• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Antioksidan pemutus rantai ( Chain Breaking)

2.7 Masker Wajah Gel Peel off

Masker adalah sediaan kosmetik untuk perawatan kulit wajah. Jenis kosmetika ini berfungsi menjaga kesehatan kulit diantaranya membersihkan, menjaga kelembaban, perlindungan dari bahaya UV, antioksidan, memutihkan, mencegah penuaan kulit, mencegah kerutan, mencegah pengenduran dan jerawat pada kulit. Masker dioleskan pada kulit wajah dalam bentuk lapisan yang relatif tebal dan dihapuskan beberapa waktu kemudian, biasanya 15-30 menit (Shai et al., 2009).

Masker wajah berdasarkan cara membersihkan dari permukaan kulit dapat dibedakan menjadi :

a. Masker yang dilepaskan dengan dibilas.

b. Masker yang dilepaskan dengan dikelupas (Masker Peel Off).

Masker yang terkelupas terbuat dari polimer, seperti polivinil alkohol dan bahan seperti lateks dan senyawa karet alam. Saat mengering masker pada kulit wajah akan membentuk lapisan yang fleksibel yang membentuk lembaran transparan pada kulit. Dalam hal ini masker tidak dibersihkan dengan cara dibilas tetapi dikelupas. Fungsi utama dari masker wajah ini adalah untuk mencegah penguapan air dari

40

permukaan kulit. Sehingga sebagai hasilnya akan diperoleh kulit dengan kelembaban yang meningkat. Masker ini baik digunakan untuk wanita dengan kulit wajah yang relatif kering (Shai et al., 2009). Tipe masker wajah yang dilepaskan dengan dikelupas (Masker Peel Off) berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi tiga yakni gel, pasta dan powder (serbuk). Masker wajah peel off dengan bentuk gel merupakan masker wajah yang transparan atau semi transparan yang menyebar dengan baik serta membentuk lapisan pada kulit yang mudah diangkat setelah dikeringkan. Setelah lapisan film tersebut dikelupas maka kulit akan terasa lembab, lembut dan terasa bersih (Shai et al., 2009).

Masker wajah gel peel off memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan bentuk sediaan masker lain seperti pasta dan serbuk diantaranya dapat menimbulkan efek dingin akibat lambatnya penguapan air pada kulit, tidak menghambat fungsi fisiologis kulit khususnya respiratio sensibilis karena tidak membentuk lapisan lilin yang melapisi permukaan kulit secara kedap serta tidak menyumbat pori-pori kulit, memungkinkan pemakaian pada bagian tubuh yang berambut, daya sebar dan daya lekat baik, serta mampu melepaskan zat aktif dengan baik (Shai et al., 2009).

Dalam formulasi masker wajah peel off tipe gel, komposisi bahan-bahan yang digunakan diantaranya adalah gelling agent, agen peningkat viskositas, dan humektan yang akan mempengaruhi sifat fisika dan kimia dari basis masker wajah gel peel off.

41

Polimer pembentuk lapisan film yang umumnya dipergunakan adalah polivinil alkohol (PVA) dan polivinil pirolidon (PVP). Lapisan film terbentuk melalui proses hidrasi komponen pelarut dan rantai polimer yang kemudian akan bergabung membentuk sebuah lapisan film ketika mengering (Siepmann et al., 2007).

b. Agen peningkat viskositas

Agen peningkat viskositas yang dapat digunakan adalah HPMC, karbomer, gom guar, dan CMC Na (Vieira, 2009; Septiani et al., 2011; Selviani, 2012).

c. Humektan

Humektan berfungsi menjaga kestabilan dengan cara mengabsorbsi lembap dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan, secara tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering. Jenis humektan yang banyak digunakan adalah gliserin, propilen glikol dan sorbitol (Yuliani, 2010).

2.7.1 Polivinil Alkohol (PVA) 2.7.1.1 Deskripsi

Polivinil alkohol merupakan serbuk berwarna putih agak krem dan tidak berbau (Rowe et al., 2009).

2.7.1.2Penggunaan

42

topikal dan dalam formulasi masker wajah gel peel off sebagai pembentuk lapisan film dengan konsentrasi 10-16% (Lestari et al., 2013). Polivinil alkohol (PVA) merupakan polimer yang bersifat biokompatibel, menghasilkan kekuatan tarik film yang baik, dan fleksibel (Ogur, 2005). Polivinil alkohol dikembangkan dalam akuades panas suhu antara 80-90oC dengan pengadukan yang konstan hingga mengembang sempurna (Vieira, 2009).

2.7.1.3 Titik lebur dan pH

Polivinil alkohol memiliki titik lebur 180-190oC serta pH 4,5-6,5 (Rowe et al., 2009).

2.7.1.4 Kelarutan

Polivinil alkohol larut dalam air, sedikit larut dalam etanol 96%, dan tidak larut dalam pelarut organik (Rowe et al., 2009).

2.7.1.5Stabilitas

Polivinil alkohol stabil terhadap cahaya, namun akan mengalami degradasi pada suhu mulai dari 100oC (Rowe et al., 2009).

2.7.1.6 Penyimpanan

Polivinil alkohol disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan kering (Rowe et al., 2009).

2.7.1.7 Inkompatibilitas

Polivinil alkohol inkompatibel terhadap garam-garam organik terutama sulfat dan fosfat (Rowe et al., 2009).

43

2.7.2 Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) 2.7.2.1 Deskripsi

HPMC merupakan turunan dari metilselulosa yang memiliki ciri-ciri serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa (Rowe et al., 2009).

2.7.2.2Penggunaan

HPMC digunakan sebagai agen pengental dalam sediaan gel dengan konsentrasi 2-4%. HPMC yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel memiliki viskositas yang besar, stabil, jernih, dan pH netral (Niyogi et al., 2012). HPMC dikembangkan dalam akuades panas suhu antara 80-90oC dengan pengadukan yang konstan hingga mengembang sempurna (Rowe et al., 2009).

2.7.2.3 Titik Lebur dan pH

HPMC memiliki titik lebur 190-200oC dan pH 5,5–8,0 pada konsentrasi 2% b/v dalam larutan air (Rowe et al., 2009).

2.7.2.4 Kelarutan

HPMC sangat sukar larut dalam eter, etanol, atau aseton. HPMC dapat mudah larut dalam air panas dan akan segera menggumpal dan membentuk koloid (Rowe et al., 2009).

2.7.2.5Penyimpanan

HPMC bersifat higroskopis maka perlu disimpan dalam tempat kering dan jauh dari panas (Rowe et al., 2009).

2.7.2.6Stabilitas

44

setelah pengeringan. Larutan akan stabil pada pH 3-11 (Rowe et al., 2009).

2.7.2.7Inkompatibilitas

HPMC tidak kompatibel dengan beberapa agen pengoksidasi. HPMC tidak membentuk kompleks dengan garam logam atau ion anorganik untuk membentuk endapan (Rowe et al., 2009).

2.7.3 Gliserin 2.7.3.1 Deskripsi

Gliserin merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis, dan rasa manis (Rowe et al., 2009).

2.7.3.2Penggunaan

Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan terutama sebagai humektan pada konsentrasi ≤γ0% (Rowe et al., 2009). Jika dibandingkan dengan propilen glikol maupun sorbitol, gliserin lebih nyaman dalam penggunaan (Yuliani, 2010). Selain itu gliserin mampu menurunkan kehilangan air transepidermal dengan baik setelah diaplikasikan pada kulit. Gliserin digunakan dalam formulasi masker wajah gel peel off sebagai humektan dengan konsentrasi 2-15% (Barel et al., 2009).

2.7.3.3Titik lebur dan massa jenis

Gliserin memiliki titik lebur 17,8oC dan massa jenis 1,2620 g/cm3 pada suhu 20oC (Rowe et al., 2009).

2.7.3.4Kelarutan

45

praktis tidak larut dalam benzen, kloroform, dan minyak; kelarutan dalam eter 1:500; kelarutan dalam etil asetat 1:11 (Rowe et al., 2009).

2.7.3.5Stabilitas

Gliserin bersifat higroskopis, tidak mudah dioksidasi oleh atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa, tapi akan terdekomposisi oleh panas dan akan berubah menjadi zat yang toksik. Campuran gliserin dengan air, etanol 96%, dan propilen glikol stabil secara kimia. Gliserin membentuk kristal jika disimpan pada temperatur rendah, kristal tidak meleleh sampai penghangatan hingga 20oC (Rowe et al., 2009).

2.7.3.6 Penyimpanan

Gliserin dapat disimpan pada wadah kedap udara, di tempat sejuk dan kering (Rowe et al., 2009).

2.7.3.7Inkompatibilitas

Gliserin dapat meledak apabila dicampur dengan agen pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida, atau potasium permanganat. Adanya besi pada gliserin bertanggung jawab menjadikan warna campuran yang mengandung fenol, salisilat, dan tanin menjadi lebih gelap (Rowe et al., 2009).

2.7.4 Metil Paraben 2.7.4.1Deskripsi

Metil paraben merupakan hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah (Rowe et al., 2009).

46

Metil paraben dengan persentase 0,02-0,3% digunakan sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Metil paraben bersama dengan propil paraben digunakan pada berbagai formulasi sediaan farmasetika (Rowe et al., 2009).

2.7.4.3 Titik lebur dan pKa

Metil paraben memiliki titik lebur 125-128°C dan memiliki pKa 8,4 pada suhu 22°C (Rowe et al., 2009).

2.7.4.4 Kelarutan

Metil paraben larut dalam 2 bagian etanol 96%, larut dalam 3 bagian etanol 95%, larut dalam 6 bagian etanol 50%, larut dalam 10 bagian eter, larut dalam 60 bagian gliserin, praktis tidak larut dalam minyak mineral, larut dalam 200 bagian minyak kacang, larut dalam 5 bagian propilen glikol dan larut dalam 30 bagian air suhu 80°C (Rowe et al., 2009).

2.7.4.5 Stabilitas

Larutan cair metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120°C selama 20 menit, tanpa terdekomposisi. Larutan pH 3-6 stabil (kurang dari 10% terdekomposisi) sekitar 4 tahun pada temperatur ruangan. Sementara larutan pH 8 atau lebih akan terhidrolisis dengan cepat (10% atau lebih sekitar 60 hari pada temperatur ruangan) (Rowe et al., 2009).

2.7.4.6 Penyimpanan

Metil paraben disimpan dalam wadah tertutup baik.

47

Aktivitas antibakteri metil paraben dan paraben lainnya akan menurun jika terdapat surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, yang dapat menghasilkan misel. Inkompatibilitas dilaporkan terjadi dengan substansi lain seperti bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium alginat, minyak essensial, sorbitol, dan atropin. Metil paraben juga bereaksi dengan beberapa gula dan gula alkohol. Polietilen dengan berat jenis rendah dan tinggi tidak menyerap metil paraben. Metil paraben kehilangan warnanya dengan keberadaan tembaga dan terhidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat (Rowe et al., 2009).

2.7.5 Propil Paraben 2.7.5.1 Deskripsi

Propil paraben merupakan serbuk berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa (Rowe et al., 2009).

2.7.5.2 Penggunaan

Propil paraben dengan persentase 0,01–0,6% digunakan sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Propil paraben bersama dengan metil paraben digunakan pada berbagai formulasi sediaan farmasetika (Rowe et al., 2009).

2.7.5.3 Titik lebur dan pKa

Propil paraben memiliki titik lebur 96-98°C dan memiliki pKa 8,4 pada suhu 22oC.

2.7.5.4 Kelarutan

Propil paraben sangat mudah larut dalam aseton serta eter, larut dalam 1,1 bagian etanol 96%, larut dalam 5,6 bagian etanol 50%, larut dalam 3,9 bagian

48

propilen glikol, sukar larut dalam air mendidih (Rowe et al., 2009).

2.7.5.5 Stabilitas

Larutan propil paraben berair pada pH 3-6 dapat disterilisasi dengan autoklaf tanpa terjadi dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan berair stabil (terdekomposisi kurang dari 10%) untuk penyimpanan pada suhu kamar selama 4 tahun, sementara pada pH di atas 8 dapat cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah penyimpanan selama 60 hari pada suhu kamar) (Rowe et al., 2009).

2.7.5.6 Penyimpanan

Propil paraben disimpan dalam wadah tertutup baik.

2.7.5.7Inkompatibilitas

Aktivitas antibakteri propil paraben akan menurun jika terdapat surfaktan nonionik yang dapat menghasilkan misel. Inkompatibilitas dilaporkan terjadi dengan substansi lain seperti magnesium aluminium silikat, magnesium trisilikat, tembaga oksida dan ultramarin biru hingga mampu mengurangi daya pengawet propil paraben (Rowe et al., 2009).

2.7.6 Akuades 2.7.6.1Deskripsi

Akuades merupakan cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau (Depkes RI, 2010).

2.7.6 .2Pengunaan

Akuades digunakan sebagai pelarut (Depkes RI, 2010).

49

Akuades memiliki massa jenis 1 g/cm3 (Depkes RI, 2010).

2.7.6.4 Kelarutan

Akuades larut dalam etanol dan gliserol (Depkes RI, 2010).

2.7.6.5 Penyimpanan

Akuades disimpan dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 2010).

Dokumen terkait