• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tani Hurip

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Kredit Konvensional

Berdasarkan Supramono (2009), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntunan. Kredit biasanya disediakan oleh perbankan dengan sistem konvensional dengan skema perhitungan kredit tertentu. Skema kredit dibagi berdasarkan penghitungan pengembalian atas suku bunga dan metode penghitungan yang diterapkan. Secara umum penghitungan skema kredit dibagi kedalam dua jenis yaitu kema penghitungan dengan bunga flat dan skema penghitungan dengan suku bunga efektif. Selain itu terdapat satu bentuk skema yang merupakan hasil modifikasi skema efektif yaitu penghitungan skema dengan bunga anuitas.

Suyatno (2007) menjelaskan bahwa bentuk pemberian kredit berdasarkan penggunaannya dibagi dalam dua jenis yaitu kredit eksploitasi dan kredit modal kerja. Pengertian kredit eksploitasi adalah kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai modal kerja sehingga dapat beralan dengan lancar. Kredit eksploitasi lazim disebut dengan kredit modal kerja karena bantuan modal kerja digunakan untuk menutupi biaya-biaya eksploitasi perusahaan secara luas. Kredit ini berupa pembelian bahan baku, bahan penolong, dan biaya lain seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakan/pengemasan, dan distribusi. Tujuan dari kredit ini adalah meningkatkan produksi baik peningkatan kualitatif maupun kuantitatif, sedangkan kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal. Pengertian dari penanaman modal atau investasi adalah pembelian barang-barang modal serta jasa

yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi atau modernisasi maupun ekspansi proyek yang sudah ada maupun pendirian proyek baru, pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan produktivitas usaha.

Usaha kredit mikro adalah suatu istilah lain dari micro credit. Kredit mikro digunakan sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang terlalu lemah kualifikasinya untuk dapat mengakses pada pinjaman dari bank tradisional. Pinjaman diberikan untuk melayani modal kerja sehari-hari, sebagai modal awal untuk memulai usaha, atau sebagai modal investasi untuk membeli asset tidak bergerak. Pada umumnya, kredit mikro melayani area geografi tertentu atau masyarakat tertentu. Dana awalnya diberikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dari kelompok tertentu seperti wanita, pendatang baru, anakanak, dan orang cacat. Kebanyakan usaha kredit mikro menawarkan beberapa bentuk dari bantuan teknis, seperti pelatihan usaha kecil, pertukaran pengalaman di antara anggota, dan peluang networking.

Sementara itu definisi kredit mikro yang dicetuskan dalam pertemuan The World Summit on Microcredit di Washington, pada tanggal 2-4 Februari 1997 adalah program atau kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat miskin untuk kegiatan usaha meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus diri sendiri dan keluarganya (Srinivas, 1999). Secara umum kredit mikro memilki beberapa kriteria utama seperti yang dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 2. Kriteria dasar program kredit mikro

Kriteria Besaran

Ukuran -Pinjaman Kecil tau sangat kecil Kelompok Sasaran -Pengusaha kecil (sektor

informal)

-Keluarga berpendapatan rendah Penggunaan -Meningkatkan pendapatan

-Pengembaian usaha -Kegiatan sosial (kesehatan, pendidikian)

Waktu dan Persyaratan -Fleksibel

-Disesuaikan dengan kondisi masyarakat

Untuk membangun sebuah kegiatan yang berkesinambungan (sustainable) diperlukan usaha dan sumberdaya yang maksimal. Demikian halnya juga dalam membangun dan mengembangkan usaha kecil dengan pembiayaan program kredit mikro. Berdasarkan Sirnivas (1999) terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membangun program kredit-mikro yang berkesinambungan yaitu :

a. Memilih model atau program kredit-mikro b. Membangun konsensus

c. Menunjuk staf untuk pengembangan ekonomi

d. Mengikuti dan menyelaraskan dengan kebijakan-kebijakan nasional e. Memilih dan menilai institusi keuangan sebagai mitra

f. Membuat kesepakatan dengan mitra g. Memelihara kesepakatan kemitraan

Beberapa model kredit mikro di Indonesia disediakan oleh lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah. Beberapa jenis kredit mikro yang diberikan pemerintah antara lain Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (KUKESRA), Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Tani (KUT), dan Program Jaring Pengaman Sosial Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (JPS-PDMDKE). Adapun model kredit mikro non pemerintah yang berkembang di masyarakat antara lain adalah arisan, bank plecit, rentenir, dan koperasi simpan pinjam. Selain itu terdapat juga beberapa organisasi non pemerintah yang mulai menyelnggarakan penyediaankredit mikro seperti YPWI, Bina Swadaya, Kesuma Multiguna, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), International Relief Development (IRD), Mercy Corps International (MCI), Baitul Maal Tanwil (BMT), dan sebagainya (Wardoyo & Prabowo, 2001).

Jumingan (2005) menyatakan bahwa pemberian kredit mengandung suatu tingkat resiko (degree of risk) tertetu. Untuk menghindari dan memperkecil resiko kredit tersebut, maka permohonona kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat-syarat bank teknis yang biasa dikenal dengan 5C yaitu :

a. Character

Bank mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya. Untuk mengetahui karakter nasabah bank dapat melakukan beberapa langkah yaitu mengenal nasabah dari dekat, mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas clon debitur dalam perbankan, mengumpulkan keterangan dan meminta pendapat dari kerabat dekatnya.

b. Capacity

Bank melakukan penilaian kemampuan nasabah dalam manajemen maupun keahlian di bidang usaha yang dijalani. Hl-hal yang harus dipehatkan dalam melakukan penilaian yaitu anga penjualana produksi, penjualan dan pembelian, perhitungan proyeksi laba rugi, serta data-data financial di waktu-waktu yang lalu yang tercermin dalam laporan keuangan.

c. Capital

Bank menganalisa posisi financial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio finansialnya. Analisa yang dilakukan bank berupa analisa rasio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitasi, dan rentabilitasu dari perusahaan calon peminjam kredit, sert analisa neraca keuangan minimal dari dua tahun terakhir.

d. Collateral

Bank dalam menilai kepemilikan jaminan, mengukur stabilitas nilai jaminan dan mempehatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relative singkat tanpa terlalu mengurangi nilainya.

e. Conditions

Faktor-faktor bisnis yang ada di lingkungan sekitar lokasi proyek mempunyai pengaruh kuat terhadap ciri atu corak yang dibangun, baik proyek baru maupun perluasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan bank yaitu keadaan ekonomi, kondisi usaha calon pinjaman, serta kebijaksanaan pemerintah.

Dokumen terkait