• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Perawatan Diri

2.2.2 Macam-Macam Perawatan Diri a.Perawatan Kulit

Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh di bawahnya dan organ-organ yang lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh. Menjaga kebersihan kulit dan perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit. Perawat sebagai tenaga kesehatan penting untuk menginformasikan pada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya menjaga kebersihan dan perawatan kulit. Setiap kondisi yang mengenai pada kulit misalnya. Kelembaban, kerusakan lapisan epidermis, penekanan yang terlalu lama pada kulit, dan sebagainya sudah cukup untuk mengganggu fungsional kulit

sebagai organ proteksi (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun keatas) struktur kulit berubah sebagai bagian normal dari proses penuaan. Penggantian sel kulit mungkin lebih lambat dibandingkan pengelupasannya. Hal ini menyebabkan kulit menjadi lebih tipis dan mudah rusak (Pringle & Penzer,2002 dalam Dingwall 2013). Kolagen kehilangan elastisitasnya sehingga kulit menjadi lebih kendur, berkerut, dan lipatan kulit dapat muncul. Kulit lansia lebih rentan terhadap trauma dan kerusakan akibat tekanan. Waktu penyembuhan memanjang setelah terjadi trauma kulit apa pun akibat penurunan sirkulasi (Burr & Penzer, 2005 dalam Dingwall 2013) dan produksi sel kulit baru yang lambat. Perubahan yang berhubungan dengan penuaan juga dapat mempengaruhi kemampuan kulit untuk bertindak

sebagai sawar terhadap infeksi. Epidermis menipis dan sel kulit tidak melekat secara efektif satu sama lain sehingga menurunkan kemampuan mereka untuk mengikat air. Kondisi ini menyebabkan kulit kering (Lawtong, 2007 dalam Dingwall 2013).

b. Kebersihan dan Kesehatan Kaki, Tangan, dan Kuku

Perawatan kaki, tangan, dan kuku secara wajar penting artinya bagi manusia dalam usia berapapun dan kapanpun, akan tetapi dengan semakin bertambahnya usia dan terutama pada saat sakit, perawatan kaki, tangan, kuku akan semakin penting. Dalam kedudukannya sebagai pendidik pasien, maka perawat perlu membatu klien dalam memahami pentingnya perawatan kaki, tangan, dan kuku. Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihannya termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun atau detergen, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan penyebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Sedangkan perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu merendamnya dalam sebaskom air hangat, hal ini sangat berguna untuk melunakkan kuku sehingga mudah dipotong. Kuku jari tangan dipotong sedemikian rupa mengikuti alur pada jari tangan sedangkan kuku jari

kaki dipotong lurus (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun ke atas) antara 50 dan 70% lansia melaporkan masalah kaki (Menz & Lord, 2001 dalam Dingwall 2013). Perubahan

proses penuaan yang alami dapat mempengaruhi keseimbangan individu lansia (mis., terjadi penurunan massa tulang dan otot). Lansia lebih cenderung mengalami berbagai gangguan medis yang mempengaruhi kesehatan kaki, misalnya diabetes, perubahan artritis, dan penyakit sistem syaraf yang dapat mempengaruhi sensasi pada kaki individu (Badlissi et al., 2005). Perubahan sirkulasi yang normal pada proses penuaan juga menyebabkan kulit lebih mudah rusak, dan waktu penyembuhan memanjang. Penurunan kemampuan melihat dan keterampilan pada jari dapat menyebabkan lansia kesulitan untuk mempertahankan perawatan kaki yang baik dan kuku jari kaki yang pendek. Mereka mungkin menggunakan sepatu yang sempit dengan alasan kenyamanan. Kondisi ini mengancam keselamatan; dalam salah satu studi, sebanyak 28% individu lansia yang diperiksa karena jatuh menyatakan bahwa sepatu adalah penyebab utama (Menz & Lord, 2001 dalam Dingwall 2013).

c. Kebersihan dan Kesehatan Gigi dan Mulut

Perawatan mulut merupakan salah satu intervensi keperawatan yang penting. Kesehatan mulut akan mempengaruhi tingkatan kesehatan dan kecepatan pemulihan. Menggosok gigi, lidah, dan penggunaan benang gigi (flossing) tidak cukup untuk mencapai kesehatan mulut. Dibutuhkan pemeriksaan dan intervensi yang teliti bagi klien yang tidak mampu mencapai kesehatan mulut. Keberhasilan perawatan mulut ditentukan oleh volume saliva, plak gigi, dan flora mulut. Perawatan mulut yang buruk mengakibatkan penurunan produk saliva, peningkatan plak gigi, dan perubahan flora mulut. Saliva adalah komponen penting dalam sistem imun mulut. Penurunan produksinya mengakibatkan mulut

kering dan mendorong terbentuknya plak gigi. Plak menjadi wadah organisme yang menyebabkan pneumonia berhubungan dengan penggunaan ventilator, karena adanya koloni patogen dalam orofaring (Penelirian Munro CL et al, 2006 dalam Potter dan Perry 2010).

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun ke atas) perubahan gigi yang berumur menjadi rapuh, lebih kering, dan berwarna lebih gelap. Gigi menjadi tidak rata, bergerigi, dan patah setelah bertahun-tahun digosok dan diasah, gusi kehilangan vaskularitas dan elastisitas jaringan yang menyebabkan gigi palsu kurang malnutrisi dapat menjadi masalah. Penurunan sensitivitas rasa, penipisan mukosa, dan penurunan massa dan kekuatan otot mastikasi juga terjadi. Pemakaian gigi palsu mengurangi kemampuan mengunyah hingga 40% jika dibandingkan dengan idividu yang memiliki gigi memadai. Lansia lebih cenderung menjadi pemakai gigi palsu sehingga berisiko mengalami luka pada mulut, trauma gesekan akibat gigi palsu yang tidak sesuai, dan stomatitis akibat gigi palsu termasuk kandidiasis oral (Fitzpatrick, 2000 dalam Dingwall 2013).

d. Kebersihan dan Kesehatan Rambut

Rambut adalah mahkota tubuh, sehingga penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Sepanjang hidup, perubahan dalam perkembangan, distribusi, dan kondisi rambut dapat mempengaruhi perawatan yang dibutuhkan seseorang. Rambut yang berkilau dengan tekstur yang halus secara umum dianggap sehat dan mempesona. Tekstur dan kilau rambut berhubungan dengan sifat permukaan rambut, sedangkan integritas dan kesehatan ujung rambut berhubungan dengan

korteks rambut. Rambut bervariasi dalam jenis dan warna. Kosmetik digunakan secara umum untuk mengubah sifat rambut, misalnya pewarnaan artifisial atau perubahan struktur normal misalnya, pelurusan seperti yang ditentukan oleh budaya dan mode (Sinclair, 2007 dalam Dingwall 2013).

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun ke atas) penuaan menyebabkan penurunan produksi melanin oleh folikel rambut sehingga rambut mulai beruban (meskipun kondisi ini tidak selalu terjadi pada lansia). Seperti halnya perubahan kulit, rambut menjadi lebih kering dan lebih rapuh saat penuaan. Tekstur rambut juga berubah dan rambut yang lebih beruban cenderung menjadi kasar (Sinclair, 2007 dalam Dingwall 2013).

e. Perawatan Telinga

Perawatan telinga mempunyai aplikasi terhadap ketajaman pendengaran, bila substansi benda asing berkumpul pada anal/liang telinga luar maka akan menggangu konduksi suara. Khususnya pada lansia akan rentan terhadap masalah ini. Perawat harus sensitiv terhadap isyarat perilaku apapun yang mengindikasikan kerusakan pendengaran. Ketika merawat klien yang menggunakan alat bantu pendengaran, perawat menginstruksikan klien pada pembersihan dan pemeliharaan yang tepat seperti halnya teknik komunikasi yang meningkatkan

pendengaran kata yang diucapkan (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Lanjut usia (65 tahun ke atas) proses penuaan yang normal dapat menyebabkan perubahan pada telinga yang mempengaruhi ketajaman pendengaran. Presbikusis merupakan bentuk hilang pendengaran sensorineural yang paling sering terjadi terkait dengan penuaan. Sel mirip rambut dalam koklea

menjadi rusak setelah bertahun-tahun dan tidak mampu bergetar secara efektif, yang berarti bahwa suara yang rendah tidak terdengar. Kondisi ini biasanya terjadi secara bertahap, mempengaruhi kedua telinga dan ditandai dengan hilang pendengaran berfrekuensi tinggi (bagai et al., 2006 dalam Dingwall 2013).

f. Metode Mandi

Kesempatan untuk mandi dapat memenuhi kebutuhan biopsikososial individu. Mandi terapeutik mengurangi efek infeksi dan gangguan kulit (Ronda & Falce, 2002 dalam Dingwall 2013). Pasien akan merasa lebih baik karena bau badan hilang dan penampilan membaik sehingga kebutuhan budaya terpenuhi. Selain itu, mandi dapat memberi perasaan nyaman dan relaksasi atau simulasi (Sheppard & Brenner, 2000 dalam Dingwall 2013). Profesional layanan kesehatan dihadapkan pada tantangan untuk memenuhi kebutuhan higiene individu yang memiliki keinginan dan kebutuhan individual. Pembersihan kulit yang berlebihan mengganggu keseimbangan alam flora kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan (Beranda et al., 2002 dalam Dingwall 2013). Bahkan kesediaan kulit yang dirancang untuk kulit sensitif dapat menimbulkan iritasi sehingga pasien harus melakukan perawatan yang dapat mencegah kerusakan kulit misalnya, penggunaan krim pelembut dan pelindung kulit.

Terkait dengan lanjut usia (65 tahun ke atas). Lansia seharusnya tidak perlu mandi setiap hari untuk menjaga pH kulit mereka dan mencegah kekeringan serta kemunduran yang mungkin terjadi. Lansia yang kebetulan memiliki masalah inkontinensia akan memerlukan tindakan higiene untuk mencegah ekskoriasi kulit akibat urine. Saat membantu pasien memilih alat bantuk kontinensia, hal yang

harus diingat adalah suatu alat bantu hanya boleh dipilih jika dapat mengalirkan atau menyerap urine dan bukan alat bantu yang membiarkan urine membasahi kulit (Hampton, 2004 dalam Dingwall 2013).

Dokumen terkait