• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Landasan Teori

Ibu menyusui bayinya secara eksklusif, yaitu ASI tanpa makanan ataupun minuman lainnya sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan, dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia (Prasetyawati, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice). Kurangnya

pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan lebih akan menyebabkan banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka rendah pengetahuan tentang menyusui dan tidak mampu memberikan banyak dukungan terhadap pemberian ASI sehingga pemberian ASI tidak dapat dilakukan (Welford, 2008). Menurut Notoadmodjo (2010) sikap ibu mengenai ASI eksklusif merupakan sikap terhadap faktor-faktor yang berkaitan tentang peningkatan pemberian ASI eksklusif pada bayi sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi.

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Dalam Pemberian ASI Eksklusif : 1. Umur

Menurut Wawan & Dewi (2010) usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

Menurut Rahayu (2007) bahwa umur dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI pada bayinya. Pada dasarnya ibu yang berumur muda tidak mau memberikan ASI disebabkan karena takut merasa sakit pada saat menyusui dan takut payudaranya akan rusak. Ibu yang berumur antara 26-30 tahun lebih mengerti tentang pentingnya memberikan ASI pada bayinya. Wanita dewasa berumur antara 36-40 tahun yang tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya bukan berarti mereka tidak mengerti akan manfaat pemberian ASI pada bayinya, tapi hal ini lebih dihadapkan pada kurangnya produksi ASI.

2. Paritas

Pengalaman menyusui bagi ibu merupakan suatu riwayat menyusui yang akan mempengaruhi proses menyusui selanjutnya. Menurut Nelson (2000) pengalaman menyusui yang baik akan mendorong keinginan ibu untuk menyusui kembali pada kelahiran bayi berikutnya. Sebaliknya pengalaman yang buruk akan membuat ibu menjadi trauma untuk mulai menyusui kembali. Petugas kesehatan perlu mengetahui pengalaman ibu sehubungan dengan pemberian makanan bayi. Hal ini berkaitan dengan jumlah anak yang pernah disusui ibunya, di mana menurut Sajogyo et al. (1994) perlu ada jarak antara kelahiran anak yang satu dengan kehamilan berikutnya setidaknya 18 bulan sampai 2 tahun agar ibu memiliki kesempatan untuk menyusui. Keadaan fisik ibu akan terlalu berat jika harus menyusui dan hamil lagi. Di samping itu kehamilan juga akan mengurangi jumlah ASI yang dikeluarkan bahkan mungkin berhenti sama sekali.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Hidayat, 2005). Menurut Notoadmodjo (2010) sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.

Menurut Firmansyah dan Mahmudah (2012) yang mengutip pendapat Salfina Tahun 2003 dalam penelitiannya mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus

sebagai pekerja lepas (buruh). Selain itu 13,33% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya serta 23,02% masih membuang kolostrumnya.

4. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu bekerja menghabiskan waktu ditempat kerja sehingga kecil kemungkinan untuk menyusukan atau mempengaruhi terhadap intensitas menyusui, sedangkan ibu yang tidak bekerja dapat dengan mudah meyusukan anak apabila anak membutuhkan

5. Informasi

Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dan melihat dan mendengar sendiri. Seseorang yang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

6. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala informasi yang diperoleh dari pihak luar diri subyek yang disertai pemahaman pada informasi yang diterima. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara bertanya kepada orang lain, pengalaman sendiri, mendengarkan cerita orang atau melalui media massa. Pengetahuan tentang manfaat

breastfeeding (menyusui) berpengaruh kuat terhadap awal dan periode menyusui. Ibu yang mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui sebelum melahirkan bayi merupakan langkah mencapai keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif.

Suradi (2004) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang ibu mau menyusui karena ibu mengetahui cara menyusui yang benar, manfaat, dan keunggulan ASI. Faktor tersebut merupakan pendorong yang mampu memberikan dukungan kepada ibu untuk berhasil menyusui. Hal ini sama dengan pendapat Widjaya (2002) bahwa faktor yang mengakibatkan seorang ibu tidak termotivasi untuk menyusui bayi di antaranya karena kurangnya informasi yang diperoleh ibu tentang manfaat dan keunggulan ASI serta ketidaktahuan ibu untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI pada masa menyusui. Kendala dalam meningkatkan penggunaan ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan tentang menyusui di mana banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka kurang pengetahuannya tentang menyusui dan tidak mampu memberikan banyak dukungan (Welford, 2008).

Agar pemberian ASI eksklusif dapat berjalan dengan baik, diperlukan manajemen yang baik dalam menyusui, meliputi: perawatan payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah dalam laktasi dan penatalaksanaannya (Mansjoer et al. 2000). Dengan demikian ibu yang ingin berhasil dalam menyusui sebaiknya mempersiapkan diri dengan mempelajari sebanyak mungkin pengetahuan dasar ASI eksklusif dan manajemen laktasi (Riordan dan Auerbach 1998). Pengetahuan tentang manfaat dan keunggulan ASI eksklusif dari

berbagai penelitian sebenarnya sudah dikenal luas oleh masyarakat namun dari penelitian tersebut terungkap bahwa hanya sedikit ibu yang mengetahui bahwa ASI dapat mencegah penyakit tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan di Semarang menunjukkan bahwa wanita dari semua tingkat ekonomi mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang kegunaan ASI dan mempunyai sikap positif terhadap upaya pemberian ASI, akan tetapi dalam prakteknya tidak selalu konsisten dengan pengetahuan mereka, sehingga walaupun pengetahuan dan sikap masyarakat positif, belum menunjukkan perilaku menyusui yang positif (Kasnodihardjo dan Budiarso 1996).

Pengetahuan tentang perawatan payudara perlu diperhatikan oleh ibu menyusui, hal ini diperlukan supaya ibu menyusui tidak mengalami kesulitan selama masa penyusuan pada bayinya. Adapun cara melakukan perawatan payudara dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi darah dan cairan limfe di daerah payudara, untuk merawat dan melatih puting susu, agar selalu bersih dan tahan terhadap mekanisme gesekan waktu bayi menyusu, dan untuk memperlancar pengeluaran kolostrum dan ASI. Untuk itu perawatan payudara sebaiknya sudah dilakukan sejak ibu hamil pada trimester akhir masa kehamilan. Mengurut payudara juga sangat diperlukan pada minggu-minggu pertama masa menyusui dan sepanjang masa menyusui. Pengetahuan ini seharusnya dimiliki oleh para ibu hamil supaya nantinya dapat memberikan ASI secara eksklusif.

7. Sikap

Sikap dapat memprediksi tingkah laku apa yang mungkin terjadi. Dengan demikian sikap dapat diartikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk mengatakan terbuka luas (Azwar, 2000). Sikap baik yang dimiliki oleh seseorang khususnya ibu post partum dalam pemberian ASI yang berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi hendaknya diterapkan dalam perilaku sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

Dokumen terkait