• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Hasil Penelitian dalam Pembangunan Agroindustri Hasil Laut di Indonesia

Hasil penelitian berupa model pengukuran kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut dengan mengambil kasus klaster industri teri nasi dan rumput laut di Jawa Timur diharapkan dapat memberikan kontribusi riil dalam pembangunan agroindustri hasil laut baik secara teoritis maupun praktis.

Kontribusi teoritis

Model pengukuran kinerja yang dikembangkan selama ini sudah cukup banyak dan beragam seperti telah diuraikan beberapa di bagian kajian pustaka. Model pengukuran kinerja yang ada masih dirancang berdasarkan kebutuhan pada level mikro perusahaan atau korporasi, yang relevan diterapkan untuk level tersebut. Sementara ini belum tersedia sebuah model sistem pengukuran kinerja komprehensif untuk sebuah klaster industri, sehingga jika model level mikro

diterapkan pada klaster industri akan terjadi kesenjangandi mana kinerja sistem

klaster secara keseluruhan tidak termonitor dan terkelola dengan baik. Oleh karena itu, model pengukuran kinerja komprehensif yang direkomendasikan menjadi sangat berarti sebagai sumbangan pemikiran secara teoritis dalam pengelolaan kinerja klaster agroindustri pada umumya dan agroindustri hasil laut

pada khususnya. Implementasi pada beberapa fokus klaster industri lainnya diharapkan dapat ditindaklanjuti melalui beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik industrinya. Model pengukuran kinerja komprehensif pada sistem klaster agroindustri ini sekaligus sebagai bentuk temuan baru dari penelitian ini

yang dapat disebut sebagai novelty (kebaruan) dari penelitian yang telah

dilakukan.

Kontribusi praktis

Kenyataan bahwa secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terpisah oleh laut, maka fokus pengembangan pada industri yang berbasis

sumber daya (resource based) sangatlah tepat. Pengelolaan industri secara

terfokus akan lebih memudahkan dalam upaya peningkatan daya saing. Konsep klaster menjadi satu pendekatan yang relevan dikarenakan untuk menghadapi persaingan yang sudah mengarah pada persaingan antara negara diperlukan kerjasama antar industri dan manajemen yang lebih integratif.

Metode partisipatif yang menonjol pada pendekatan klaster industri akan memberikan peluang bagi seluruh stakeholder untuk berpartisipasi dan berdedikasi dalam pengembangan industri ke depan. Penguatan kelembagaan klaster agroindustri hasil laut melalui kelengkapan komponen klaster dan efektivitas fungsional klaster akan dapat mengoptimalkan kontribusi semua pihak untuk memperkuat agroindustri hasil laut secara sistem bukan parsial. Strategi agroindustri hasil laut secara regional maupun nasional disusun melalui pelibatan seluruh stakeholder sehingga jika hal ini dilaksanakan secara konsisten dengan bangunan komitmen yang tinggi dari seluruh stakeholder industri hasil laut, maka akan terjadi sistem agroindustri hasil laut yang utuh dan berdaya saing, karena masing-masing stakeholder akan mencurahkan pikiran dan kemampuannya untuk membangun sistem agroindustri hasil laut sehingga dapat bersaing bersama-sama di tingkat global. Hal ini juga diperkuat oleh permintaan agroindustri hasil laut yang berskala internasional dan peluang diversifikasi pada industri yang lebih hilir, misalnya makanan, kosmetik dan obat-obatan atau produk kesehatan lainnya. Dari uraian ini dapat dikonfirmasi bahwa konsep klaster pada pengembangan industri hasil laut di Jawa Timur relevan untuk diterapkan.

Simpulan

1. Ukuran kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut terdiri dari 64 (enam puluh empat) nilai kuantitatif yang dapat mengindikasikan efisiensi dan efektivitas operasional klaster dan setelah melalui tahapan proses dapat dirumuskan 10 (sepuluh) indikator kinerja kunci (IKK).

2. Penilaian kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut dilakukan berdasarkan empat aspek yaitu aspek sosial, aspek lingkungan, aspek ekonomi dan aspek proses bisnis internal dengan nilai bobot kepentingan berturut-turut sebesar 0.166, 0.155, 0.344 dan 0.318. Indikator kinerja kunci (IKK) pada aspek sosial adalah indeks CSR, keanggotaan klaster, aspek lingkungan adalah indeks CER, pada aspek ekonomi adalah keuntungan klaster, indeks RCA, kinerja pasar (market performance) dan pada aspek proses bisnis internal diwakili oleh output standar, nilai rendemen, indeks kepuasan pelanggan dan produktivitas nelayan.

3. Indikator kinerja kunci pada setiap aspek klaster disarikan dari 22 indikator kinerja (IK) yang terdistribusi pada aspek sosial (20%), aspek lingkungan (12%), aspek ekonomi (28%) dan aspek proses bisnis internal (32%). Keduapuluh dua indikator kinerja tersebut merepresentasikan kinerja beberapa pelaku klaster yang terdiri dari pemerintah diwakili sebanyak 12 IK, industri sebanyak 13 IK, pemasok bahan baku sebanyak 11 IK dan nelayan sebanyak 13 IK.

4.

Model pengukuran kinerja didisain dalam sebuah perangkat lunak Sistem Penunjang Keputusan (SPK) yang mudah untuk dioperasikan, bangunan SPK terdiri dari database, model base, knowledge base, scoring board dan simulasi. SPK juga menyediakan fasilitas yang dapat memberikan rekomendasi terhadap capaian status kinerja serta berdialog dengan sistem serta untuk melakukan perubahan prioritas dan skenario perubahan kebijakan atau lingkungan bisnis dan dampaknya terhadap kinerja komprehensif. Hasil rancang bangun SPK yang diberi nama C-PROMEAS

.

5. Model pengukuran kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut ditampilkan dalam bentuk scoring board yang menginformasikan capaian nilai IKK. Nilai capaian kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut merupakan fungsi dari kinerja aspek sosial, aspek lingkungan, aspek ekonomi dan aspek proses bisnis internal yang dinyatakan dengan kategori Baik, Cukup dan Kurang berdasarkan skor absolut dan kategori setiap IKK.

6. Model pengukuran kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut diimplementasikan pada klaster industri teri nasi dan klaster industri rumput laut di Jawa Timur dengan hasil capaian kinerja komprehensif dalam kategori kurang baik untuk klaster industri teri nasi maupun klaster industri rumput laut.

Saran

1. Penguatan kelembagaan klaster agroindustri hasil laut di Jawa Timur perlu terus dijaga keberlanjutannya melalui peningkatan fungsional dan kolaborasi antar anggota klaster serta penciptaan iklim usaha yang kondusif dari sisi penyediaan infrastruktur ekonomi maupun infrastruktur teknologinya.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang yang berfokus pada aspek perilaku klaster industri dan aspek keseimbangan finansial serta analisa kebijakan yang lebih meningkatkan keberlanjutan klaster industri khususnya klaster agroindustri hasil laut.

3. Untuk keberhasilan Implementasi model pengukuran kinerja komprehensif klaster dalam bentuk perangkat lunak Sistem Penunjang Keputusan diperlukan tahap sosialisasi dan pelatihan SPK kepada seluruh pengguna serta diperlukan adanya dukungan sebuah sistem informasi manajemen yang terintegrasi baik secara manual maupun terkomputerisasi sehingga kekinian data dan informasi dapat diandalkan.