• Tidak ada hasil yang ditemukan

hasil kromatografi lapisan tipis pemurnian isolat kulit batanp; Pbyllantus acidus Skeels

H 0 0 C^X^CH 20PP asam mevalonat

HASIL PTSEELITI AN

7. hasil kromatografi lapisan tipis pemurnian isolat kulit batanp; Pbyllantus acidus Skeels

Tabel I

Hasil KLT isolat kulit batang Phyllantus acidus Skeels

! Fasa bergerak Jumlah noda ! Harga Rf ! Warna *

!Klorofarm : Heksana satu noda !

0, 22

! ungu !

! 7 ; 3 i i i «

! Kloroform : Metanol sa'cu noda ! 0,74 ! ungu (

! 9 :

1

i ! » t »

! Kloroform : Metanol satu noda ! 0,84 ! ungu !

! 7 : 3 i t |

! Heksana : Etil asetat satu noda !

0, 36

! ungu !

!

8

: ?. J i i

! Kloroform : Etil asetat satu noda ! 0,59 ! ungu !

! 9

1

t i t

Bari tabel diatas terlihat bahwa dengan dipakai cam-puran fasa gerak yang berbeda , isolat tersebut te-tap memberikan jumlah noda satu.

: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.

Fasa gsrak ; Kioroform : Hexan = 7 ; 3 ( v/v ).

Fasa diam : Kieselgel 60 F254 E.Merck Penampak. noda ; Pereaksi anisaldehid.

: Krorcatogram KLT hasil isolasi kulit batang Phyllanthua acidus Skeels.

Fasa gerak : Kloroform : Metanol * 9 : 1 ( v/v ) .

rasa diam : Kieselgel 60 F254 E.Merck. Penampak noda : Pereaksi anisaldehid

Gambar

6

: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.

Fasa gerak : Kioroform : Metanol = 7 : 3 ( v/v )♦

Pasa diam : tf-ieselgel 60 F254 E.merck. Penampak noda : peraksi anisaldehid

Gambar 7 : Kromatogram KLT haeil isolasi kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.

Fasa gerak : hexan : etil asetat «

8 : 2

( v/v ).

i’asa diam : Kieselgel 60 F254 E Merck. Penampak noda : Pereaksi anisaldehid

Gambar

8

: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.

Pasa gerak : Kloroform : etil asetat =

9 ; 1 ( v/v }.

Fasa diam : kieselgel 60 F254 E. Merck. Penampak noda : Pereaksi anisaldehid.

7

. hasil sqrapan terhaaap ultra violet. •

Triterpenoid hasil isolasi memberikan serapan maksi-rnum pada pan jang gelombang 206 nm, dalam pelarut me­ tanol.

8

. Hasil serapan terhaaap Infra m e r a h ♦

Triterpenoid hasil isolasi memberikan puncak - puncak serapan seperti tertera pada gambar . Yaitu :

1100, 1040, 1000, 940, 817. ( dalam cm' 1 ).

Lari spektra infra merah diatas terlihat adanya puncak puncak serapan yang spesifik pada :

3300, 2926, 2850, 1470, 1350, 1370,1350,1270,1190

3300 cm--*- untuk gugus fungsi -OH. 2926 dan 2470 untuk gugus fungsi CH2.

1390 dan 1370 untuk gugus fungsi gem dimetil. 317 karakteristik ulur C - H dilu^r bidang.

c h a r t . " <5p H ] P r e p a r e tin- n e w c h a r t . <(6 0,■ I’ rrp'are Garabar 9 : Spectrogram ultra violet zat hasil isolasi

M I C R O M E T E R S (M m )

BAB IV

PEKBAHASAN

Dalam penelitian ini dilakukan isolasi terhadap kandungan komponen triterpenoid yang terdapat pada ku­ lit batang tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels yang di-kurnpulkan dari dat-rah Mojosari Kabupaten Mojokerto , Jawa Timur.

Parta isolasi triterpenoid dari kulit batang Phyllanthus acidus Skeels dipilih pelarut n-heksana , karena untuk komponen-komponen senyawa yang sifat ke-larutannya kecil terhadap n-heksana tidak ikut tereks-traksi. Ekstraksi dilakukan dengan cara merefluk sela.-ma dua jam sebanyak tiga kali disela.-maksudkan agar kan-dungan triterpenoid terekstraksi lebih sempurna.

Dengan digunakannya pelarut n-heksana untuk penyarian, rcaka triterpenoid yang berhasil diisolasi dalam bentuk bebas. Hal tersebut disebabkan kerena triterpenoid ben­ tuk bebas mempunyai kelarutan besar dalam pelarut n-heksana #

Hasil ekstraksi diuapkan dan didapatkan ekstrak kantal . berwarna kuning kehijauan.

Pada deteksi dengan reaksi warna didapatkan ha­ sil untuk tes Liebermann-Burchad dan tes Carr-Price ,

keduanya memberikan warna ungu yang stabile untuk tes Salkowski dihasilkan cincin warna coklat pada batas ke-dua cairan tersebut, hal tersebut membuktikan bahwa ekstrak tersebut mengandung triterpenoid.

Dari kromatografi lapisan tipis dengan campuran eluen kioroform : metanol =

9 :1 didapatkan dua noda de­

ngan harga Rf 0,70 dan 0,79 dengan warna noda ungu.

Penambahan arang aktif dan kemudian disaring pa-nas

6

imaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang

tidak dikehendaki ada dalam isolat.

Kemudian larutan didiamkan, maka akan terbentuk endapan berwarna putih, Tetapi bila dilarutkan kedalam pelarut kioroform atau n-heksana akan berwarna kekuningan.

Karena dengan pencucian dan rekristalisasi tidak berha-sil menghilangkan warna tersebut, maka dilakukan kroma­ tografi kolom.

Pada penampungan fraksi ke 7 sampai ke 24, setelah di­ lakukan uji kromatografi lapisan tipis didapatkan satu noda dengan harga Rf yang sana aan warna sama. Kemudian fraksi ke

7 dan ke 24 dikumpulkan jadi satu dan setelah

diuapkan didapat endapan warna putih. Kemudian dilaku -k a n re-kristalisasi dengan pelarut aceton. metanol se-hingga didapat kristal putih.

Pada uji kwalitatif denjan reaksi warn? didapat­ kan hasil : untuk tes Liebermann-Burchad dan tes Carr Price, keduanya n^'Vf-er ikan warn a un^ju yang tahan lar.a ,

Svidaii^ar. Jen^an tes Salkowskl dihasilkan cincin coklat pada batas kedua cairan , fcal tesebut menunjukkan bahwa s<.nyawa tersebut adalah triterpenoid.

Kromatografi lapisan tipis dilakukan dengan lima macam campuran pelarut menghasilkan , campuran kioroform

: metanol = 9 ; 1 satu noda warna ungu dengan harga Rf = 0,74; dengan pelarut kioroform : metanol = 7 : 3

menun-jr.kkan satu noda warna ungu dengan harga Rf = 0,84; se-dangkan pelarut kioroform heksana =

7 : 3

didapat satu noda warna ungu dengan harga Rf = 0,22 ; pelarut kioro­ form : etil asetat =

9 : 1

didapat satu noda ungu dengan Rf = 0,59 ; dan pelarut heksana : etil asetat = 8 : 2 menunjukkan satu noda warna ungu dengan harga Rf = 0,36. Jumlah satu noda menunjukkan zat tersebut murni secara kromatografi lapisan tipis.

Penentuan titik leleh dari zat hasil isolasi dengan raenggunakan alat Fisher Johns Melting Point Apparatus didapatkan titik leleh 228° - 229° C. Ketajaman titik leleh tersebut menunjukkan bahwa zat tersebut murni.

Dari hasil serapan spektra ultra violet menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 206 nra dalam pe ­ larut metanol, ini mendekati serapan maksimum dari tri­ terpenoid yang terdapat pada kulit batang Alstonia Scho-laris R. B r . yaitu 207 nm dalam pelarut metanol.

Sedangkan pada kulit batang Phyllanthus emblica I. me­ nunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang

212

am dalvm pelarut metanol

Spektra serapan infra merah memberikan puncak -puncak pada daerah bilangan gelombang :

3300 cm"1 ,

2926 cm- 1 , 2850 cm- 1 , 1470 cm”1 , 1390 cm"1 , 1350 cm

- 1

1270 era- 1 , 1190 cm'1 , 1100 cm- 1 , 1040 cm- 1 , 1000 cm

' 1

940 cm”1 , 817 cm”1 . Dari puncak puncak serapan di -atas menunjukkan adanya gugus fungsi : -OH (3300 cm”1 ), OH2 ( 2926 dan 2470 cm- 1 ), -gem dimetil ( 1390 dan 1370 cm-1 ),

Pada daerah bilangan gelombang : 2926 cm"1 , 2850 cm- 1 1470 cm*1 , 1390 cm- 1 , 1270 cm**1', 1190 cm"1 , 1100 cm' 1 1040 cm"1 , 1000 cm”1 , 940 cm"1 , 817 cm”1 , menunjukkan kesamaan dengan daerah bilangan gelombang pada spektra infra merah triterpenoid yang diisolasi dari Alstonia spatulata; sedangkan perbedaannya adalah pada daerah bilangan gelombang 1730 cm”1 , dan 1635 cm- 1 , tidak ada pada spektra infra merah dari hasil isolat, dimana bilangan gelombang tersebut ditunjukkan di spektrum

infra merah dari triterpenoid yang terdapat pada Alsto­ nia spatulata Blume.

E-ibandingkan dengan spektra infra merah dari Alstonia

Dokumen terkait