• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum

Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat penting dan dibutuhkan karena sebagai pedoman untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar. Namun, dalam memahami hakikat kurikulum sering sekali terjadi perbedaan persepsi dan pemahaman serta jawaban yang berbeda-beda. Ada beberapa pengertian kurikulum yaitu:

1. Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun.

2. Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis untuk digunakan para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

3. Kurikulum adalah usaha untuj menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.

4. Kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar, alat-alat pelajaran dan

cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.

5. Kurikulum dipandang sebagai program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.

Bila dikaji secara seksama kelima pengertisn tersebut dapat disimpulkan menjadi dua kelompok besar. Yang pertama, memandang kurikulum sebagai suatu rencana atau bahan trtulis yang dapat dijadikan pedoman bagi para guru disekolah. Dan yang kedua, memandang kurikulum sebagai program yang direncakan dan dilaksanakan dalam siuasi yang nyata dikelas.

Menurut J. GalenTaylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum planning for better teaching and learning

(1956) menjelaskan bahwa kurikulum adalah

“segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, dihalaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum”.

Menurut J.Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya

Secondary School Improfement (1973), kurikulum adalah “metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran”.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meluputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran (mengkomunikasikan). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan seperti yang digambarkan dalam skema berikut

TABEL 2.1

ORIENTASI PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM

Sikap (tahu mengapa) Keterampilan (tahu bagaimana) Produktif Inovatif Kreatif Afektif Pengetahuan (tahu apa)

Melalui pendekatan itu, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilam yang jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih proktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Upaya penerapan pendekatan scientific/ilmiah dalam proses pembelajaran ini, kemudian melahirkan sistem evaluasi yang autentik.

b. Landasan Kurikulum

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empiris. Landasan yurisis merupakan ketentuan hokum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada manusia yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoretis memberikan dasar-dasar teoretis pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses. Landasan emppiris memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.

1. Landasan Yuridis

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomer 23 tahun 2006 ttentang Standar Kompertensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Menengah Nasional. Landasan yuridid pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang pendidikan karakter, pendidikan aktif, dan pendidikan kewirausahaan.

2. Landasan Filosofis

Secara singkat, kurikulum adalah untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa yang akan datang, yang dikembangkan dari warisan nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta kemudian

diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa (masa lalu – masa sekarang – masa yang akan datang) menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. Dengan ketiga dimensi tersebut, kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik lagi.

3. Landasan Empiris

Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil riset TIMSS (Trends in Internasional Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalah; (4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlunya ada perubahan

orientasi kurikulum, yang tidak membebani peserta didik dengan konten, namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga Negara untuk berperan serta dalam membangun negaranya pada abad 21.

4. Landasan Teoretis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan dan bertindak.

c. Fungsi Kurikulum

Sehubungan dengan pengertian dasar kurikulum tersebut, maka fungsi kurikulum difokuskan pada tiga aspek berikut:

1. Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan, yaitu sebagai alat untuk mencapai seperangkat tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan sehari-hari.

2. Fungsi kurikulum bagi tataran tingkat sekolah, yaitu sebagai pemeliharaan proses pendidikan dan penyiapan tenaga kerja.

3. Fungsi bagai konsumen, yaitu sebagai keikutsertaan dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan program yang serasi.

d. Kesenjangan Kurikulum

Kesenjangan kurikulum atau lebih perbedaan antara kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013, dapat dilihat dari 6 aspek, yaitu 1) Kompetensi Lulusan; 2) Materi Pembelajaran; 3) Proses Pembelajaran; 4) Penilaian; 5) Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan 6) Pengelolaan Kurikulum. Untuk lebih

jelasnya mengenai kesenjangan kurikulum dapat dilihat pada bagan berikut

TABEL 2.2

PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DENGAN KURIKULUM 2013

KURIKULUM KTSP KURIKULUM 2013

A. Kompetensi Lulusan A. Kompetensi Lulusan

1. Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter 1. Berkarakter mulia 2. Belum menghasilkam keterampilan sesuai kebutuhan 2. Keterampilan yang relevan 3. Pengetahuan-pengetahuan lepas 3. Pengetahuan-pengetahuan terkait B. Materi Pembelajaran B. Materi Pembelajaran 1. Belum relevan dengan

kompetensi yang

dibutuhkan

1. Relevan dengan

kompetensi yang

dibutuhkan 2. Beban belajar terlalu

berat

2. Materi esensial

3. Terlalu luas, kurang mendalam

3. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak C. Proses Pembelajaran C. Proses Pembelajaran 1. Berpusat dengan guru

(teacher centered

learning)

1. Berpusat pada peserta didik (student centered active learning)

2. Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks

2. Sifat pembelajaran yang kontekstual

3. Buku teks hanya memuat materi bahasan

3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta

kompetensi yang diharapkan D. Penilaian D. Penilaian 1. Menekankan aspek kognitif 1. Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional

2. Test menjadi cara penilaian yang dominan

2. Penilaian test dan

portopolio saling

melengkapi E. Pendidik dan Tenaga

Kependidikan

E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1. Memenuhi kompetensi profesi saja

1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, social, dan personal

2. Fokus pada ukuran kinerja PTK

2. Motivasi mengajar F. Pengelolaan Kurikulum F. Pengelolaan Kurikulum 1. Satuan pendidikan

mempunyai kebebasan

dalam pengelolaan

kurikulum

1. Pemerintah Pusat dan Daerah memiliki kendali

kualitas dalam

pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan

2. Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun 2. Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan

kurikulum tanpa mempertimbangkan

kondisi satuan

pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

mempertimbangkan

kondisi satuan

pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

3. Pemerintah hanya

menyiapkan sampai

standar isi mata pelajaran

3. Pemerintah menyiapkan

semua komponen

kurikulum sampai buku teks dan pedoman

e. Struktur Kurikulum 2013

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.

Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit.

TABEL 2.3

STRUKTUR KURIKULUM SMP/MTs

Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar

Per Minggu

VII VIII IX

Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

3 3 3

3. Bahasa Indonesia 6 6 6

4. Matematika 5 5 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7. Bahasa Inggris 4 4 4

1. Seni Budaya 3 3 3 2. Pendidikan Jasmani, Olah

Raga, dan Kesehatan

3 3 3

3. Prakarya 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu per Minggu

38 38 38

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP antara lain Pramuka (Wajib), Organisasi Siswa Intra Sekolah, Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja. Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adlah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomorik. Seni budaya dan prakarya menjadi dua mata pelajaran yang terpisah. Untuk seni budaya di dalamnya terdapat pilihan yang disesuaikan dengan minat siswa dan kesiapan satuan pendidik dalam melaksanakannya.

f. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada

satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, tetapi untuk dibentuk melalui berbagai tahapan proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus mengacu pada pencapaian dan perwujudan kompetensi inti yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari pada setiap kelas di setiap satuan pendidikan harus diacukan dan ditujukan pada pembentukan kompetensi inti.

Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, sehingga berperan sebagai integrator horizontal antarmata pelajaran. Kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata pelajaran

tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi dasar yang harus dipahami dan dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran yang tepat menjadi kompetensi inti.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element)Kompetensi Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2),

pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4).

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.

TABEL 2.4 KOMPETENSI INTI SMP/MTs KELAS VII VIII IX 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara

efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara

jangkauan pergaulan dan keberadaannya. efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaan nya. 3. Memahami pengetahuan

(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan , teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mencoba, mengolah, dan

menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, meghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di

4. Mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan , mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, 4. Mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (mengguna kan, mengurai, merangkai, memodifika

sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. membaca, meghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. si, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, meghitung, menggamb ar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/te ori.

Berdasarkan rumusan Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 di atas, maka cakupan, pengertian, dan indikator penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial pada jenjang SMP/MTs disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.5

Indikator Kompetensi 1nti 1 dan Kompetensi Inti 2 Cakupan dan pengertian Indikator

Sikap spiritual

1. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.

2. Menjalankan ibadah tepat waktu.

dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.

4. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa.

5. Mensyukuri kemampuan

manusia dalam mengendalikan diri

6. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu. 7. Berserah diri kepada Tuhan

apabila gagal dalam

mengerjakan sesuatu.

8. Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat

9. Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

10.Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia.

11.Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya.

Sikap sosial Jujur

adalah perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

1. Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan 2. Tidak menjadi plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas.

3. Mengemukakan perasaan

terhadap sesuatu apa adanya 4. Melaporkan barang yang

ditemukan

5. Melaporkan data atau

informasi apa adanya

kekurangan yang dimiliki Disiplin

adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

1. Datang tepat waktu

2. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah 3. Mengerjakan/mengumpulkan

tugas sesuai waktu yang ditentukan

4. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya ilmiah

Tanggungjawab

adalah sikap dan perilaku

seseorang untuk

melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang

seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

1. Melaksanakan tugas individu dengan baik

2. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

3. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat

4. Mengembalikan barang yang dipinjam

5. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

Toleransi

adalah sikap dan tindakan

yang menghargai

perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat

2. Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender

3. Menerima kesepakatan

meskipun berbeda dengan pendapatnya

4. Dapat menerima kekurangan orang lain

5. Dapat mememaafkan

kesalahan orang lain Gotong royong

adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain

1. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau

untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

sekolah

2. Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan

3. Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan 4. Aktif dalam kerja kelompok Santun atau sopan

adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku.

Norma kesantunan

bersifat relatif, artinya norma kesantunan yang diterima bisa berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.

1. Menghormati orang yang lebih tua.

2. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.

3. Tidak meludah di sembarang tempat.

4. Tidak menyela pembicaraan. 5. Mengucapkan terima kasih

setelah menerima bantuan orang lain

6. Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)

7. Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain

Percaya diri

adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.

1. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu. 2. Mampu membuat keputusan

dengan cepat

3. Tidak mudah putus asa

4. Tidak canggung dalam

bertindak

5. Berani presentasi di depan kelas

6. Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.

Dokumen terkait