• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan Variabel Makroekonomi 1.Keseimbangan Pendapatan Nasional

Keseimbangan pendapatan nasional dicerminkan oleh keseimbangan internal dan eksternal secara simultan. Keseimbangan internal terjadi apabila dalam pasar barang dan pasar uang terjadi keseimbangan. Sedangkan keseimbangan eksternal terjadi jika neraca perdagangan sama dengan neraca modal asing (net capital flow).

Secara teoritis proses terbentuknya keseimbangan pendapatan nasional tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan sisi pengeluaran didefinisikan sebagai penjumlahan dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, ditambah pengeluaran investasi swasta, ditambah pengeluaran pemerintah, dan ditambah ekspor neto. Sedangkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposible income) adalah pendapatan nasional dikurangi pajak (Glahe, 1977). Secara matematis dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = C + I + G + ( X – M ) ...(1) YD = Y – T ...(2) dimana :

Y = Pendapatan nasional

C = Pengeluaran konsumsi rumah tangga I = Pengeluaran investasi swasta

G = Pengeluaran Pemerintah

X = Ekspor

I = Impor

YD = Pendapatan yang siap dibelanjakan T = Penerimaan Pajak

Besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga didefinisikan sebagai pendapatan yang siap dibelanjakan dikurangi tabungan rumah tangga (S), secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

C = YD – S ...(3) Sedangakan dari sisi penerimaan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = C + S + T ...(4) Keseimbangan umum terjadi apabila persamaan (1) sama dengan persamaan (4), yaitu :

C + I + G + X – M = C + S + T atau I + G + X = S + T + M ...(5) Persamaan (5) merupakan persamaan keseimbangan di pasar barang. Keseimbangan tersebut membentuk kurva IS yang ditunjukkan pada gambar 6d. Pada Gambar 6d juga terdapat kurva LM yang menunjukkan keseimbangan di pasar uang yang terbentuk dari keseimbangan permintaan uang (MD) dan penawaran uang (MS) (Gambar 6e).

Berdasarkan teori Keynes permintaan uang adalah mempunyai tiga motif atau tujuan, yaitu : (1) permintaan uang untuk tujuan trans aksi, (2) permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga, dan (3) permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan transak si dan berjaga merupakan fungsi dari pendapatan, sedangkan permintaan uang untuk tujuan spekulasi merupakan fungsi dari tingkat suku bunga yang secara teoritis dapat ditulis sebagai berikut :

Mt = f (Y) ...(6) Mj = f (Y) ...(7) Msp = f (r) ...(8)

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (h) (i) (g) S, T, M S+T+M S+T+M 450 Y Y Y Y I+G+X I+G+X r IS LM r r MS MD M Y N N Y W NS ND Y=f(N)

Gambar 6. Keseimbangan Perekonomian

AD EB AS P P 450 EB

MD = Mt + Mj + Msp ...(9) Keseimbangan terjadi apabila :

MS = MD ...(10) dimana :

Mt = Permintaan uang untuk transaksi Mj = Permintaan uang untuk berjaga-jaga Msp = Permintaan uang untuk spekulasi MD = Total permintaan uang

MS = Total penawaran uang Y = Pendapatan nasional r = Tingkat suku bunga

Persamaan (10) merupakan keseimbangan di pasar uang dan membentuk kurva LM. Keseimbangan internal terjadi apabila terjadi keseimbangan di pasar barang dan pasar uang atau (IS = LM) yang akan menentukan tingkat pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yang ditunjukkan oleh kurva permintaan agregat (Gambar 6f).

Perubahan-perubahan dalam aktivitas konsumsi, tabungan, pajak, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor akan merubah kurva IS yang selanjutnya akan merubah permintaan agregat. Begitu pula perubahan -perubahan dalam aktivitas moneter baik dari sisi permintaan maupun penawaran uang akan merubah kurva LM yang selanjutnya akan merubah permintaan agregat.

Keseimbangan dalam pasar barang dan pasar uang ini akan menentukan tingkat bunga. Kebijakan fiskal dicerminkan oleh pergeseran kurva IS, sedangkan kebijakan pemerintah dari segi moneter dicerminkan pada kurva LM.

Pendekatan pendapatan nasional tersebut didasarkan pada sisi pengeluaran, sehingga sulit digunakan untuk mengevaluasi perubahan -perubahan dalam sisi produksi. Pendapatan Nasional apabila diukur dari sisi produksi

ditunjukkan pada Gambar 6h. Dalam teori makro Glahe (1977), fungsi produksi agregat didefinis ikan sebagai berikut :

Y = f ( K, L, T, N) ...(11) dimana : Y = Pendapatan nasional K = Modal L = Lahan T = Teknologi N = Tenaga Kerja

Dalam jangka pendek diasumsikan bahwa K, T, L adalah tetap sehingga hanya N yang menjadi variabel input. Oleh karena itu fungsi produksi agregat dituliskan menjadi :

Y = f (N) ...(12) Mengacu pada teori makro ekonomi dan mengasumsikan pen awaran tenaga kerja elastis sempurna (perfectly elastic) pada upah W dan harga produk perusahaan adalah konstan pada P, maka keuntungan perusahaan dapat disajikan sebagai berikut :

p = (P.Y) – (W.N) ...(13) Keuntungan maksimum terjadi apabila turunan pertama dari fungsi keuntungan adalah nol, sehingga dp/dN = P.dY/dN – W = 0, dengan asumsi turunan kedua terpenuhi. Oleh karena dY/dN = MPn adalah produk marginal dari tenaga kerja, maka :

W = P.MPn ...(14) Persamaan (14) ini merupakan permintaan tenaga kerja yang digambarkan sebagai kurva permintaan tenaga kerja (ND) dalam Gambar 6i. Perubahan harga (P) akan menyebabkan pergeseran pada kurva permintaan tenaga kerja (ND). Jika

diasumsikan bahwa upah tenaga kerja (W) bersifat kaku terhadap perubahan harga dalam jangka pendek sebagaimana asumsi Keynes, maka adanya perubahan harga (P) akan terjadi perubahan dalam pasar tenaga kerja akibatnya akan terjadi perubahan permintaan tenaga kerja, sehingga akan menyebabkan perubahan jumlah produksi. Begitu pula apabila terjadi perubahan tenaga kerja akibat naiknya jumlah penduduk dan angkatan kerja, juga akan menyebabkan perubahan permintaan tenaga kerja.

Penempatan kurva keseimbangan eksternal (EB) pada Gambar 6d dan 6f, maka akan diperoleh keseimbangan internal dan eksternal. Keseimbangan internal dan eksternal pada Gambar 6d adalah EB = IS = LM, dimana jika EB > (IS =LM) menunjukkan perekonomian dalam keadaan surplus, sebaliknya jika EB < (IS=LM) menunjukkan perekonomian dalam keadaan defisit, yang umumnya dilakukan dalam evaluasi jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang keseimbangan internal dan eksternal ditunjukkan dalam Gambar 6f yaitu AS =AD = EB, dimana jika EB > (AS=AD) menunjukkan perekonomian dalam keadaan surplus, sebaliknya jika EB < (AS=AD) menunjukkan perekonomian dalam keadaan defisit (Glahe, 1977).

2.3.2. Nilai Hasil Produksi dan Harga

Asnawi (2005), dalam tulisannya menyatakan bahwa secara garis besar perhitungan pendapatan nasional dari sisi nilai produksi (Q) dirumuskan sebagai penjumlahan dari nilai produksi sektor dan sub sektor (Qij) :

Q = ? Qij ...(15) dimana : Q = Total produksi

Masing-masing produksi Qij dianggap respon terhadap perubahan harganya, modal, dan tenaga kerja, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Qij = f (Pij, Kij, Nij)...(16) dimana :

Pij = Indeks harga dari sektor i dan subsektor j Kij = Modal di sektor i dan subsektor j

Nij = Penggunaan tenaga kerja di sektor i dan subsektor j

Kekuatan harga domestik tidak hanya dipengaruhi oleh kekuatan pasar dalam negeri saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar internasional. Oleh karena itu secara empiris besarnya harga domestik sangat dipengaruhi oleh produksi, konsumsi, harga impor dan ekspor, dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Secara matematis dapat dirumuskan seb agai berikut :

Pij = f ( Qij, Cij, PXij, PM ij, NT) ...(17) dimana :

Pij = Harga Qij = Produksi Cij = Konsumsi PXij = Harga ekspor PMij = Harga impor NT = Nilai tukar rupiah

2.3.3. Ekspor – Impor

Total ekspor merupakan penjumlahan dari masing-masing sektor atau sub sektor. Sementara total impor merupakan penjumlahan dari masing-masing sektor atau sub sektor. Besarnya ekspor dari masing -masing sektor dan sub sektor dipengaruhi oleh harga dunia, indeks harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar US, harga domestik, produksi domestik dan pajak ekspor. Sedangkan

besarnya impor dari masing -masing sektor dan sub sektor dipengaruhi oleh pajak / tarif impor, indeks harga impor, harga dunia, nilai tukar rupiah terhadap dollar US, harga domestik, dan produksi domestik (Asnawi, 2005). Sedangkan mengenai dampak pengenaan tarif impor dan pajak ekspor dapat dijelaskan sebagai berikut :