• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Tata Guna Lahan Sekitar Danau Sentani

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum wilayah penelitian

4.1.6. Kondisi Tata Guna Lahan Sekitar Danau Sentani

A. Pertanian

Kabupaten Jayapura memiliki potensi luas lahan yang potensial untuk pengembangan pertanian, khususnya subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sampai dengan tahun 2005 luas potensi lahan pengembangan tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Jayapura mencapai 167.635,0 Ha,

dengan rincian yang sudah dimanfaatkan 8.827,0 Ha atau 5,27 % dan yang belum dimanfaatkan seluas 158.808,0 Ha atau 94,73 %. Hal ini menunjukan bahwa masih terbuka peluang yang besar untuk melakukan usaha dibidang Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Jayapura.

Komoditas pangan di Kabupaten Jayapura pada tahun 2005 mengalami penurunan. Dari seluruh komoditas pangan yang dihasilkan Kabupaten Jayapura, kacang hijau dan sayuran mengalami penurunan yang besar. Komoditas kacang hijau turun sebesar 662 ton atau sekitar 83% pada tahun 2005 dan sayuran turun sebesar 1.323 ton atau sekitar 80% dari tahun sebelumnya. Berikut dapat dilihat hasil komoditas pangan yang dihasilkan oleh Kabupaten Jayapura pada tahun 2004 dan 2005.

Tabel 13. Hasil Komoditas Pangan Kabupaten Jayapura No Komoditas pangan Tahun 2004 Tahun 2005

1. Padi 4139 ton 1107 ton

2. Jagung 671 ton 487 ton

3. Kacang hijau 794 ton 132 ton

4. Kacang tanah 345 ton 367 ton

5. Ubi Kayu 3196 ton 3070 ton

6. Palawija 6440 ton 2828 ton

7. Buah-buahan 1835 ton 1035 ton

8. Sayur-sayuran 1649 ton 326 ton

Sumber: Kabupaten Jayapura dalam angka

B. Kehutanan

Total potensi hutan di Papua meskipun secara fisik cukup besar namun kurang ekonomis karena potensi per hektarnya sangat rendah yaitu 35 m³/ha untuk jenis komersial dan 61 m³/ha untuk semua jenis. Selain potensinya sangat rendah, sebagian besar kayunya terdiri dari jenis-jenis yang belum dikenal dipasaran (belum komersial), keadaan topografinya sangat berat dan pada sebagian besar wilayahnya tidak terdapat sungai yang dapat dijadikan sarana angkutan sehingga biaya eksploitasinya menjadi sangat tinggi. Sebagai perbandingan terhadap daerah lain potensi rata-rata per hektar tertinggi di Kalimantan yaitu 84 m³/ha (komersial) dan 90 m³/ha (semua jenis) disusul Sumatera yaitu 64 m³/ha (komersial) dan 79 m³/ha (semua jenis) dan Sulawesi untuk komersial dan semua jenis berturut-turut 44 m³/ha.

Pengelolaan hutan produksi lestari memerlukan perencanaan yang disusun berdasarkan pada kondisi potensi hutan yang ada. Dengan demikian perhitungan potensi hutan bersama-sama dengan perhitungan kawasan hutan mempunyai peran yang sangat vital dalam perencanaan pengelolaan hutan produksi.

Jenis-jenis hasil hutan kayu yang dimanfaatkan dikelompokkan; Kelompok Meranti terdiri dari; Matoa (Pometia spp.), Merbau (Instia spp.), Mersawa (Anisoptera spp.), Kenari (Canarium spp.), Nyatoh (Palaquium spp.), Resak (Vatica spp.), Pulai (Alstonia spp.), Damar (Agathis spp.), Araucaria (Araucaria spp.), Kapur (Dryobalanops spp.), Batu (Shorea spp.), Mangga hutan (Mangifera spp.), Celthis (Celthis spp.), dan Kayu Cina (Podocarpus spp.). Kelompok Kayu Campuran terdiri dari; Ketapang, Binuang, Bintangur, Terentang, Bipa, Kayu Bugis, Cempaka, Pala hutan. Kelompok Kayu Indah terdiri dari jenis; Dahu (Dracontomelon spp.), Linggua (Pterocarpus spp.), dan Kuku. Potensi kayu ini sudah dimanfaatkan/diusahakan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan industri pengolahan kayu.

Kabupaten Jayapura merupakan daerah kedua setelah Kabupaten Merauke yang memiliki luas wilayah hutan terbesar di Papua. Luas wilayah hutan Kabupaten Jayapura kurang lebih 3,290,625 Ha dimana dari luas tersebut Hutan di Kabupaten Jayapura sebagian besar diperuntukan sebagai Hutan Suaka alam dan Hutan Pelestarian Alam yaitu sekitar 1,5 juta Ha.

C. Perikanan

Selain sebagai prasarana transportasi air, pendayagunaan Danau

Sentani pada saat ini masih terbatas pada kegiatan budidaya perikanan,

yaitu:

a. Kegiatan Perikanan Tangkap

Nelayan yang ada merupakan masyarakat asli Papua dengan alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang, pancing tombak, sumpit (harpoon), sedangkan perahu yang digunakan adalah perahu tanpa sayap (perahu bolotu). Jumlah nelayan diperkirakan 892 orang terdistribusi di tiga wilayah dengan besaran 45% diwilayah barat, 42% diwilayah tengah dan 13% diwilayah timur Danau Sentani

Jenis ikan yang tertangkap sebanyak 16 jenis dan 9 jenis ikan yang tertangkap merupakan ikan asli (indigenous species). Jenis ikan yang paling

banyak temukan (tertangkap) adalah jenis ikan rainbow / Hewu (Chilaterina Sentaniencis), gete - gete besar (Apogon wichmani), sembilang (Hemipimelodus Venutinus), Gabus Putih (Ophiocira aporas) dan gabus hitam(Glossogobius giuris). Jumlah hasil tangkapan pertahun diperkirakan sebesar 1.823,52 ton/thn. Hasil tangkapan nelayan 4,2 - 5,6 kg/hari atau rata-rata sekitar 4,7 kg/hari dengan potensi produksi sebesar 8.922,8 ton/thn sehingga pemanfaatannya baru sebesar 18%.

b. Kegiatan perikanan Budidaya

Jumlah pembudidaya yang ada di Danau Sentani sekitar 674 orang dengan skala usaha yang kecil, sedangkan Jumlah pembudidaya non Papua (pendatang) sebanyak 48 orang atau 7% dari jumlah pembudidaya yang ada di Danau Sentani. Produksi Hasil Budidaya keramba diperkirakan sebesar 90,105 ton/thn, atau rata - rata produksi pembudidaya sebesar 132 kg/org/thn. Luas lahan keramba budidaya yang ada sebesar 8,71 Ha atau rata rata pembudidaya memiliki lahan budidaya ikan sebesar 192 m2.

Jenis ikan yang dominan di budidayakan adalah jenis ikan introduksi seperti Nila (Oreochoromis Niloticus), Mujair (Oreochorimis Mossambicus), Mas (Cyprinus carpio), Gurame ( Osphrenemus gouramy). Prospek usaha budidaya di Danau Sentani yang boleh diupayakan 149,76 Ha atau 1,6% dari luas total danau, sehingga yang telah diusahakan baru sekitar 6% dari prospek usaha budidaya yang ditargetkan sebesar 149,76 ha.

Hasil perikanan dari Kabupaten Jayapura meningkat pada tahun 2005. Hasil perikanan air tawar meningkat sebesar 25 ton atau sekitar 12 % dan perikanan laut meningkat cukup pesat sebesar 1.635 ton atau sekitar 200%. Hasil perikanan Kabupaten Jayapura dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Hasil Perikanan Kabupaten Jayapura No Jenis Perikanan Tahun 2004 Tahun 2005 1. Perikanan air tawar 208 ton 233 ton 2. Perikanan laut 817 ton 2452 ton

Sumber: Kabupaten Jayapura dalam angka

D. Perkebunan

Kabupaten Jayapura mempunyai potensi yang cukup baik untuk perkebunan. Hasil perkebunan Kabupaten Jayapura antara lain, kakao, Kopra,

kopi dan pinang. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2005 hasil perkebunan kakao meningkat 9,07 ton atau sekitar 0.5% dari sebelumnya, sedangkan hasil perkebunan yang lain cenderung tetap. Hasil perkebunan dari Kabupaten Jayapura dapat dilihat pada Tabel 15. Kakao dibudidayakan hampir di seluruh distrik di Kabupaten Jayapura. Terdapat 11 distrik yang membudidayakan kakao, terutama di distrik Nimbokrang, Kemtuk, Kemtuk Gresi dan yang paling banyak di Nimboran. Hasil kakao dari tahun 2001 hingga tahun 2005 terus mengalami peningkatan.

Hasil perkebunan terbesar setelah kakao adalah kelapa. Kelapa

juga dibudidayakan hampir di seluruh distrik di Kabupaten Jayapura.

Terdapat 11 distrik di Kabupaten Jayapura yang membudidayakan

tanaman kelapa, yang terbesar diantaranya distrik Nimboran, Sentani

Barat, Kemtuk Gresi, Sentani, Depapre, dan lain-lain (lihat Gambar

diagram batang produksi kelapa Kabupaten Jayapura). Produksi kelapa

terdapat di distrik Nimboran.

Tabel 15. Hasil Perkebunan Kabupaten Jayapura

No Perkebunan Tahun 2004 Tahun 2005 1. Kakao 1873, 82 ton 1882,89 ton 2. Kelapa/kopra 1057,37 ton 1035,24 ton

3. Kopi 76,46 ton 76,46 ton

4. Pinang - 246,20 ton

Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Jayapura

Dokumen terkait