• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. PENDUGAAN MODEL EKONOMETRIKA

6.3. Analisis Dayasaing Kedelai

6.3.1. Luas Panen Kedelai

Luas panen kedelai berkaitan dengan produksi dan produktivitas. Luas panen dari

tahun 1975 – 2000 menunjukkan trend yang meningkat dari tahun ke tahun.

Bahkan pada tahun 1986 mengalami lonjakan sebesar 40 persen (1.253.671 ha) dari tahun sebelumnya (869.220 ha). Namun sejak tahun 2001 terjadi penurunan luas panen yang cukup berarti dari tahun sebelumnya sebesar 28 persen, dari 1.151.079 ha menjadi 824.484 ha.

Berdasarkan analisis yang digunakan, maka luas panen kedelai di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu harga riil kedelai lokal, harga riil jagung, curah hujan, harga riil benih dan luas panen tahun sebelumnya. Hasil pendugaan parameter yang mempengaruhi luas panen kedelai di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Luas Panen Kedelai

Keterangan : (a) nyata pada taraf α = 0.05 (d) nyata pada taraf α = 0.20

Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) dari model luas

panen kedelai adalah sebesar 0.87. Hal ini berarti 87.00 persen keragaman luas panen dapat diterangkan oleh keragaman peubah-peubah eksogen di dalam model, yakni peubah harga riil kedelai lokal, harga riil jagung dan luas panen tahun sebelumnya. Sedangkan sisanya sebesar 13.30 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat di dalam model ini.

Variabel Koefisien t- hitung Proba- Nama Dugaan bilitas Pendek Panjang Variabel INT -287508 1.00 0.33 Intersep

PDt 454.229 (a) 2.84 0.01 0.58 3.62 Harga Riil Kedelai Lokal PJt -702.328 (d) 1.45 0.16 -0.26 -1.64 Harga Riil Jagung CHt 59.70 0.18 0.46 0.13 0.87 Curah Hujan

PBt -7.14 0.07 0.95 -0.01 -0.06 Harga Riil Benih Kedelai LLPt 0.84 (a) 9.69 0.00 0.85 Lag Luas Panen Kedelai R-Sq 0.87 R-Sq (Adj) 0.84 F-stat/F-hit 30.05 D W Stat 2.47 D h -0.67 Elastisitas

Dengan menggunakan uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 30.05 yang lebih besar dari F tabel sebesar 2.78 pada taraf nyata lima persen. Nilai ini menunjukkan bahwa peubah-peubah eksogen dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap luas panen kedelai.

Dengan pengujian t hitung terlihat bahwa variabel harga riil kedelai lokal dan lag luas panen berpengaruh nyata pada taraf lima persen dan peubah harga riil jagung berpengaruh nyata pada taraf dua puluh persen. Sedangkan peubah yang tidak berpengaruh nyata terhadap luas panen adalah curah hujan dan harga riil benih kedelai. Curah hujan tidak berpengaruh nyata terhadap luas panen karena diduga petani telah mengetahui bahwa saat tanam kedelai yang sesuai adalah akhir musim hujan atau awal musim kemarau untuk menghindari gagal panen. Harga riil benih tidak berpengaruh nyata karena diduga sebagian besar petani menggunakan benih hasil penangkaran sendiri, bukan benih varietas unggul dan bersertifikat.

Koefisien dugaan peubah harga riil kedelai lokal sebesar 454.23. Hal ini menunjukkan jika terjadi kenaikan harga riil kedelai lokal sebesar satu rupiah per kilogram akan meningkatkan luas panen sebesar 454.23 hektar, demikian

sebaliknya, cateris paribus. Koefisien dugaan yang positif menunjukkan bahwa

peningkatan harga riil kedelai akan merangsang diperluasnya areal tanam. Kondisi ini menunjukkan bahwa sangat besar pengaruh peningkatan harga kedelai lokal terhadap luas panen di Indonesia. Jika harga riil kedelai lokal menguntungkan bagi usahataninya, maka petani akan memperluas areal tanamnya.

Harga riil jagung turut mempengaruhi luas tanam kedelai, namun pengaruh harga riil jagung terhadap luas tanam kedelai adalah negatif. Nilai koefisien dugaan peubah harga riil jagung sebesar -702.33 yang artinya jika terjadi kenaikan harga riil jagung sebesar satu rupiah per kilogram, maka luas panen kedelai akan menurun

sebesar 702.33 hektar, demikian sebaliknya, cateris paribus. Dengan rendahnya

harga riil kedelai atau keuntungan yang diterima petani lebih rendah, maka akan mempengaruhi petani untuk berpindah dari menanam kedelai ke tanaman jagung. Kondisi ini didukung oleh tipologi lahan dan persyaratan tumbuh yang dibutuhkan

jagung tidak jauh berbeda untuk tanaman kedelai, sehingga petani kedelai mudah beralih usaha ke tanaman jagung.

Luas panen kedelai juga dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala. Koefisien dugaan luas panen tahun sebelumnya sebesar 0,84. Hal ini berarti kenaikan luas panen tahun sebelumnya sebesar satu hektar akan meningkatkan luas panen sebesar

0,8395 hektar, demikian sebaliknya, cateris paribus.

Jika dilihat nilai elastisitasnya harga riil kedelai lokal dalam jangka pendek dan jangka panjang sebesar 0.58 dan 3.62. Nilai ini menunjukkan jika terjadi kenaikan harga riil kedelai lokal sebesar satu persen akan meningkatkan luas panen sebesar 0.58 persen dalam jangka pendek dan 3.62 dalam jangka panjang. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa dalam jangka pendek luas panen tidak responsif terhadap perubahan harga riil kedelai lokal, namun dalam jangka panjang luas panen kedelai responsif terhadap perubahan harga riil kedelai lokal.

Nilai elastisitas pada jangka pendek untuk luas panen kedelai tidak responsif terhadap perubahan harga riil jagung yang ditunjukkan dengan nilai elastisitasnya sebesar – 0.26. Sedangkan untuk jangka panjang luas panen kedelai responsif terhadap perubahan harga riil jagung yang ditunjukkan dengan nilai elastisitasnya sebesar – 1.64.

6.3.2. Produktivitas Kedelai

Berdasarkan analisis yang digunakan, maka produktivitas kedelai di Indonesia dipengaruhi oleh faktor jumlah penggunaan pupuk urea, curah hujan, harga riil jagung, harga riil kedelai tingkat produsen dan produktivitas tahun sebelumnya. Hasil pendugaan parameter yang mempengaruhi produktivitas kedelai di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 8.

Nilai koefisien determinasi (R2) dari model produktivitas kedelai adalah sebesar

0.97. Hal ini berarti 97.13 persen keragaman produktivitas dapat diterangkan oleh keragaman peubah-peubah eksogen di dalam model, yakni peubah curah hujan,

harga jagung, dan produktivitas tahun sebelumnya. Sedangkan 2.87 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat di dalam model.

Tabel 8. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Produktivitas Kedelai

Keterangan : (a) nyata pada taraf α = 0.05 (c) nyata pada taraf α = 0.15

(d) nyata pada taraf α = 0.20

Nilai koefisien determinasi (R2) dari model produktivitas kedelai adalah sebesar

0.97. Hal ini berarti 97 persen keragaman produktivitas dapat diterangkan oleh keragaman peubah-peubah eksogen di dalam model, yakni peubah curah hujan, harga jagung, dan produktivitas tahun sebelumnya. Sedangkan 2.87 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat di dalam model.

Dengan menggunakan uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 155.71 yang lebih besar dari F tabel sebesar 2.78 pada taraf nyata lima persen. Nilai ini menunjukkan bahwa peubah-peubah eksogen dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produktivitas kedelai.

Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa peubah curah hujan, harga riil jagung, produktivitas tahun sebelumnya dan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kedelai pada taraf sepuluh, lima belas dan lima persen. Sedangkan peubah yang tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kedelai adalah peubah jumlah penggunaan pupuk urea dan harga riil tingkat produsen. Penggunaan pupuk yang digunakan hanya pupuk urea, karena yang digunakan dominan adalah pupuk urea dan data series yang diperoleh hanya pupuk urea.

Variabel Koefisien t- hitung Probabilitas Nama Dugaan Pendek Panjang Variabel INT 0.02 0.21 0.83 Intersep

QFT 0.00 0.19 0.85 0.01 1.04 Jumlah Pupuk Urea CHT 0.00003 (c) 1.50 0.15 0.05 10.31 Curah Hujan PJT -0.00018 (d) 1.30 0.20 -0.06 -11.91 Harga Riil Jagung PPT 0.00 0.08 0.93 0.00 0.70 Harga Riil Produsen LYKT 0.9947 (a) 10.27 0.00 1.00 Lag Produktivitas R-Sq 0.97 R-Sq (Adj) 0.97 F-stat/F-hit 155.71 D W Stat 2.26 D h -0.07 Elastisitas

Nilai koefisien dugaan varibel harga riil jagung sebesar -0.00018. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan harga riil jagung sebesar satu rupiah per kilogram akan menurunkan produktivitas kedelai sebesar 0.00018 ton per hektar, demikian

sebaliknya, cateris paribus. Agar dapat bersaing dengan tanaman pesaingnya,

dalam hal ini jagung, maka tanaman kedelai harus dapat memberikan keuntungan bersih paling sedikit sama dengan keuntungan bersih jagung. Menurut Siregar (2000), terdapat dua kemungkinan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dayasaing kedelai melalui peningkatan produktivitas, yaitu (a) dengan peningkatan hasil per satuan luas dengan asumsi bahwa semua harga input dan output tidak berubah, (b) dengan peningkatan harga kedelai dengan asumsi bahwa tingkat hasil dan harga-harga input tidak berubah.

Nilai koefisien dugaan peubah curah hujan sebesar 0.000025. Walaupun nilai kooefisien dugaan begitu kecil, namun mempengaruhi produktivitas kedelai. Tanaman kedelai akan tumbuh baik, disamping perlu pH, suhu dan ketinggian tanah yang sesuai, juga membutuhkan curah hujan rata-rata selama musim tanam 300 – 400 mm per tiga bulan. Menurut Sumarno (1985), tanaman kedelai menghendaki penyiraman penuh, minimal 10 jam per hari dengan kelembaban rata- rata 65 persen, terutama saat pertumbuhan vegetatif dan pengisian polong.

Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa produktivitas tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap produktivitas kedelai dengan nilai dugaan peubah tahun sebelumnya sebesar 0,9947. Artinya jika terjadi kenaikan produktivitas tahun sebelumnya sebesar satu ton per hektar, maka akan meningkatkan produktivitas

kedelai sebesar 0,9947 ton per hektar, demikian sebaliknya, cateris paribus.

Jika dilihat nilai elastisitas harga riil jagung jangka pendek sebesar –0,063 artinya produktivitas kedelai tidak responsif terhadap harga riil jagung dalam jangka pendek. Sedangkan jangka panjang, produktivitas kedelai responsif terhadap harga riil jagung sebesar – 11.91. Nilai ini menunjukkan jika terjadi kenaikan harga riil jagung sebesar satu persen akan menurunkan produktivitas kedelai sebesar 11.91 persen dalam jangka panjang.

Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, produktivitas kedelai tidak responsif terhadap jumlah penggunaan pupuk urea yang ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya masing-masing sebesar 0.006 dan 1.04. Kondisi ini menunjukkan bahwa perubahan jumlah penggunaan pupuk tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas kedelai. Hal ini diduga disebabkan perakaran tanaman kedelai memiliki bintil-bintil akar yang banyak mengandung unsur N, sehingga unsur dasar N dari pupuk urea sebagian dapat dipenuhi dari bintil akar tersebut, kecuali untuk lahan yang terus menerus ditanami dan telah lama tidak menggunakan pupuk atau lahan bukaan baru. Berdasarkan penelitian Kumenaung (1994) dijelaskan bahwa kondisi ini dapat dipengaruhi antara lain : di beberapa daerah tertentu di Indonesia pupuk belum perlu digunakan dan pupuk bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi produksi.