• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN TEORETIK

C. Locus of Control

1. Pengertian Locus of Control

Suhartanto (1996:6) mengungkapkan bahwa locus of control

merupakan keyakinan dan harapan individu akan sumber-sumber penentu dari segala pengalaman hidupnya. Brotosumarto (http://www.portalhr. com//kolom/2id47.html) mengartikan locus of control sebagai sikap seseorang dalam mengartikan sebab dari suatu peristiwa. Seseorang dengan internal locus of control adalah mereka yang merasa bertanggung jawab atas kejadian-kejadian tertentu. Hasil adalah dampak langsung dan tindakannya. Sedangkan, orang dengan eksternal locus of control adalah mereka yang sering menyalahkan (atau bersyukur) atas keberuntungan, petaka, nasib, keadaan dirinya, atau kekuatan-kekuatan lain di luar kekuasaannya.

Locus of control pada individu sebenarnya bukanlah suatu konsep yang tipologik, melainkan suatu konsep yang kontinuum (London dan Exner dalam Suhartanto (1996:6)). Artinya locus of control individu bergerak dari ekstrim eksternal dan ekstrim internal. Oleh karena itu setiap orang memiliki sekaligus faktor internal dan eksternal dalam dirinya. Umumnya orang sangat tidak mungkin memiliki satu jenis dari locus of

control, tetapi terletak sepanjang kontinuum dan kombinasi dari keduanya (berbanding terbalik).

Perkembangan orientasi individu ke arah internal atau eksternal didapatkan melalui proses belajar. Pengalaman individu di masa lalu akan mempengaruhi perkembangan orientasi ini. Perbedaan orientasi ini akan turut mempengaruhi penilaian seseorang terhadap suatu peristiwa atau situasi yang sedang dihadapi (Parkes dalam Suhartanto (1996:6)).

Individu yang berorientasi internal cenderung memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan dan tindakannya dianggap sangat menentukan akibat yang diterima, baik itu positif maupun negatif, lebih perspektif dan siap belajar dari lingkungan (Engler dalam Suhartanto (1996:6)), memiliki daya tahan yang lebih besar terhadap pengaruh orang lain, lebih cepat dalam mengambil keputusan dan tindakan karena merasa mampu mengontrol lingkungannya. Salomon dan Oberlander (Pujiwati, 2004:34) menyatakan bahwa individu dengan kecenderungan locus of control internal lebih giat, rajin, ulet, mandiri, dan mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap pengaruh sosial, dan bertanggung jawab atas kegagalannya. Sedangkan Doberty dan Ryder (Pujiwati, 2004:34) menemukan bahwa individu yang memiliki kecenderungan locus of control internal mempunyai keyakinan yang besar untuk memperoleh keberhasilan, asertif, mempunyai usaha untuk maju dan mampu menggunakan ketrampilan sosial untuk mempengaruhi lingkungan.

Individu yang berorientasi pada eksternal, memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, tidak berpengaruh besar dalam mengendalikan akibat hidupnya, baik dalam mencapai tujuan maupun dalam melakukan penghindaran terhadap situasi yang tidak menyenangkan, lebih cemas dan depresif serta kurang baik dalam melakukan aktifitas bermasyarakat dan lebih mempunyai kemungkinan besar untuk menampakkan perilaku yang negatif seperti pasivitas, penarikan diri dan konformitas tinggi (Rothbaum et al. dalam Suhartanto (1996:6)). Pendapat ini diperkuat pendapat Doberty dan Ryder (Pujiwati, 1999:34) bahwa individu yang memiliki kecenderungan pada locus of control eksternal memiliki sifat pasif, tidak suka bersaing, cenderung dipengaruhi lingkungan dan memiliki motivasi yang rendah untuk bersaing.

2. Faktor-faktor yang dapat merubah Locus of Control

Locus of Control yang telah dikembangkan oleh individu dapat berubah karena faktor-faktor sebagai berikut (Phares, 1978:291-293) :

a. Usia

Seiring anak berkembang, ia menjadi seorang manusia yang lebih efektif, sehingga ia meningkatkan kepercayaan bahwa dirinya mampu mengendalikan bermacam-macam hal dan kejadian dalam hidupnya. Dengan kata lain, locus of control bergerak dari kecenderungan eksternal ke arah internal sejalan dengan pertambahan usia.

b. Pengalaman akan suatu perubahan

Penelitian Kienhlbauch (dalam Phares, 1978:291) menemukan bahwa teman serumah yang masih baru menunjukkan locus of control yang relatif lebih eksternal daripada teman serumah yang akan berpisah juga cenderung bergeser ke arah eksternal. Keadaan yang cenderung labil dan tidak pasti selama masa-masa transisi mendorong locus of control

individu kearah eksternal.

c. Generalitas dan stabilitas perubahan

Peristiwa-peristiwa yang membawa perubahan seperti perang, skandal politik, bom nuklir dan eksperimen ternyata dapat berpengaruh pada

locus of control. Kecenderungan ke arah locus of control eksternal meningkat sejalan dengan pengalaman perubahan peristiwa spesifik dan isindental seperti kekecewaan pada keputusan-keputusan politik pemerintah, menang lotere, dan eksperimen. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi diluar prediksi dan rutinitas individu sehingga ia merasa kehilangan kemampuan untuk menganalisa dan mempersiapkan diri terhadap jalannya peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka.

d. Pelatihan dan pengalaman

Seperti halnya kapasitas-kapasitas kognitif lain, locus of control dapat dilatih untuk didorong ke arah salah satu kecenderungan tertentu. De Charms (dalam Phares, 1978:292) berhasil membuktikan efektivitas program pelatihan untuk meningkatkan locus of control internal.

Selain itu, penelitian Nowicki dan Bames (dalam Phares, 1978:292) menemukan bahwa pengalaman berkemah yang terstruktur ketat dapat meningkatkan locus of control internal remaja. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa locus of control dapat berubah karena pengalaman-pengalaman yang meningkatkan kemandirian, tanggung jawab pribadi,dan kemampuan untuk menguasai keadaan.

e. Efek terapi

Beberapa penelitian Lefcourt, Dua, Gilis, dan Jessor, Smith (dalam Phares, 1978:292-293) menunjukkan bahwa psikoterapi berpengaruh secara positif pada kecenderungan akan locus of control internal. Psikoterapi bertujuan meningkatkan kemampuan individu untuk dapat berfungsi secara efektif dalam mengatasi masalah-masalahnya. Tujuan ini meningkatkan kecenderungan individu untuk merasa bertanggung jawab dalam peristiwa-peristiwa dalam hidupnya.

3. Aspek-aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh locus of control

Perbedaan kecenderungan arah locus of control ternyata membawa akibat dalam berbagai aspek hidup (Phares, 1978:279-282):

a. Sikap terhadap lingkungan

Individu dengan locus of control internal menganalisa situasi dengan sikap yang lebih terarah dan waspada daripada individu dengan locus of control eksternal. Individu dengan locus of control internal juga lebih aktif untuk mencari, memperoleh, menggunakan dan mengolah

informasi yang relevan dalam rangka memanipulasi dan mengendalikan lingkungan. Di samping itu, individu yang mempunyai

locus of control internal terbukti lebih berorientasi pada posisi dengan kekuatan besar, sedangkan individu yang memiliki locus of control

eksternal lebih cenderung menyukai posisi dengan kekuasaan kecil (Hrycenko dan Minton dalam Phares, 1978:279).

b. Pengaruh konformitas dan perubahan sikap

Beberapa penelitian Crowne dan Liverant, Tolor, Gore, Biondo dan Mac Donald (Phares, 1978:279-280) menunjukkan bahwa individu dengan kecenderungan internal lebih mampu bertahan terhadap pengaruh dan tekanan dari lingkungan. Sebaliknya individu dengan kecenderungan eksternal lebih siap sedia untuk menerima pengaruh, mengikuti lingkungan sosial dan menerima informasi dari orang lain. c. Perilaku menolong dan atribusi tanggung jawab

Individu dengan kecenderungan internal lebih sering menunjukkan perilaku menolong daripada individu dengan kecenderungan eksternal (Midlarsky, Midlarsky dan Midlarsky dalam Phares, 1978:282). Individu yang memiliki locus of control internal juga cenderung memberi atribusi tanggung jawab internal terhadap orang lain. Kedua pernyataan tersebut tampaknya saling bertentangan. Individu yang merasa bahwa tiap-tiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri umumnya tidak begitu terdorong untuk melibatkan diri dalam kesulitan-kesulitan yang dialami orang lain. Fenomena ini merupakan bukti bahwa perilaku

menolong lebih didorong kepercayaan individu bahwa ia mampu memberikan pertolongan, daripada kepedulian orang lain.

d. Pencapaian prestasi

Pelajar dengan locus of control internal menunjukkan prestasi akademis yang lebih tinggi daripada pelajar dengan locus of control

eksternal. Dalam hal ini, need for achievement tidak dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena ini karena terdapat hubungan yang rendah antara need for achievement dan locus of control. Individu dengan kecenderungan internal lebih mampu untuk menyesuaikan diri daripada individu dengan kecenderungan eksternal (Phares, 1978:283).

4. Dimensi Locus of Control Rotter

Ada dua dimensi locus of control yaitu locus of control internal dan eksternal. Pada dimensi locus of control internal dan eksternal, indikator locus of control mencakup: (a) sumber kesulitan; (b) sumber

kegagalan; (c) sumber persaingan; (d) pengakuan terhadap prestasi; (e) pemanfaatan kesempatan; (f) penentuan kepribadian seseorang; (g) pengambilan keputusan; (h) pencapaian kesuksesan; (i) penyusunan

rencana; (j) sifat baik; (k) peran serta bagi masyarakat; (l) pengakuan terhadap kesalahan; dan (m) pemimpin yang baik (Rotter, www.ballarat.edu.ac.au/ard/bssh/pycoh/rot/html).

Dokumen terkait