• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan Hutan Kerangas

C. Hasil dan Pembahasan

2) Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan Hutan Kerangas

Komposisi jenis tegakan hutan kerangas yang berada di lokasi penelitian utama merupakan gambaran hutan kerangas yang terganggu berat. Terdapat 1 jenis tumbuhan tingkat pohon yang terdapat di hutan kerangas Desa Guntung Ujung. Tabel 2.1 - 2.4 memuat komposisi jenis, indeks nilai penting (INP) dan indeks keragaman dari tiap tingkatan tumbuhan di hutan kerangas Desa Guntung Ujung (lokasi 1/lokasi utama penelitian).

Tabel 2.1 Komposisi jenis, keragaman jenis, INP tingkat semai di lokasi utama No Jenis tingkat semai KR (%) FR (%) INP (%) H’

1 Akasia (Acacia mangium) 1,47 5,88 7,35 0,06

2 Alaban (Vitex pubescens) 2,94 5,88 8,82 0,10

3 Bati-bati (Adina minutiflora) 4,41 5,88 10,29 0,14 4 Belangiran (Shorea belangeran) 2,94 5,88 8,82 0,10 5 Bintangur (Callophylum sp.) 32,35 17,65 50,00 0,37 6 Irat (Cratoxylon arborescens) 16,18 23,53 39,71 0,29 7 Galam (Melaleuca cajuputi) 4,41 5,88 10,29 0,14 8 Merapat (Combretocarpus rotundatus) 5,88 5,88 11,76 0,17 9 Palawan (Tristaniopsis obovata) 13,24 11,76 25,00 0,27 10 Rambuhatap (Baeckea frutescens) 16,18 11,76 27,94 0,29

JUMLAH 100,00 100,00 200,00 1,93

Terdapat 10 jenis tumbuhan tingkat semai pada lokasi hutan kerangas Desa Guntung Ujung. Bintangur dan irat merupakan jenis tumbuhan yang mendominasi tingkat semai. Akasia sebagai jenis eksotik terintroduksi ke dalam habitat kerangas dan memiliki nilai INP terendah. Keragaman jenis secara keseluruhan termasuk rendah. Jumlah jenis yang relatif rendah dan dominasi yang relatif besar dari bintangur dan irat dibandingkankan jenis lainnya mengakibatkan keragaman jenis dari tingkat tumbuhan semai menjadi rendah.

Tabel 2.2 Komposisi jenis, keragaman jenis dan INP pancang di lokasi utama No Jenis tingkat pancang KR (%) FR (%) INP (%) H’

1 Akasia (A.mangium) 2,86 8,70 11,55 0,12 2 Belangiran (S.belangeran) 5,71 8,70 14,41 0,16 3 Bintangur (Callophylum sp.) 48,57 17,39 65,96 0,35 4 Irat (C.arborescens) 16,19 17,39 33,58 0,29 5 Galam (M.cajuputi) 3,81 4,35 8,16 0,14 6 Merapat (C.rotundatus) 4,76 8,70 13,46 0,14 7 Palawan (T.obovata) 11,43 17,39 28,82 0,25

8 Pulantan (Alstonia pneumatophora) 0,95 4,35 5,30 0,04 9 Rambuhatap (B.frutescens) 5,71 13,04 18,76 0,16

JUMLAH 100,00 100,00 200,00 1,67

Jumlah jenis yang ditemukan pada tingkat pancang sebanyak 9 jenis tumbuhan. Jenis bintangur, irat dan palawan mendominasi tingkatan pancang.

Nilai indeks keragaman jenis tingkatan pancang relatif rendah (H‘=1,67). Rendahnya jumlah jenis yang ditemukan dan dominasi yang relatif tinggi dari ke tiga jenis ini menjadikan keragaman jenis tumbuhan tingkat pancang menjadi rendah.

Tabel 2.3 Komposisi jenis, keragaman jenis dan INP tingkat tiang di lokasi utama No Jenis tingkat pancang DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H’

1 Akasia (A.mangium) 9,20 11,11 14,20 34,51 0,26 2 Merapat (C.rotundatus) 90,80 88,89 85,80 265,49 0,12

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 300,00 0,38

Terdapat 2 jenis tumbuhan tingkat tiang yang terdapat di lokasi utama. Fenomena ini menggambarkan tipe hutan kerangas terbuka. Jenis merapat mendominasi tingkat tiang. Akasia merupakan jenis eksotik yang berhasil terintroduksi dan mampu tumbuh dan berkembang sampai tingkat tiang pada hutan kerangas di lokasi utama. Jumlah jenis yang sedikit dan jenis merapat yang mampu tumbuh dominan sampai tingkat tiang mengakibatkan nilai keragaman tingkat tiang menjadi sangat rendah.

Tabel 2.4 Komposisi jenis, keragaman jenis, INP tingkat pohon di lokasi utama No Jenis tingkat pancang DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H’

1 Merapat (C.rotundatus) 100,00 100,00 100,00 300,00 0

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 300,00 0

Merapat merupakan satu-satunya jenis tumbuhan yang mampu tumbuh dan bertahan sampai tingkat pohon. Tegakan merapat yang tersisa berupa

patches berukuran kecil atau berupa tegakan terfragmentasi. Tegakan yang terbentuk adalah tegakan murni dengan keragaman yang sangat rendah.

Hutan kerangas di Desa Guntung Ujung mengalami kebakaran berulang, penutupan lahannya seperti savana terbuka yang didominasi oleh tumbuhan semak dengan pohon-pohon dengan diameter kecil dan tinggi dan frekuensi kehadiran pohon yang rendah. Tumbuhan bawah yang masih bertahan di lokasi penelitian utama dan berkembang dominan adalah kantong semar (N.gracilis), jangang (Glechenia linearis), kelakai (Stenochlena palustris), sulingnaga (Dianella nemerosa), dan rasau (Pandanus atrocarpus). Populasi tumbuhan bawah juga menurun akibat kebakaran dan pengupasan permukaan tanah.

Komposisi jenis total keseluruhan tingkatan tumbuhan tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan di lokasi penelitian utama bila dibandingkankan hasil penelitian Kissinger (2002). Jumlah jenis total gabungan semua tingkatan vegetasi adalah 10 jenis. Perubahan yang terjadi mengarah pada struktur tegakan dari tiap tingkatan vegetasi. Perubahan tingkat semai dan pancang relatif terjadi pada struktur vegetasi penyusunnya. Terjadi pergeseran jenis-jenis yang mendominasi tingkat pertumbuhan pancang dan semai. Struktur tegakan tingkat tiang dan pohon juga mengalami penurunan jumlah jenis yang mampu tumbuh, berkembang dan bertahan pada tingkatan tiang dan pohon. Tercatat dari hasil penelitian yang dilakukan (Kissinger 2002), hutan kerangas di Desa Guntung Ujung memiliki 3 jenis tumbuhan asli (native species) yang mencapai

tingkatan pohon ( diameter ≥ 10 cm) dengan tinggi maksimal ≤ 15 m yaitu jenis merapat (Combretocarpus rotundatus), belangiran (Shorea belangeran) dan galam (Melaleuca cajuputi). Tumbuhan tingkat tiang yang ditemukan sama dengan tumbuhan tingkat tiang ditambah satu jenis eksotik yaitu akasia (Acacia mangium). Gambaran diagram profil dari hutan kerangas adalah seperti tertera pada gambar 2.1. Hasil penelitian sekarang menunjukkan hanya satu jenis tumbuhan yang menyusun tumbuhan tingkat pohon (jenis merapat) dan 2 jenis tumbuhan tingkat tiang (merapat dan akasia).

Keterangan:

1-10,13-17,19-23: Merapat (Combretocarpus rotundatus). 11,18: Galam (Melaleuca cajuputi) 12. Belangeran (Shorea belangeran)

Gambar 2.1 Diagram profil tegakan hutan kerangas terganggu berat di hutan lindung Desa Guntung Ujung (Sumber: Kissinger 2002).

Gambar 2.1 mendeskripsikan hutan kerangas Desa Guntung Ujung pada spot-spot kerangas yang masih bervegetasi. Kemampuan jenis pohon merapat mendominasi berkaitan erat dengan ketahanan jenis ini terhadap kebakaran, kemampuan regenerasi yang baik (vegetatif dan generatif), kemampuan hidup yang tinggi pada tanah berpasir dengan ketebalan gambut atau bahan organik (tipis-dalam), dan kemampuan hidup di tanah miskin hara.

Kebakaran berulang menyebabkan tumbuhan tingkat pohon yang tersisa dan mampu bertahan di hutan kerangas di Desa Guntung Ujung hanya dari jenis

less fire toleran species‖ yaitu jenis merapat. Jenis ini dapat beradaptasi dibandingkankan dengan beberapa jenis lainnya yang dulu juga dominan tumbuh di hutan kerangas seperti irat (C.arborescens), palawan (T.obovata), bintangur (Callophylum sp.) dan belangiran (S.belangeran). Gambar 2.2 mendeskripsikan kemampuan atau adaftabilitas dari jenis merapat di hutan kerangas Desa Guntung Ujung yang terbakar berulang.

Gambar 2.2 Kenampakan dari jenis merapat (Combretocarpus rotundatus) di hutan kerangas yang terbakar berulang (Sumber: Kissinger 2002). Komposisi jenis tingkat pancang dan semai juga mengalami perubahan. Kissinger (2002) menyebutkan bahwa jenis yang mendominasi tingkat semai dan pancang terdiri dari beberapa jenis seperti irat (C.arborescens), belangiran (S.belangeran), bintangur (Callophylum sp.), palawan (T.obovata), merapat (C.rotundatus) dan bati-bati (Adina minutiflora). Kondisi sekarang hanya menyisakan 3 jenis yang dominan pada tingkat pancang dan semai, yaitu irat, bintangur dan palawan. Perubahan yang cukup signifikan adalah terintroduksinya jenis eksotik yang mampu tumbuh dan berkembang baik di hutan kerangas yaitu akasia (A.mangium).

Kondisi vegetasi hutan kerangas di Desa Guntung Ujung serupa dengan yang dilaporkan oleh Onrizal (2004) pada tegakan hutan kerangas di Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat yang mengalami kebakaran berulang. Tegakan tingkat pohon yang terbentuk juga relatif homogen karena pada tingkatan pohon hanya ditemukan satu jenis pohon (Bellucia axinanthera) dari total 14 jenis tumbuhan yang ditemukan.

Komposisi jenis dan struktur tegakan yang serupa juga terdapat pada hutan kerangas terbuka dari lokasi referensi, yaitu hutan kerangas di Pasir putih- Lenggana Kabupaten Kotawaringin Timur (referensi 3) dan Tanjung-Muara Kelanis (referensi 1). Tegakan secara keseluruhan didominasi tingkat pertumbuhan pancang dan semai, sedangkan tingkat pohon dan tiang terdapat dalam spot-spot kecil di antara luasan habitat kerangas yang terbuka. Spot-spot kecil tersebut umumnya berisikan jenis belangiran (S.belangeran), merapat (C.rotundatus) dan Irat (C.arborescens). Akasia (A.mangium) merupakan jenis yang juga terintroduksi dari tingkat semai sampai pohon pada ke dua lokasi

referensi yang merupakan hutan kerangas terbuka. Terdapat 10 jenis tumbuhan tingkat pancang dan semai di hutan kerangas terbuka dari lokasi referensi 3, dan 11 jenis dari hutan kerangas terbuka lokasi referensi 1.

Hutan kerangas mempunyai laju pertumbuhan dan perkembangan vegetasi yang relatif lambat dibandingkan hutan Dipterocarpaceae campuran. Bila hutan/lahan ini mengalami gangguan maka akan sukar untuk pulih kembali (Bruenig 1995). Riswan (1985) mengungkapkan bahwa setelah hutan kerangas mengalami kebakaran, laju ketahanan (survival rate) dari semai menuju pancang sangat kecil (3,2 %) sebagai akibat tingginya kematian semai dan lambatnya laju pertumbuhan. Hal yang sama juga terjadi terhadap laju ketahanan tingkat sapihan menuju tingkat tiang atau pohon. Hutan kerangas sangat mudah terdegradasi oleh aktifitas penebangan tak terkontrol dan kebakaran. Bila sekali mengalami degradasi maka akan berkembang menjadi savana terbuka (Bruenig 1995). Laju pertumbuhan vegetasi di lahan kerangas lambat begitu juga kecepatan pemulihan bila lahan ini mengalami gangguan. Penanaman kembali menggunakan tumbuhan asli terbukti tidak efektif (Mitchell 1963).

Hutan kerangas sekunder pada penelitian ini diwakili oleh komunitas tumbuhan kerangas yang terdapat di Tanjung-Muara Kelanis (lokasi referensi 1). Tabel 2.5 - 2.8 memuat komposisi jenis, indeks nilai penting (INP) dan indeks keragaman dari tiap tingkatan tumbuhan hutan kerangas tidak terendam di Tanjung-Muara Kelanis.

Tabel 2.5 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat semai di lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan kering)

No Jenis tingkat semai KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Akasia (A.mangium) 7,55 11,90 19,45 0,19 2 Alaban (V.pubescens) 1,89 4,76 6,65 0,07 3 Bati-bati (A.minutiflora) 1,89 2,38 4,27 0,12 4 Belangiran (S.belangeran) 2,83 4,76 7,59 0,10 5 Bintangur (Callophylum sp.) 6,60 9,52 16,13 0,18 6 Irat (C.arborescens) 33,96 26,19 60,15 0,37 7 Gumisi (Syzigium tetrapterum) 5,66 11,90 17,57 0,16 8 Jejambuan (Syzigium sp.) 3,77 4,76 8,54 0,04 9 Kujajing (Pterospernum javanicum) 0,94 2,38 3,32 0,04

10 Lua (Bacaurea sp) 0,94 2,38 3,32 0,04

11 Mahang (Macaranga sp.) 0,94 2,38 3,32 0,32

12 Manggis (Garcinia sp.) 20,75 4,76 25,52 0,25

13 Palawan (T.obovata) 12,26 11,90 24,17 0,12

Terdapat 13 jenis tumbuhan tingkat semai yang ditemukan di hutan sekunder tipe kerangas dari lokasi referensi 1. Jenis irat merupakan tumbuhan yang mendominasi tingkat pertumbuhan semai. Indeks keragaman yang

didapatkan dari tipe hutan kerangas sekunder adalah kategori sedang (H‘ ≥ 2).

Tabel 2.6 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat pancang di lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan kering)

No Jenis Pancang KR (%) FR (%) INP (%) H' 1 Akasia (A.mangium) 11,58 16,22 27,79 0,29 2 Belangiran (S.belangeran) 34,48 10,81 45,29 0,24 3 Bintangur (Callophylum sp.) 11,82 8,11 19,93 0,20 4 Irat (C.arborescens) 12,81 18,92 31,73 0,32 5 Jejambuan (Syzigium sp.) 4,93 8,11 13,03 0,20 6 Madang (Litsea sp.) 0,99 2,70 3,69 0,10 7 Mahang (Macaranga sp.) 4,93 8,11 13,03 0,20 8 Mali-mali (Lee indica) 1,97 2,70 4,67 0,10 9 Mengkudu (Morinda sp.) 0,99 2,70 3,69 0,10 10 Merapat (C.rotundatus) 7,64 13,51 21,15 0,27 11 Palawan (T.obovata) 6,90 5,41 12,30 0,16 12 Simpur (Dillenia indica) 0,99 2,70 3,69 0,10

JUMLAH 100,00 100,00 200,00 2,28

Terdapat 12 jenis tumbuhan tingkat pancang pada lokasi referensi 1 yang merupakan tipe hutan kerangas sekunder. Jenis belangiran mendominasi pada tingkat pancang. Relatif tingginya jumlah jenis tingkat pancang pada hutan kerangas sekunder dibandingkankan hutan kerangas terbuka, berdampak pada tingginya keragaman jenis pancang. Keragaman jenis tingkat pancang termasuk kategori sedang. N.gracilis dan N.mirabilis sebagai tumbuhan bawah ditemukan di lokasi penelitian ini. N.gracilis relatif banyak ditemukan di celah (gap) di mana cahaya matahari dapat menembus lantai hutan.

Tabel 2.7 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat tiang di lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan kering)

No Jenis Tiang DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H' 1 Bati-bati (A.minutiflora) 3,62 3,62 3,85 11,09 0,15 2 Belangiran (S.belangeran) 28,81 28,81 23,08 80,70 0,36 3 Beringin (Ficus sp.) 8,30 8,30 7,69 24,30 0,15 4 Bintangur (Callophylum sp.) 3,14 3,14 7,69 13,98 0,15 5 Irat (C.arborescens) 9,22 9,22 11,54 29,97 0,28 6 Jejambuan Syzigium sp.) 17,90 17,90 7,69 43,50 0,28 7 Manggis hutan (Garcinia sp.) 7,84 7,84 11,54 27,22 0,23 8 Nyatoh (Palaquium borneense) 4,25 4,25 7,69 16,19 0,15 9 Palawan (T.obovata) 5,29 5,29 7,69 18,27 0,15 10 Rukam (Flacourtia rukam) 3,16 3,16 3,85 10,16 0,09

11 Simpur (D.indica) 8,46 8,46 7,69 24,62 0,15

Terdapat 11 jenis tumbuhan tingkat tiang pada lokasi hutan kerangas sekunder. Belangiran dan merapat merupakan jenis yang mendominasi tingkat pertumbuhan tiang. Berdasarkan nilai indeks keragaman, jenis tingkat tiang dari hutan kerangas sekunder di lokasi referensi 1 termasuk dalam kategori keanekaragaman sedang.

Tabel 2.8 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat pohon di lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan kering)

No Jenis Pohon DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H' 1 Belangiran (S.belangeran) 62,86 56,25 50,00 169,11 0,32 2 Irat (C.arborescens) 19,47 25,00 25,00 69,47 0,35 3 Nyatoh (P.borneense) 8,16 12,50 12,50 33,16 0,26 4 Palawan (T.obovata) 9,51 6,25 12,50 28,26 0,17

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00 1,10

Terdapat 4 jenis tumbuhan tingkat pohon di hutan kerangas sekunder lahan kering. Jenis belangiran mendominasi tingkatan tumbuhan pohon. Relatif kecilnya jumlah jenis pohon mengakibatkan rendahnya keragaman jenis tingkat tumbuhan pohon di hutan kerangas sekunder lokasi referensi 1.

Tipe hutan kerangas dengan bahan organik tinggi dan terendam terdapat di lokasi referensi 1. Komposisi jenis, indeks nilai penting (INP) dan indeks keragaman dari tiap tingkatan tumbuhan dari tipe hutan kerangas terendam ditampilkan dalam Tabel 2.9 sampai dengan 2.12.

Tabel 2.9 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat semai di lokasi referensi 1 (hutan kerangas lahan terendam)

No Jenis semai KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Bati-bati (A.minutiflora) 33,33 20,00 53,33 0,37 2 Belangiran (S.belangeran) 11,11 20,00 31,11 0,24 3 Bintangur (Callophylum sp.) 33,33 20,00 53,33 0,37 4 Gumisi (Syzigium tetrapterum) 11,11 20,00 31,11 0,24 5 Merapat (C.rotundatus) 11,11 20,00 31,11 0,24

Jumlah 100,00 100,00 200,00 1,46

Terdapat 5 jenis tumbuhan tingkat semai dan tidak terdapat jenis yang mendominasi tingkat semai tersebut. Jumlah jenis semai yang ditemukan pada hutan terendam relatif lebih rendah dibandingkan hutan kerangas lahan kering. Keanekaragaman jenis tumbuhan pada lokasi hutan kerangas terendam tergolong rendah. Jumlah jenis tumbuhan tingkat semai yang rendah berdampak pada rendahnya indeks keanekaragaman yang terbentuk. Lantai hutan yang terendam air dan dominasi penutupan lantai hutan oleh jenis kelakai (Stenochlaena palustris) diduga menjadi penghambat proses regenerasi permudaan pohon.

Tabel 2.10 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat pancang di lokasi referensi 1 (hutan kerangas lahan terendam)

No Jenis pancang KR (%) FR (%) INP (%) H' 1 Belangiran (S.belangeran) 25,00 18,18 43,18 0,46 2 Bintangur (Callophylum sp.) 8,33 9,09 17,42 0,21 3 Jejambuan (Syzigium sp.) 8,33 18,18 26,52 0,26 4 Madang (Litsea sp.) 4,17 9,09 13,26 0,13 5 Mahang (Macaranga sp.) 12,50 9,09 21,59 0,26 6 Merapat (C.rotundatus) 33,33 27,27 60,61 0,67 7 Nyatoh (P.borneense) 8,33 9,09 17,42 0,26 Jumlah 100,00 100,00 200,00 2,25

Jumlah jenis tumbuhan tingkat pancang yang ditemukan di hutan kerangas sekunder terendam sebanyak 7 jenis. Jenis merapat (C.rotundatus) mendominasi tingkat pertumbuhan pancang. Jumlah jenis tumbuhan tingkat pancang yang ditemukan relatif lebih sedikit dibandingkankan dengan hutan kerangas sekunder lahan kering. Keragaman jenis tumbuhan tingkat pancang tergolong sedang. N.gracilis dan N.ampularia ditemukan pada lokasi penelitian ini.

Tabel 2.11 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat tiang di lokasi referensi 1 (hutan kerangas lahan terendam)

No Jenis tiang DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H' 1 Bati-bati (A.minutiflora) 0,63 1,12 3,70 5,46 0,05 2 Belangiran (S.belangeran) 20,83 19,10 29,63 69,56 0,32 3 Gumisi (S.

tetrapterum)

2,41 3,37 3,70 9,49 0,11 4 Irat (C.arborescens) 0,89 1,12 3,70 5,71 0,05 5 Jejambuan (Syzigium sp.) 2,05 2,25 7,41 11,71 0,09 6 Ketapi hutan (Sondarium sp.) 0,78 1,12 3,70 5,60 0,05 7 Manggis hutan (Garcinia sp.) 1,87 2,25 7,41 11,52 0,09 8 Merapat (C.rotundatus) 60,80 65,17 33,33 159,30 0,28 9 Mindarahan (Myristica sp.) 9,74 4,49 7,41 21,65 0,14

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00 1,17

Jumlah jenis tumbuhan tingkat tiang yang ditemukan pada lokasi ini adalah 9 jenis. Keberadaan jenis merapat (C.rotundatus) sangat mendominasi tingkat tiang dalam komunitas tumbuhan kerangas lahan terendam. Jumlah jenis tiang yang terdapat pada hutan kerangas lahan terendam relatif lebih sedikit dibandingkankan hutan kerangas lahan kering. Tingginya dominasi jenis merapat berdampak pada rendahnya nilai indeks keragaman yang terbentuk.

Tabel 2.12 Komposisi, keragaman jenis dan INP tingkat pohon di lokasi referensi 1 (hutan kerangas lahan terendam)

No Jenis Pohon DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H' 1 Belangiran (S.belangeran) 22,63 25,00 25,00 72,63 0,35 2 Merapat (C.rotundatus) 60,89 62,50 58,33 181,72 0,29 3 Mindarahan (Myristica sp.) 12,46 6,25 8,33 27,05 0,17 4 Uar (Syzigium sp.) 4,02 6,25 8,33 18,60 0,17

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00 0,99

Terdapat 4 jenis tumbuhan tingkat pohon di lokasi penelitian. Jenis merapat dan belangiran mendominasi tingkat pertumbuhan tingkat pohon. Keragaman jenis relatif rendah sebagai akibat dari jumlah jenis yang rendah dan dominasi yang sangat tinggi dari jenis merapat (C.rotundatus).

Total jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan pada hutan kerangas lokasi referensi 1 untuk hutan kerangas sekunder lahan kering adalah 19 jenis dan 15 jenis untuk hutan kerangas sekunder terendam. Belangiran merupakan jenis tumbuhan yang terdapat di setiap tipe hutan kerangas (terendam/tidak terendam) dan senantiasa hadir pada tiap tingkatan pertumbuhan dari tingkat semai sampai pohon. Keberadaan suatu jenis yang sangat dominan menjadi salah satu penyebab terjadinya regenerasi yang kurang baik.

Kepadatan tegakan di lokasi referensi 1 untuk hutan kerangas tidak

terendam dengan diameter ≥ 5 cm adalah 1012 individu pohon/ha, diameter ≥ 10

cm adalah 634 individu pohon/ha dan untuk diameter ≥ 20 cm sebanyak 178 individu pohon/ha. Kepadatan tegakan dari lokasi referensi 1 untuk hutan

kerangas terendam dengan diameter ≥ 5 cm adalah 1090 individu pohon/ha, diameter ≥ 890 cm adalah 634 individu pohon/ha dan untuk diameter ≥ 20 cm

sebanyak 160 individu pohon/ha.

Hutan kerangas sekunder yang terdapat di Palangkaraya Kalimantan Tengah dan relatif kurang terganggu, kepadatan tegakan pohon dengan diameter

≥ 10 cm mencapai 677-747 individu pohon/ha (Miyamoto et al. 2007). Riswan (1985) mengemukakan juga bahwa kepadatan tegakan pada hutan kerangas sekunder mencapai 454-750 individu pohon/ha dengan ukuran diameter batang 10-20 cm. Hadisaputro dan Said (1988) melaporkan bahwa di Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat, hutan sekunder kerangas yang relatif terganggu memiliki jumlah jenis tingkat pohon sebanyak 12 jenis dan tiang sebanyak 28 jenis. Kissinger (2002) mendapatkan 16 jenis tumbuhan tingkat pohon dan 24 jenis tingkat tiang di hutan kerangas kerangas Trinsing-Butong Muara Teweh

Keterangan:

1. Rasak (Vatica ressak) 2.Irat (Cratoxylon arborescen) 3.Masupang (Shorea velunosa) 4. Rasak (Vatica ressak) 5. Masupang (Shorea velunosa) 6. Siwao (Nephelium mutabile) 7.Palawan putih (Tristaniopsis ef stelata) 8. Rasak (Vatica ressak) 9. Kapurnaga (Callophyllum pulcherimum) 10. Masupang (Shorea velunosa) 11. Alau (Dacrydium beccari) 12. Brunsulan (Memecylon costatum) 13. Uar (Syzigium ridleyi) 14. Rasak (Vatica ressak) 15. Kuranji (Dialium laurimum) 16. Kuranji (Dialium laurimum) 17. Jambu burung (Syzigium inophylla) 18. Palawan merah (Tristaniopsis obovata) 19. Rasak (Vatica ressak) 20. Kapur naga (Callophyllum pulcherimum) 21. Rasak (Vatica ressak) 22. Nyatoh (Palaquium xanthocyhymum) 23. Merapat (Combretocarpus rotundatus) 24. Merapat (Combretocarpus rotundatus) 25. Palawan merah (Tristaniopsis obovata) 26. Alau (Dacrydium beccari) 27. Irat (Cratoxylon arborescens) 28. Irat (Cratoxylon arborescens) 29. Irat (Cratoxylon arborescens) 30. Terantang (Camnosperma macrophylla) 31. Jambu burung (Syzigium inophylla) 32. Irat (Cratoxylon arborescens) 33. Rasak (Vatica ressak) 34.Pamapaning (Quercus paculiformis) 35. Alau (Dacrydium beccari) 36. Nyatoh (Palaquium xanthocyhymum) 37. Masupang (Shorea velunosa) 38. Kapurnaga (Callophyllum pulcherimum) 39. Palawan merah (Tristaniopsis obovata) 40.Melalin (Madhuca betiodes) 41. Jejambuan (Syzigium sp.) 42. Palawan putih (Tristaniopsis ef stelata) 43. Uar (Syzigium ridleyi) 44. Jambu burung (Syzigium inophylla)

Kalimantan Tengah yang tidak mengalami kebakaran . Diagram profil struktur tegakan di hutan kerangas sekunder yang relatif terganggu yang terdapat di hutan Kerangas Trinsing-Butong Kalimantan Tengah tersaji pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Diagram profil tegakan hutan kerangas terganggu di Trinsing-Butong Muara Teweh (Sumber: Kissinger, 2002)

Hutan kerangas sekunder yang relatif terganggu dan tidak mengalami kebakaran, masih mengandung jenis-jenis yang terdapat di hutan Dipterocarpacea campuran. Tinggi pohon dapat mencapai 25 m dan diameter pohon dapat mencapai > 70 cm.

Hutan kerangas sekunder di lokasi referensi 1 merupakan hutan kerangas yang memiliki jumlah jenis pohon lebih rendah dibandingkankan dengan hutan kerangas sekunder dari tinjauan literatur yang dikemukan oleh Hadisaputro & Said (1988) dan Kissinger (2002). Intensitas gangguan yang terjadi diduga

menjadi penyebab rendahnya jumlah jenis pohon yang terdapat pada hutan kerangas sekunder lokasi referensi 1. Tegakan pohon yang tersisa hanya mencapai diameter 36 cm, dengan rata-rata sebaran diameter berkisar dari 23- 24 cm (kerangas terendam) dan 27-28 cm (hutan kerangas lahan kering).

Hutan kerangas Arboretum Nyaru Menteng yang menjadi lokasi referensi 2, merupakan tipe hutan kerangas yang relatif tidak terganggu/old growth. Tabel 2.13-2.16 memuat komposisi jenis, indeks nilai penting (INP) dan indeks keragaman dari tiap tingkatan vegetasi hutan kerangas di Arboretum Nyaru Menteng Palangkaraya.

Tabel 2.13 Komposisi, keragaman dan INP tingkat semai lokasi referensi 2 No Jenis Semai FR (%) KR (%) INP (%) H'

1 Agathis (Agathis borneensis) 12,50 8,70 21,20 0,24 2 Belangiran (S.belangeran) 6,25 4,35 10,60 0,16 3 Bintangur (Callophylum sp.) 6,25 23,91 30,16 0,10 4 Irat (C.arborescens) 12,50 4,35 16,85 0,16 5 Jejambuan (Syzygium sp.) 25,00 30,43 55,43 0,37 6 Madang (Litsea sp.) 6,25 6,52 12,77 0,21 7 Manggis hutan (Garcinia sp.) 12,50 10,87 23,37 0,27 8 Merapat (C.rotundatus) 12,50 8,70 21,20 0,24

9 Simpur (D.indica) 6,25 2,17 8,42 0,10

100,00 100,00 200,00 1,86

Terdapat 9 jenis tumbuhan tingkat semai pada lokasi hutan kerangas referensi 2. Jejambuan dan bintangur merupakan jenis semai yang relatif dominan terdapat pada lokasi referensi 2. Relatif rendahnya jumlah jenis yang ditemukan pada tingkat semai, mengakibatkan rendahnya keragaman jenis.

Tabel 2.14 Komposisi,keragaman jenis dan INP pancang lokasi referensi 2 No Jenis Pancang KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Belangiran (S.belangeran) 11,76 10,53 22,29 0,24 2 Bintangur (Callophylum sp.) 14,71 10,53 25,23 0,24 3 Bungur (Lagerstromia sp.) 2,94 5,26 8,20 0,15 4 Irat (C.arborescens) 2,94 5,26 8,20 0,15 5 Jejambuan (Syzygium sp.) 17,65 15,79 33,44 0,29 6 Manggis (Garcinia sp.) 23,53 15,79 39,32 0,29 7 Mahang (Macaranga sp.) 5,88 10,53 16,41 0,24 8 Merapat (C.rotundatus) 2,94 5,26 8,20 0,15 9 Palawan (Tristaniopsis obovata) 2,94 5,26 8,20 0,15 10 Simpur (D.indica) 14,71 15,79 30,50 0,29

100,00 100,00 200,00 2,21

Terdapat 10 jenis tumbuhan tingkat pancang di lokasi referensi 2. Tidak ada jenis yang dominan sekali pada tingkat pancang. Nilai INP tertinggi

ditunjukkan oleh jenis manggis, jejambuan dan simpur. Relatif meratanya jumlah individu dari masing-masing jenis di tingkat pancang menyebabkan relatif baiknya keragaman jenis. Berdasarkan nilai indeks keragaman jenis, tingkat pancang pada hutan kerangas lokasi referensi 2 tergolong tinggi. N.gracilis, N.mirabilis dan N.rafflesiana merupakan jenis kantong semar yang dapat ditemukan di lokasi penelitian ini.

Tabel 2.15 Komposisi, keragaman jenis dan INP tiang lokasi referensi 2 No Jenis tiang DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Agathis (Agathis borneensis) 1,44 1,52 3,57 6,53 0,06 2 Alau (Dacridium beccarii) 0,88 1,52 3,57 5,96 0,06 3 Belangiran (S.belangeran) 6,40 6,06 10,71 23,17 0,17 4 Bintangur (Callophylum sp.) 5,11 7,58 10,71 23,40 0,20 5 Irat (C.arborescens) 60,14 46,97 17,86 124,97 0,35 6 Jejambuan (Syzygium sp.) 12,83 19,70 21,43 53,95 0,32 7 Manggis hutan (Garcinia sp.) 3,39 3,03 7,14 13,57 0,11 8 Merapat (C.rotundatus) 0,79 1,52 3,57 5,87 0,06 9 Nyatoh (P.borneense) 3,19 4,55 7,14 14,88 0,14 10 Punak (Tetramerista glabra) 0,67 1,52 3,57 5,76 0,06 11 Simpur (D.indica) 5,17 6,06 10,71 21,95 0,17

100,00 100,00 100,00 300,00 1,71

Hutan kerangas lokasi referensi 2 memiliki 11 jenis tumbuhan tingkat tiang. Jenis irat keberadaannya sangat dominan (INP=124,97%) dibandingkankan dengan 10 jenis lainnya. Begitu dominannya jenis irat mengakibatkan indeks keragaman jenis tiang menjadi rendah (H‘=1,71).

Tabel 2.16 Komposisi, keragaman jenis dan INP pohon lokasi referensi 2 No Jenis pohon DR (%) KR (%) FR (%) INP (%) H'

1 Belangiran (S.belangeran) 12,46 14,29 23,08 49,82 0,28 2 Bintangur (Callophylum sp.) 2,28 2,86 7,69 12,83 0,10 3 Irat (C.arborescens) 74,77 71,43 38,46 184,66 0,24 4 Jejambuan (Syzygium sp.) 5,02 5,71 15,38 26,12 0,16 5 Manggis hutan (Garcinia sp.) 2,21 2,86 7,69 12,76 0,10 6 Nyatoh (P.borneense) 3,26 2,86 7,69 13,81 0,10

100,00 100,00 100,00 300,00 0,99

Hutan kerangas lokasi referensi 2 memiliki 6 jenis tumbuhan tingkat pohon. Jenis irat (C.arborescens) keberadaannya sangat dominan dengan nilai INP=184,66%. Berdasarkan nilai indeks keragaman (H‘=0,99), keragaman jenis pohon hutan kerangas lokasi referensi 2 tergolong rendah. Rendahnya keragaman jenis yang ada merupakan akibat dari sangat dominannya kehadiran jenis irat.

Komposisi jenis tumbuhan hutan kerangas lokasi referensi 2 terdiri dari 23 jenis. Sebagian besar jenis yang terdapat di hutan kerangas lokasi referensi 2 terdapat pada setiap tingkatan pertumbuhan dari semai, pancang, tiang dan semai. Jenis tumbuhan yang senantiasa terdapat pada setiap pertumbuhan adalah belangiran, bintangur, irat, dan jejambuan. Fenomena ini mengindikasikan regenerasi jenis yang berlangsung antar tiap tingkatan vegetasi. Kepadatan tegakan di lokasi referensi 2 untuk hutan kerangas untuk

ukuran pohon dengan diameter ≥ 5 cm adalah 2034 individu pohon/ha, diameter ≥ 10 cm adalah 1650 individu pohon/ha dan untuk diameter ≥ 20 cm sebanyak

550 individu pohon/ha. Diameter tertinggi yang ditemukan dari jenis belangiran adalah 32-33 cm.

Katagiri et al. 1991 menyebutkan bahwa pada hutan kerangas ―padang‖ jumlah jenis vegetasi yang ditemukan adalah 15 jenis, dengan jenis yang mendominasi adalah Cratoxylon glaucum, Ploiarium alternifolium dan Callophyllum langigerum. Struktur tegakan didominasi oleh pohon-pohon berukuran kecil. Jumlah pohon dengan ukuran diameter kurang dari 5 cm mencapai 95,6 % dari total jumlah pohon yang ada. Kerapatan tegakan sangat tinggi (6160 individu/ha), karena memasukan pohon-pohon dengan ukuran di

bawah 5 cm (≥ 2 cm) atau secara spesifik terdiri dari 5889 individu untuk ukuran

diameter < 5 cm, 234 individu untuk ukuran diameter 5 cm - <10 cm dan 37

individu untuk ukuran diameter ≥ 10 cm. Sedangkan tinggi pohon relatif rendah, berkisar antara 2 m untuk pohon terendah dan 10 m untuk pohon tertinggi dengan rata-rata tinggi pohon 3,5 m.

Hutan kerangas primer atau hutan yang relatif belum terganggu yang letaknya berbatasan dengan Dipterocarpacea campuran dapat memiliki jumlah

pohon sebanyak 708 individu/ha (diameter pohon berukuran ≥ 10 cm) dan masih

memiliki pohon yang mencapai diameter > 100 cm. Jenis-jenis dari family Fagaceae, Myrtaceae, Sapotaceae, Guttiferae, Casuarinaceae dan Konifers (seperti Agathis borneensis. Dacrydium sp., Podocarpus sp.) merupakan jenis yang penting. Beberapa jenis Dipterocarpacea terdapat pada hutan kerangas yang relatif tidak terganggu, seperti Shorea venulosa, Shorea albida, Shorea rugosa, Shorea belangeran, Shorea ovate, Hopea sp., Vatica sp., dan Dipterocarpus borneensis (Bruenig, 1974; Kissinger, 2002).

Bruenig (1974) melaporkan bahwa dari seluruh hutan kerangas yang terdapat di Serawak ditemukan 844 jenis pohon, 220 jenis di antaranya terdapat

juga di hutan Dipterocarpacea campuran. Salah satu contoh tipe hutan kerangas dengan tipe tanah podsolik putih kelabu (grey white podzolic) dapat memiliki 69 – 75 jenis pohon. Kartawinata (1980) mengemukakan bahwa terdapat > 200 jenis pohon, semak, herba dan parasit yang terekam dalam suatu tipe hutan kerangas.

Gambaran diagram profil struktur tegakan dari tipe hutan kerangas relatif bervariasi antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Salah satu contohnya adalah seperti dideskripsikan Proctor et al. 1983 (Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Diagram profil tegakan hutan kerangas relatif tidak terganggu di Gunung Mulu National Park (Sumber: Proctor et al. 1983)

Keterangan:

Simbol: Bb: Baccaurea brahium didcteata, Bp: Bhesa paniculata, Cb: Chepalomappa beccariana, Cd: Canthium didyum, Cf: Castanopsis foxworthyi, Cha: Calophyllum havilandii, Ct: Calophyllum teysmannii, Dxa: Dyospyros sp., El: Eugenia leucoxylon, En: Eugenia nemestrina, Gpe: Garcinia cf petiolaris, Hc: Horsfieldia crassifolia, Hp: Hopea pseudokunstleri, Lr: Lopophetalum rigidum, Lx: Lithocarpus sp., Ms: Mesua calophylloides, Pc: Palaquium cochleariifolium, Pg: Polyalthia glauca, Sa: Shorea albida, Sc: Sindora coriacea, Sm: Stemonurus malaccensis, Ta: Ternstroemia aneura, Tc: Tristaniopsis clementis

Proctor et al. (1983) mendapati di hutan kerangas Taman Nasional Gunung Mulu, jumlah individu pohon/ha berdiameter > 10 cm adalah sebesar 708 pohon/ha dan jumlah jenis mencapai 113 jenis pohon. Terdapat 84 jenis pohon di Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat. Jumlah individu pohon

berdiameter ≥ 10 cm adalah 1030 individu pohon/ha (Onrizal 2004). Katagiri et al. 1991 menemukan 15 jenis pohon dalam plot penelitiannya di Taman Nasional Bako Serawak Malaysia.

Hutan kerangas lokasi referensi 2 memiliki sebaran ukuran diameter relatif kecil. Hutan kerangas pada lokasi referensi 1 (hutan kerangas sekunder lahan

kering berbatasan dengan hutan Dipterocarpacea campuran) memiliki rata-rata

sebaran ukuran diameter sedikit lebih besar (Ө=27-28 cm) dibandingkankan ukuran diameter pohon di hutan kerangas lokasi referensi 2 (Ө=21-22 cm).

Perbandingan jumlah jenis tumbuhan tingkat semai dan pancang antara hutan kerangas lokasi utama (hutan kerangas terbuka yang terfragmentasi)

Dokumen terkait