• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Hasil Uji Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol 30% Daun Jarong

3. Kontrol perlakuan ekstrak etanol 30% daun jarong 400 mg/kgBB . 57

Kontrol perlakuan ekstrak etanol 30% daun jarong 400 mg/kgBB atau disebut juga sebagai kontrol ekstrak, bertujuan untuk melihat apakah pemberian ekstrak berpengaruh terhadap kadar ALT dan AST. Pemberian dosis sebesar 400 mg/kgBB yang merupakan dosis tertinggi dari ketiga peringkat dosis dipilih karena mampu mewakili kelompok perlakuan dari dosis terendah 100 mg/kgBB dan dosis tengah 200 mg/kgBB. Dosis tertinggi dianggap mewakili karena apabila menggunakan dosis tertinggi tidak memberikan pengaruh terhadap kadar ALT dan AST, maka dosis rendah dan tengah juga tentu tidak memberikan pengaruh.

Kontrol ekstrak etanol 30% daun jarong (S.indica) memiliki nilai kadar ALT dan AST secara berturut-turut sebesar 49,80 ± 3,77 U/L dan 130,60 ± 2,84 U/L. Secara statistik, lewat uji One Way Anova diperoleh bahwa kadar ALT dan

kadar ALT dan AST pada kelompok kontrol negatif olive oil 49,20 ± 1,07 U/L (p=1) untuk ALT dan 127,00 ± 2,30 U/L (p=0,910) untuk AST, artinya tidak terdapat perubahan kadar ALT-AST pada waktu enam jam setelah pemberian ekstrak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 30% daun jarong 400 mg/kgBB perlakuan enam jam tidak memberikan pengaruh terhadap kadar ALT maupun AST.

4. Kelompok praperlakuan ekstrak etanol 30% daun Stachytarpheta

indica (L.) Vahl. pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon

tetraklorida

Pengukuran kelompok praperlakuan ekstrak etanol 30% daun

Stachytarpheta indica (L.) Vahl. bertujuan untuk melihat efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 30% daun Stachytarpheta indica (L.) Vahl. pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Evaluasi efek hepatoprotektif ekstrak etanol 30% daun Stachytarpheta indica (L.) Vahl. dilihat dari ada tidaknya penurunan kadar ALT dan AST.

Pada kelompok perlakuan ini dilakukan praperlakuan ekstrak etanol 30% daun Stachytarpheta indica (L.) Vahl. dosis 100, 200, dan 400 mg/kgBB enam jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Pencuplikan darah dilakukan pada jam ke-24 setelah pemejanan karbon tetraklorida kemudian dilanjutkan dengan pengukuran kadar ALT dan AST.

Kelompok praperlakuan ekstrak etanol 30% daun Stachytarpheta indica

(L.) Vahl. dosis 100 mg/kgBB memiliki kadar ALT sebesar 126,40 ± 5,16 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok praperlakuan dosis 100 mg/kgBB

memiliki perbedaan bermakna (p=0,000) dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (178,80 ± 7,47 U/L), hal ini berarti terjadi penurunan kadar ALT tikus terinduksi CCl4. Hasil perbandingan kelompok dosis 100 mg/kgBB dengan kontrol negatif olive oil (49,20 ± 1,07 U/L) menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p=0,000), artinya penurunkan kadar ALT telah turun namun belum mencapai kisaran normal. Kadar AST dosis 100 mg/kgBB sebesar 408,00 ± 30,79 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok praperlakuan dosis 100 mg/kgBB berbeda tidak bermakna (p=0,917) terhadap kontrol hepatotoksin (451,00 ± 32,21 U/L), artinya ekstrak dosis 100 mg/kgBB tidak dapat menurunkan kadar AST. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif olive oil (127,00 ± 2,30 U/L) menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p=0,005). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak etanol 30% daun

Stachytarpheta indica (L.) Vahl. dosis 100 mg/kgBB tidak memiliki efek hepatoprotektif karena tidak dapat menurunkan kadar kedua enzim pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

Kelompok praperlakuan ekstrak etanol 30% daun Stachytarpheta indica

(L.) Vahl. dosis 200 mg/kgBB memiliki kadar ALT sebesar 81,20 ± 2,15 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok praperlakuan dosis 200 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna (p=0,000) dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (178,80 ± 7,47 U/L), artinya terdapat efek proteksi. Hasil perbandingan kelompok dosis 200 mg/kgBB dengan kontrol negatif olive oil

(49,20 ± 1,07 U/L) menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p=0,000), artinya penurunan kadar ALT belum mencapai normal. Kadar AST dosis 200 mg/kgBB

sebesar 179,60 ± 2,36 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok praperlakuan dosis 200 mg/kgBB berbeda bermakna (p=0,006) terhadap kontrol hepatotoksin (451,00 ± 32,21 U/L), artinya terdapat efek proteksi. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif olive oil (127,00 ± 2,30 U/L) menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p=0,000), artinya penurunan kadar AST belum mencapai normal. Persen efek hepatoprotektif (ALT) sebesar 75,31% dan persen hepatoprotektif (AST) sebesar 83,77%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis 200 mg/kgBB dapat menimbulkan efek penghambatan terhadap peningkatan kadar ALT dan AST akibat induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB, hanya saja penurunan kadar tersebut belum mencapai normal.

Kelompok praperlakuan ekstrak etanol 30% daun Stachytarpheta indica

(L.) Vahl. dosis 400 mg/kgBB memiliki kadar ALT sebesar 52,60 ± 2,94 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok praperlakuan dosis 400 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna (p=0,000) dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (178,80 ± 7,47 U/L), artinya terdapat efek proteksi. Hasil perbandingan kelompok dosis 400 mg/kgBB dengan kontrol negatif olive oil

(49,20 ± 1,07 U/L) menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p=0,993 dengan kontrol negatif olive oil), artinya penurunan kadar ALT telah mencapai normal. Kadar AST dosis 400 mg/kgBB sebesar 139,40 ± 2,62 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok praperlakuan dosis 400 mg/kgBB berbeda bermakna (p=0,004) terhadap kontrol hepatotoksin (451,00 ± 32,21 U/L), artinya terdapat efek proteksi yang ditimbulkan. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif olive oil (127,00 ± 2,30 U/L) menunjukkan perbedaan tidak bermakna

(p=0,058 dengan kelompok kontrol negatif olive oil, artinya penurunan kadar AST telah mencapai normal. Persen efek hepatoprotektif (ALT) sebesar 97,38% dan persen efek hepatoprotektif (AST) sebesar 96,17%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis 400 mg/kgBB dapat menimbulkan efek penghambatan terhadap peningkatan kadar ALT dan AST akibat induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB, hingga penurunan kadar kedua enzim tersebut dapat mencapai kisaran normal.

Hasil uji statistik kadar ALT dan AST pada ketiga peringkat dosis ekstrak etanol 30% daun Stachytarpheta indica (L.) Vahl., terlihat bahwa dosis 100 mg/kgBB berbeda bermakna dibanding dosis 200 dan 400 mg/kgBB. Dosis 200 dengan 400 mg/kgBB juga menunjukkan perbedaan bermakna. Hal ini menunjukkan ketiga peringkat dosis tersebut menunjukkan perbedaan signifikan dalam memberikan efek hepatoprotektif.

Pada penelitian ini, kadar AST dari ketiga dosis pemberian menunjukkan purata yang tinggi. Hal ini disebabkan karena AST tidak hanya terdapat di dalam hati, melainkan juga ditemukan pada rangka, otot jantung, ginjal, otak, pankreas, paru, lekosit, dan eritrosit (Pratt and Kaplan, 2000). Menurut Adewole et al.

(2007), radikal bebas dari CCl4 dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif pada berbagai jaringan. Hal ini mengakibatkan, ketika terjadi stres oksidatif akibat CCl4 enzim AST tidak hanya dilepaskan oleh hati, melainkan juga dilepaskan dalam jumlah besar ke dalam darah oleh organ-organ lain seperti jantung, otot rangka, ginjal, otak, paru, dan pankreas (Pratt and Kaplan, 2000). Meskipun bukan sebagai penanda spesifik kerusakan hati, pengukuran kadar AST dilakukan pada

penelitian ini karena AST merupakan enzim yang memiliki kadar metabolik tinggi. Pada kerusakan hati, kadar AST dan ALT mengalami kenaikan maupun penurunan secara seirama. Namun, AST lebih sering dijadikan sebagai data pendukung karena tidak spesifik untuk menandakan terjadinya kerusakan hati (Shivaraj, 2009).

Pada tikus terinduksi CCl4, peningkatan kadar ALT dan AST disebabkan adanya pembentukan radikal bebas triklorometil (CCl3) yang berasal dari reduksi halogenasi karbon tetraklorida oleh sitokrom P450. Senyawa CCl3 akan menginisiasi proses peroksidasi lipid atau bereaksi dengan oksigen (O2) membentuk triklorometilperoksi radikal (OOCCl3) yang sifatnya lebih reaktif. Peroksidasi lipid dapat membentuk produk yang merusak membran sel, kerusakan retikulum endoplasma, serta pengurangan sintesis protein. Penurunan sintesis protein akan mempengaruhi produksi lipoprotein yang bertanggungjawab pada transpor lipid menuju ke plasma sehingga terjadi peumpukan lipid pada hati (Timbrell, 2008; Wakchaure, et al., 2011).

Sering kali toksin yang menginduksi steatosis bersifat reversible. Perlu disarankan adanya penelitian mengenai efek hepatoprotektif ekstrak etanol 30% daun jarong dengan menggunakan hepatotoksin lainnya seperti galaktosamin. Toksisitas galaktosamin berkaitan dengan insufisiensi glukosa dan UDP-galaktosa serta terganggunya homeostasis sel. Perubahan ini juga mengganggu sintesis protein dan asam nukleat (Keppler dan Decker, 2003).

Kandungan flavonoid yang diduga terkandung dalam ekstrak etanol 30% daun Stachytarpheta indica (L.) Vahl. berperan penting sebagai hepatoprotektor

karena memiliki kemampuan menangkap radikal bebas seperti CCl3. Flavonoid yang merupakan senyawa antioksidan akan membuat radikal bebas menjadi kurang reaktif dengan berperan sebagai donor elektron. Kelompok hidroksil pada flavonoid akan berfungsi sebagai agen pereduksi radikal bebas dan mengonversi radikal bebas menjadi senyawa yang lebih tidak reaktif. Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh senyawa flavonoid dalam daun Stachytarpheta indica (L.) Vahl. adalah mekanisme yang bertanggungjawab terhadap efek hepatoprotektif. Penangkapan yang dimaksud adalah pengikatan dan pendonoran elektron pada radikal bebas oleh senyawa flavonoid (Kurniawan, 2014). Penangkapan radikal bebas oleh senyawa antioksidan akan membantu melindungi hati dari peroksidasi lipid sehingga kerusakan hepatosit akan menurun dan diikuti dengan penurunan kadar ALT dan AST.

Persen efek hepatoprotektif pada ALT untuk dosis 200 dan 400 mg/kgBB secara berturut-turut adalah 75,31% dan 97,38%, sedangkan untuk AST secara berturut-turut adalah 83,77% dan 96,17%. Dosis efektif ditunjukkan dengan dosis yang memiliki persen hepatoprotektif paling mendekati 100%, maka dosis efektif adalah dosis 400 mg/kgBB. Dari ketiga peringkat dosis, ditemukan bahwa efek hepatoprotektif ekstrak etanol 30% Stachytarpheta indica (L.) Vahl. sebanding dengan dosis. Semakin tinggi dosis yang digunakan maka efek hepatoprotektif semakin tinggi pula, dengan demikian maka terdapat kekerabatan antara dosis ekstrak dengan penurunan kadar ALT-AST tikus.

Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengujian struktural histopatologis. Pengujian histopatologis ini dapat digunakan sebagai data

pendukung dalam menguji fungsi hati, sehingga efek hepatoprotektif yang dilihat dari penurunan kadar ALT dan AST dapat diperkuat dengan uji histopatologis kondisi hati. Uji toksisitas juga diperlukan untuk mengetahui kemungkinan ekstrak etanol 30% Stachytarpheta indica (L.) Vahl. menimbulkan efek toksik, disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan uji toksisitas akut terhadap ekstrak ini.

Saran lain yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya, yakni melakukan uji kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol 30% daun

Stachytarpheta indica (L.) Vahl. untuk melihat secara kuantitatif kandungan flavonoid yang terkandung di dalamnya. Diperlukan pula pengujian spesifik untuk mengetahui secara pasti mengenai nama-nama senyawa dalam golongan flavonoid yang bertanggungjawab pada efek hepatoprotektif.

Dokumen terkait