• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

G. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Rumah Sakit

1. Kompetensi A : Asuhan kefarmasian

a. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal. Salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat di Rumah Sakit yang tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit pada bab VI adalah mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker, untuk

menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Pada bab VI bagian 2.1. menyebutkan tentang pengkajian resep. Kajian resep meliputi kegiatan yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis. Persyaratan administrasi meliputi nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter; tanggal resep; ruangan/unit asal resep persyaratan farmasi meliputi bentuk dan kekuatan sediaan; dosis dan jumlah obat; stabilitas dan ketersediaan; aturan, cara dan teknik penggunaan. Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat; duplikasi pengobatan; alergi, interaksi, dan efek samping obat; kontra indikasi dan efek aditif.

b. Memberikan pelayanan kepada pasien atas permintaan pasien itu sendiri dalam rangka ingin melakukan pengobatan mandiri.

c. Memberikan pelayanan informasi obat. Pada bab VI bagian 2.4. mengenai pelayanan informasi obat disebutkan bahwa

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Tujuan :

i. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan di lingkungan Rumah Sakit

ii. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama Panitia/Komite Farmasi dan Terapi

iii. Meningkatkan profesionalisme Apoteker iv. Menunjang terapi obat yang rasional.

Kegiatan :

i. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara

aktif dan pasif

ii. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui

telepon, surat atau tatap muka iii. Membuat buletin, lesflet, label obat

iv. Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.

d. Memberikan konsultasi/konseling obat. Pada bab VI bagian 2.5. mengenai konseling disebutkan bahwa

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

Tujuan :

Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara penggunaan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat lain.

e. Membuat formulasi khusus sediaan obat yang mendukung proses terapi. Kompetensi ini disebutkan pada bab VI bagian dispensing sediaan farmasi khusus

Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya :

a. Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi merupakan kegiatan

pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.

Kegiatan :

1) mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan

2) mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi

b. Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril melakukan

pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.

Kegiatan :

1) mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus

2) melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan

pelarut yang sesuai

f. Melakukan monitoring efek samping obat. Pada bab VI bagian 2.3.disebutkan mengenai pemantauan dan pelaporan efek samping obat.

Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

Kegiatan :

i. kegiatan menganalisa laporan efek samping obat

ii. mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko

tinggi mengalami efek samping obat iii. mengisi formulir efek samping obat

iv. melaporkan ke panitia Efek Samping Obat Nasional.

g. Pelayanan klinik berbasis farmakokinetika. Salah satu bentuk pelayanan klinis berbasis farmakokinetika adalah pemantauan kadar obat dalam darah. Hal ini tercantum pada bab VI bagian 2.6.

Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit.

Tujuan:

1. mengetahui kadar obat dalam darah

2. memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat

Kegiatan:

1. memisahkan serum dan plasma darah

2. memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma dengan alat

TDM

3. membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan

Faktor-faktor yang diperhatikan: 1. alat Therapeutic Drug Monitoring 2. reagen sesuai obat yang diberikan

h. Penatalaksanaan obat sitostatika dan obat atau bahan yang setara. Pada Bab II dijelaskan bahwa salah satu pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah melakukan penanganan obat kanker. Pada Bab VI dijelaskan tentang dispensing sediaan farmasi berbahaya termasuk didalamnya penanganan obat kanker.

Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai, sehingga kecelakaan terkendali

Kegiatan:

1. melakukan perhitungan dosis secara akurat

2. melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai

3. mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan

4. mengemas dalam kemasan tertentu

5. membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku

i. Melakukan evaluasi penggunaan obat. Pada bab VI bagian 2.8. disebutkan mengenai pengkajian penggunaan obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif dan terjangkau oleh pasien. Tujuan :

i. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat

pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu

ii. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan

kesehatan/dokter satu dengan yang lain

iii. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik

iv. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat

Pada bab III juga disebutkan perlunya tinjauan terhadap penggunaan obat di

Rumah Sakit dengan mengkaji medical record dibanding dengan standar

diagnosa dan terapi.

Dokumen terkait