jumlah Orang Persentase 1 1 - 2 Sangat sedikit 28 26,92 2 3 - 4 Sedikit 45 43,27 3 5 - 6 Banyak 29 27,88 4 7 - 8 Sangat banyak 2 1,92 Jumlah responden 104 100,00

Rataan jumlah tanggungan keluarga adalah 4 orang.

Motivasi berusaha

Sebagian besar (30,77 %) responden memiliki motivasi yang tinggi untuk menerapkan SRI di lahan usahataninya. Tingginya motivasi responden terlihat dari keinginannya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika mereka mengusahakan padi dengan metode konvensional. Mereka menerapkan SRI karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terutama tuntutan untuk dapat menyekolahkan anak-anak mereka. Motif lainnya adalah dapat menjalin kerjasama dengan anggota lainnya agar berhasil menerapkan SRI.

No Rentang skor motivasi

berusaha Kategori Jumlah Orang Persentase 1 1 - 2 Sangat rendah 24 23,08 2 > 2 - 3 Rendah 21 20,19 3 > 3 - 4 Tinggi 27 25,96 4 > 4 - 5 Sangat tinggi 32 30,77 Jumlah responden 104 100,00

Tingkat subsistensi

Setiap petani pada hakekatnya menjalankan sebuah perusahaan pertanian di atas usahataninya. Usahatani itu merupakan perusahaan, karena tujuan tiap petani bersifat ekonomis: memproduksi hasil-hasil, apakah untuk dijual ataupun untuk digunakan oleh keluarganya sendiri. Sebagian besar (33,65%) responden tergolong petani yang sangat subsisten. Ini berarti kebanyakan anggota subak belum berorientasi pada bisnis pertanian, karena sebagian besar hasil yang didapat adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

N Rentang skor tingkat

subsistensi Kategori

Jumlah Orang Persentase 1 1 - 2 Sangat tidak subsisten 13 12,50 2 > 2 - 3 Tidak subsisten 24 23,07

3 >3 - 4 Subsisten 32 30,76

4 > 4 - 5 Sangat subsisten 35 33,65

Jumlah responden 104 100,00

Rataan skor tingkat subsistensi adalah 3,36.

Modal dan akses pada kredit usahatani

Anggota subak mudah dalam mendapatkan modal dan akses pada kredit usahatani (32% responden). Rataan skor modal dan akses pada kredit usahatani

Dokumen terkait