• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Uji Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol-air Daun M. tanarius . 43

3. Kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis

Tujuan pembuatan kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius

(Kelompok III) adalah melihat pengaruh ekstrak metanol-air daun M. tanarius

terhadap sel hati tikus tanpa induksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB. Digunakan dosis sebesar 3,840 g/kgBB sesuai dengan dosis terbesar ekstrak metanol-air daun

M. tanarius dengan harapan hasil kelompok ini berlaku untuk praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dari dosis rendah 0,426 mg/kgBB hingga dosis tertinggi 3,840 g/kgBB.

Aktivitas serum ALT kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB adalah 82,2 ± 2,7 U/l. Bila dibandingkan dengan aktivitas ALT serum kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB sebesar 82,4 ± 5,4U/l maka terlihat angka aktivitas yang hampir mendekati sama (0,00). Data dianalisis dengan

analisis variansi satu arah dilanjutkan uji Scheffe, nilai aktivitas serum ALT kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius 3,840 g/kgBB terhadap kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB adalah tidak bermakna. Bila dibandingkan dengan kelompok hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna seperti pada tabel IX. Hal ini menggambarkan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius tidak memberikan pengaruh hepatotoksik pada sel hati tikus. Aktivitas serum AST kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius

adalah 162,6 ± 6,4 U/l. Secara statistik, bila dibandingkan dengan aktivitas serum AST kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB sebesar 118,6 ± 5,1 U/l terdapat perbedaan bermakna. Terjadinya peningkatan aktivitas serum AST kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius bisa terjadi akibat kerja otot rangka atau jantung karena enzim aspartate di dalam tubuh, sebagian besar tidak spesifik berada di dalam hati saja, tetapi berada dalam otot rangka, jantung, serta tersebar ke seluruh jaringan tubuh.

4. Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 g/kg BB, 1,280 g/kg BB, dan 3,840 g/kg BB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB

Evaluasi terhadap efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M.

tanarius pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida didasarkan pada ada tidaknya penurunan aktivitas serum ALT dan serum AST akibat praperlakuan ekstrak daun metanol-air daun M. tanarius terhadap aktivitas serum ALT dan serum AST. Tabel VIII dan X menunjukkan bahwa ada kekerabatan dosis dengan respon yang muncul terlihat dari semakin besar dosis praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang diberikan, maka semakin besar efek

hepatoprotektif. Hal ini berarti semakin besar perlindungan yang diberikan pada sel hati tikus, terbukti dengan terjadinya penurunan aktivitas serum ALT dan serum AST tikus.

Kelompok IV perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 g/kgBB aktivitas serum ALT sebesar 173,8 ± 10,9 U/l. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB secara statistik terdapat perbedaan bermakna (Tabel IX). Aktivitas serum ALT kelompok IV memberikan perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol negatif olive oil

2 ml/kgBB. Hal yang sama juga terlihat pada aktivitas serum AST kelompok IV terhadap kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB. Aktivitas serum AST pada kelompok IV dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB berbeda tidak bermakna secara statistik. Hal ini berarti ekstrak metanol-air daun M. tanarius memiliki efek hepatoprotektif, namun kerusakan yang ditimbulkan belum bisa kembali seperti keadaan normal. Hal ini kemungkinan terjadi karena kandungan antioksidan pada dosis terendah yaitu 0,426 g/kgBB belum cukup untuk menurunkan aktivitas serum AST akibat induksi karbon tetraklorida. Parameter utama kerusakan hati adalah serum ALT sehingga diartikan bahwa kelompok IV mampu melindungi sel hati dari induksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB.

Kelompok V perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 1,280 g/kgBB aktivitas serum ALT sebesar 139,0 ± 5,9 U/l. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB secara statistik terdapat perbedaan bermakna (Tabel IX). Aktivitas serum ALT kelompok V

memberikan perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB. Hal yang sama juga terlihat pada aktivitas serum AST kelompok V terhadap kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB. Aktivitas serum AST pada kelompok V dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB berbeda bermakna secara statistik. Hal ini berarti ekstrak metanol-air daun M. tanarius memiliki efek hepatoprotektif, namun kerusakan yang ditimbulkan belum bisa kembali seperti keadaan normal. Hal ini kemungkinan terjadi karena kandungan antioksidan pada dosis tengah yaitu 1,280 g/kgBB belum cukup untuk menurunkan aktivitas serum ALT dan serum AST akibat induksi karbon tetraklorida.

Kelompok VI perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB aktivitas serum ALT sebesar 92,6 ± 3,2 U/l. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB secara statistik terdapat perbedaan bermakna (Tabel IX). Aktivitas serum ALT kelompok IV memberikan perbedaan tidak bermakna terhadap kelompok kontrol negatif

olive oil 2 ml/kgBB. Hal yang sama juga terlihat pada aktivitas serum AST kelompok IV terhadap kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB. Aktivitas serum AST pada kelompok IV dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 ml/kgBB secara statistik berbeda bermakna. Hal ini berarti ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 1,280 g/kgBB memberikan efek hepatoprotektif.

Ketiga dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius menunjukkan bahwa ada kekerabatan dosis dengan respon yang muncul terlihat dari semakin besar dosis praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang diberikan, maka

semakin besar efek hepatoprotektif. Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB (Kelompok VI) merupakan kelompok yang memiliki tingkat kerusakan hati paling rendah. Sedangkan aktivitas serum ALT kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 dan dosis 1,280 g/kgBB secara statistik berbeda tidak bermakna memiliki tingkat kerusakan lebih besar (Tabel IX). Hal ini kemungkinan karena jumlah kandungan zat aktif antioksidan dalam ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 dan 1,280 g/kgBB belum cukup memberikan efek hepatoprotektif pada hewan uji yang terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB. Selain itu, karena penggunaan penyari kombinasi metanol : air (50:50) dimana belum diketahui secara pasti kandungan glikosida yang dapat larut dan tertarik dari ekstrak tersebut, sehingga kemungkinan mempengaruhi penggunaan dosis ekstrak 0,426 dan 1,280 g/kgBB karena dimungkinkan bahwa kandungan dalam kombinasi tersebut akan menurunkan aktivitas penangkapan radikal bebas. Dengan demikian, perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut mengenai penggunaan penyari yang berbeda untuk dapat menarik senyawa yang mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas yang lebih kuat sehingga dapat menjangkau dosis ekstrak yang kecil.

Dari ketiga penurunan nilai aktivitas serum ALT dan serum AST pada peringkat dosis tersebut maka dapat dihitung nilai efektif dosis tengah (ED50) hepatoprotektif. Hasil perhitungan menunjukkan dosis ekstrak metanol-air daun

M. tanarius yang dapat menghambat kenaikan aktivitas serum ALT dan serum AST terhadap sel hati terinduksi karbon tetraklorida sebesar 50%, membutuhkan

dosis sebesar 1,766 g/kgBB. Rangkuman secara singkat dapat dilihat pada tabel XIV. Adapun persamaan regresi linear yang didapat yaitu y=34,448 x – 61,853 dengan r=0,996. Persamaan ini didapat dengan cara memplotkan log dosis vs persen efek hepatoprotektif (Gambar 13). Nilai ED50 ekstrak metanol-air daun M.

tanarius yang dapat menghambat kenaikan aktivitas serum ALT dan serum AST terhadap sel hati terinduksi karbon tetraklorida adalah 1,776 g/kgBB dengan aktivitas serum ALT sebesar 246,4 ± 17,0 U/l dan efek hepatoprotektif 62,4%.

Tabel XIV. Efektif Dosis Tengah (ED50) Hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius

Kelompok Perlakuan (mg/kgBB) Dosis dosis Log hepatoprotektif (%) Efek (g/kgBB) ED50 EMMT 0,426 g/kgBB + karbon tetraklorida 2 ml/kgBB 426 2,629 29,5 1,766 EMMT 1,280 g/kgBB + karbon tetraklorida 2 ml/kgBB 1280 3,107 43,6 EMMT 3,840 g/kgBB + karbon tetraklorida2 ml/kgBB 3840 3,584 62,4 Keterangan :

EMMT = Ekstrak metanol-air daun M. tanarius

0 10 20 30 40 50 60 70 0 1 2 3 4 % e fek h e p ato p ro te kt if Log dosis y=34,448 x –61,853, r=0,996

Berdasarkan Adrianto (2011), ED50 ekstrak metanol-air daun M. tanarius

yang dapat menghambat kenaikan aktivitas serum ALT dan serum AST terhadap sel hati terinduksi parasetamol sebesar 0,629 g/kgBB dengan aktivitas serum ALT sebesar 977,2 ± 85,2 U/l dan efek hepatoprotektif 90,7%. Apabila kedua hasil dibandingkan, maka terlihat ED50 ekstrak metanol-air daun M. tanarius terhadap induksi karbon tetraklorida lebih besar daripada ED50 terhadap induksi parasetamol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin besar kerusakan hati yang muncul, maka akan menghasilkan efek hepatoprotektif yang semakin besar. Ini berdampak pada dosis yang semakin kecil untuk dapat menimbulkan 50% efek hepatoprotektif. Oleh karena itu, untuk menegaskan hal tersebut dapat digunakan model hepatotoksin lain, misal galaktosamin.

Dengan demikian, ED50 ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang dapat menghambat kenaikan aktivitas serum ALT dan serum AST terhadap sel hati terinduksi karbon tetraklorida adalah 1,766 g/kgBB. Bila dikonversikan ke manusia dengan berat badan 70 kg adalah sebesar 19,768 g, untuk manusia Indonesia (50 kg) maka 50/70 x 19,768 menjadi 14,12 g.

Mekanisme hepatotoksik dari karbon tetraklorida yang mengakibatkan perlemakan hati adalah enzim sitokrom P-450 (CYP2E1) sebagai agen pereduksi dan mengkatalis adisi elekron yang mengakibatkan hilangnya satu ion klorin sehingga terbentuk radikal bebas triklorometil (CCl3) yang merupakan metabolit reaktif. Radikal bebas triklorometil ini jika dengan adanya O2 (oksigen) akan berubah menjadi radikal bebas triklorometilperoksi (OOCCl3) yang lebih reaktif. Radikal triklorometil yang dihasilkan dapat mengalami suatu reaksi, senyawa

reaktif tersebut merusak sekitar dari sitokrom P-450, termasuk enzim itu sendiri dan retikulum endoplasma. Dengan demikian, radikal bebas triklorometil berikatan secara kovalen dengan lemak mikrosomal dan protein, dan akan bereaksi secara langsung dengan membran fosfolipid dan kolesterol yang bersifat toksik. Hasil lain dari reaksi ini adalah radikal lipid yang akan mengaktifkan senyawa oksigen reaktif selanjutnya mengakibatkan peroksidasi lipid. Setelah pemejanan karbon tetraklorida selama satu sampai tiga jam, trigliserida menumpuk di hepatopsit dan terlihat sebagai droplet lipid. Lipid dalam hati yang terbentuk ini dapat menghambat sintesis protein sehingga menurunkan produksi lipoprotein, yang bertanggungjawab dalam transport lipid untuk keluar dari hepatosit. Akibat menurunnya produksi lipoprotein, transport lipid akan terhambat sehingga menyebabkan steatosis.

Peroksidasi lipid juga dapat menyebabkan kerusakan membran sel dan kerusakan mitokondria. Terjadinya penghambatan sintesis protein juga diakibatkan adanya gangguan keluarnya lipid dari hati yang disebabkan karena hambatan sintesis lipoprotein yang membawa trigliserida meninggalkan hati sehingga menimbulkan steatosis (perlemakan hati). Pada keadaan steatosis ini, struktur retikulum endoplasma mengalami distorsi, sintesa protein menjadi lambat, selanjutnya akan terjadi penyimpangan dengan cepat terhadap aktivitas enzim yang berada di retikulum endoplasma.

Kandungan daun M. tanarius adalah glikosida yang dapat tersari oleh pelarut yang bersifat polar. Pada penelitian ini digunakan larutan penyari metanol:air (50:50) sehingga kemungkinan besar zat yang akan tertarik dalam

kombinasi pelarut tersebut. Berdasarkan Matsunami, dkk (2006), senyawa glikosida memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH, sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan.

Kemungkinan mekanisme kerja kandungan antioksidan dalam daun M.

tanarius memberikan efek hepatoprotektif adalah menangkap radikal bebas triklorometil (CCl3) yang merupakan metabolit reaktif. Akibatnya serangkaian peristiwa yang akan menyebabkan steatosis pada hati akan terhenti. Selain sebagai antioksidan, kemungkinan senyawa tersebut mampu meningkatkan sintesis enzim GSH dalam hati yang berfungsi sebagai enzim penetralisir setiap metabolit reaktif, sehingga dapat dieliminasi dengan mudah oleh tubuh. Adanya kemungkinan mekanisme efek hepatoprotektif antioksidan dalam daun M. tanarius, maka dapat dilakukan pembuatan formulasi sediaan untuk pengembangan obat herbal.

Dokumen terkait