• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kinerja Perusahaan

B.1 Pengertian Kinerja Perusahaan.

Terdapat definisi kinerja diantaranya :

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005:570) kinerja adalah merupakan kata benda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja (tt peralatan):

2. Di dalam Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia,2004: 5) dikemukakan bahwa:

“Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas

perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.” Kinerja adalah tingkat keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam suatu tahun buku tertentu. Kinerja juga mengandung pengertian kemampuan kerja untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif. Dalam suatu perusahaan, tinggi rendahnya kinerja diukur dalam bentuk laba yang dihasilkan.

Untuk menghasilkan laba yang maksimal, diperlukan kemampuan melihat celah-celah keuntungan dan memprediksi masa yang akan datang. Di samping itu, manajemen harus memiliki kemampuan untuk menggerakkan kreativitas sumber daya manusia yang ada agar dapat bekerja sama secara efektif dan efisien.

Pada akhirnya, kemampuan manajemen menggerakkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada akan dapat dinilai dari laporan keuangan yang disusun setiap akhir periode. Melalui laporan keuangan tersebut dapat dievaluasi dan pada akhirnya diperbaiki hal-hal yang menjadi penghalang maksimalisasi kinerja perusahaan. Di samping itu, juga dapat direncanakan hal-hal yang perlu dilakukan sehubungan dengan peningkatan kinerja di masa yang akan datang. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja.

Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian penilaian kinerja perusahaan mengandung makna suatu proses atau sistem

penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu.

B.2 Unsur Kinerja Perusahaan

Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personil mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program dan anggaran organisasi. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan di masa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen personil yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Ukuran keuangan menunjukkan akibat dari berbagai tindakan yang terjadi diluar non-keuangan.

Ukuran keuangan dapat tercermin dalam laba perusahaan. Penghasilan bersih atau laba seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran yang lain seperti penghasilan per lembar saham (earning per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih adalah penghasilan

(income) dan beban (expences). Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih, tergantung pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya (Prastowo, 2002: 11).

Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penurunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi (setoran) penanaman modal (Prastowo, 2002:11). Penghasilan meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains). Pendapatan muncul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang normal, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividend royalty, dan sewa. Sedangkan keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan yang mungkin timbul atau tidak dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan meliputi pos yang timbul dalam pengalihan aktiva lancar dan keuntungan yang belum direalisasi, misalnya kenaikan jumlah aktiva jangka panjang.

Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (Prastowo, 2002: 11). Beban mencakup kerugian (loss) maupun beban yang timbul dari pelaksanaan aktivitas biasa. Beban ini meliputi antara lain beban pokok penjualan, gaji dan depresiasi, yang biasanya berbentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktivitas seperti kas (setara kas), persedian dan aktiva tetap.

Prinsip-prinsip pengukuran kinerja perusahaan menurut R.A Supriyono (Andra,2006:33) yaitu :

1. Konsisten dengan tujuan perusahaan.

Ukuran-ukuran kinerja harus konsisten dengan tujuan stakeholders. Ukuran-ukuran kinerja perusahaan harus menyediakan keterkaitan antara aktivitas-aktivitas bisnis dengan rencana strategi bisnis. Oleh karena itu rencana strategi bisnis harus dinyatakan untuk berbagai hierarki manajemen organisasi.

2. Memiliki adaptabilitas pada kebutuhan bisnis.

Ukuran-ukuran kinerja harus dapat beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan bisnis maupun dengan berbagai macam tujuan. Jika kebutuhan-kebutuhan bisnis berubah maka ukuran-ukuran kinerja juga harus diubah. Ukuran-ukuran kinerja harus dikaji ulang dan diurutkan seperlunya agar mencerminkan faktor-faktor sukses yang relevan. Ukuran-ukuran kinerja yang ada harus dikaji ulang, dimodifikasi, dikurangi atau jika perlu dihapuskan. Ukuran kinerja diubah hanya jika kebutuhan-kebutuhan bisnis berubah dan bukan karena perubahan gaya manajemen.

3. Dapat mengukur aktivitas-aktivitas signifikan.

Ukuran-ukuran kinerja harus disusun pada level aktivitas. Ukuran kinerja tersebut harus menceminkan aktivitas-aktivitas yang signifikan bagi perusahaan. Setiap perusahaan harus menentukan aktivitas-aktivitas yang signifikannya berdasarkan tujuan bisnis dan lingkungan

beroperasinya. Aktivitas-aktivitas tersebut harus digolongkan menjadi dua yaitu : (1) aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah, dan (2) aktivitas- aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah.

4. Mudah diaplikasikan.

Ukuran-ukuran kinerja harus mudah diaplikasikan. Jika aktivitas- aktivitas signifikan telah didefinisikan, maka ukuran-ukuran kinerja harus disusun dan untuk itulah aktivitas harus mudah untuk dipahami. Jumlahnya tidak banyak dan dapat dikuantitatifkan. Banyak ukuran kinerja yang dapat dinyatakan dalam kualitatif dalam ukuran keuangan dan maupun non-keuangan.

5. Mempunyai akseptabilitas dari atas ke bawah.

Perusahaaan harus memahami bahwa ukuran-ukuran kinerja berperan dalam mempengaruhi perilaku para manager. Pendekatan dari atas ke bawah harus digunakan untuk menentukan ukuran-ukuran kinerja yang dapat memotivasi perilaku optimal pada semua level perusahaan. Organisasi level bawah harus mendukung pencapaian tujuan-tujuan yang diputuskan oleh manajemen puncak dengan mempertimbangkan usulan- usulan dari level bawah.

6. Berbiaya efektif.

Informasi mengenai pengukuran kinerja harus berbiaya efektif, tersedia saat diperlukan, dan disajikan tepat waktu. Aktivitas tertentu mungkin mempunyai hubungan yang rumit dengan: (a) manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, (b) sistem prosedur yang digunakan, dan

(c) teknologi yang digunakan. Kondisi ini mengakibatkan pengukuran kinerja sulit dilakukan dan memerlukan waktu yang banyak dan biaya yang tinggi.

7. Tersaji tepat waktu.

Informasi kinerja harus tersaji tepat waktu dan dalam format yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan. Informasi kinerja yang disajikan terlambat kurang manfaatnya dan kurang memotivasi para manajer dan pelaksana yang diukur kinerjanya. Penyajian informasi tepat waktu juga harus dihubungkan dengan validitasnya serta manfaat dan biayanya. Laporan informasi kinerja yang tepat waktu bermanfaat untuk memperoleh umpan balik dan penyempurnaan yang cepat.

Dokumen terkait