• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca Puisi pada Periode

Dalam dokumen sma12bhsind BahasaDanSastra Demas (Halaman 105-109)

BAB IV PENDIDIKAN

C. Membaca Puisi pada Periode

Seperti yang seringkali dipaparkan bahwa puisi merupakan hasil perenungan penyair terhadap sebuah objek yang dibumbui dengan kreativitas dan imajinasinya. Puisi adalah ungkapan perasaannya, entah sedih, duka, gembira, dan sebagainya.

Membaca puisi sama halnya dengan membaca pikiran penyair yang sekaligus memahami apa yang saat itu mengitarinya. Lingkungan di mana penyair tinggal sangat berperan aktif terhadap lahirnya sebuah puisi. Dengan membaca puisi secara langsung, Anda dapat memahami kebudayaan masyarakat saat puisi itu dilahirkan. Berikut ini disajikan puisi pada periode tertentu yang mewakili masyarakat saat itu. Bacalah dengan seksama!

Sajak Seonggok Jagung (W.S.Rendra)

Seonggok jagung di kamar/ tak akan menolong seorang pemuda/ yang pandangan hidupnya berasal dari buku,/dan tidak dari kehidupan./ yang tidak terlatih dalam metode,/dan hanya penuh hafalan kesimpulan./ yang hanya terlatih sebagai pemakai,/ tetapi kurang latihan bebas berkarya./ pendidikan telah memisahkan dari kehidupan.

……… Aku bertanya:/ Apakah gunanya pendidikan/ bila hanya membuat seseorang menjadi asing/ di tengah kenyataan persoalannya?/ Apakah gunanya pendidikan/ bila hanya mendorong seseorang/ menjadi layang-layang di ibukota/ / kikuk pulang ke daerahnya?/ Apakah gunanya seseorang/ belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,/ atau apa saja,/ bila pada akhirnya,/ ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata”/ ”Di sini aku merasa asing dan sepi!”

(Teori dan Apresiasi Puisi,1987:169-170)

Setelah Anda membaca dan mencoba memahami isi dan makna pada puisi “Sajak Seonggok Jagung”, jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Siapakah pemuda itu menurut Rendra?

2. Bagaimana latar belakang kehidupan pemuda itu? 3. Mengapa dikatakan hanya terlatih dalam metode? 4. Apa maksudnya pemuda itu hanya sebagai pemakai? 5. Apa tujuan pemuda itu ke kota?

8. Sebutkan tema penulisan puisi tersebut! 9. Bagaimanakah pesan Rendra lewat puisi itu? 10. Bila melihat masanya, kapan puisi ini lahir?

1. Menemukan Standar Budaya dalam Puisi Tiap Periode

Seperti yang telah dipaparkan di atas, puisi merupakan ungkapan perasaan penyair melalui rangkaian kata-kata yang sarat makna. Kata-kata dalam puisi tersebut tidaklah tunduk pada aturan logis sebuah kalimat, tetapi tunduk pada ritme larik puisi. Dalam larik-larik puisi yang lebih pendek, kesatuan kata atau kata-kata yang mandiri akan membentuk makna puisi.

Makna tiap kata akan membantu Anda dalam menginterpretasi secara keseluruhan isi puisi hingga dapat menemukan budaya masyarakat yang tergambar dalam puisi tersebut.

Puisi “Sajak Seonggok Jagung” karya Rendra yang terlahir pada periode tahun 60’an, puisi di atas menggambarkan kehidupan masyarakat intelek (mahasiswa) yang telah menyandang predikat sarjana. Dengan hanya berbekal ilmu secara teoretis, mereka harus terjun ke dunia yang penuh dengan perebutan lapangan kerja. Mereka harus bersaing dengan sesamanya atau yang memang memiliki kemampuan memadai. Itulah gambaran masyarakat sekarang yang lebih banyak mencetak sarjana dibandingkan dengan lapangan kerja.

Coba Anda perhatikan lagi sajak berikut ini! Perempuan-Perempuan Perkasa

(Hartoyo Andangjaya, 1973)

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, Dari manakah mereka

Ke satasiun kereta mereka datang dri bukit-bukit desa Sebelum peluit kereta pagi terjaga

Sebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, Ke manakah mereka?

Di atas roda-roda baja mereka berkendara

Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota Merebut hidup di pasar-pasar kota.

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka,

Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa.

Tugas Mandiri

Bandingkanlah gambaran kehidupan kedua puisi di atas. “Perempuan-Perempuan Perkasa” adalah gambaran kehidupan masyarakat desa di suatu daerah yang bekerja menjajakan dagangannya di atas kereta dari semenjak subuh hingga surya terbenam.

2. Menjelaskan Makna Puisi serta Budayanya

Seperti yang telah diungkapkan bahwa makna sebuah karya seni, terutama puisi tidak bisa dilepas dari faktor penikmatnya. Penafsiran yang diperoleh dari tiap penikmat (pembaca) berbeda-beda, tergantung pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Selain itu, penggunaan bahasa dalam puisi yang sarat dengan simbol-simbol sangat membutuhkan keahlian tersendiri untuk menguraikan simbol-simbol-simbol-simbol tersebut ke dalam sebuah makna.

Berikut ini disajikan langkah-langkah pemahaman terhadap sebuah puisi. Coba Anda perhatikan dengan seksama!

a. Uraikanlah puisi kata demi kata, bait demi bait, baris demi baris dalam bentuk parafase.

b. Setelah itu, carilah kata-kata (berbentuk simbol), artikanlah simbol tersebut untuk mendapatkan maknanya.

Dari uraian keseluruhan tersebut, Anda dapat memahami maknanya secara utuh.

Puisi yang baik adalah puisi yang sarat dengan makna dan nilai-nilai, baik itu nilai pendidikan, sosial, agama, budaya dan lain sebagainya.

Nilai budaya yang dimaksud dalam uraian berikut ini adalah budaya Indonesia, seperti cara memperlakukan anak, cara makan dan minum, cara menghormati orang lain, dan lain sebagainya.

Anda dapat menemukan nilai budaya dalam sebuah puisi setelah memahami makna keseluruhan puisi tersebut.

1. Untuk menguji kemampuan anda, jelaskanlah makna puisi “Astana Rela”!

Astana Rela

Tiada bersua dalam dunia Tiada mengapa hatiku sayang Tiada dunia tempat selama Layangkan angan meninggi awan

Jangan percaya hembusan cedera Berkata tiada hanya dunia

Tilikkan tajam mata kepala Sungkumkan sujud hati sanubari Mula segala tiada ada

Pertengahan masa kita bersua Ketika tiga bercerai ramai

Di waktu tertentu berpandang terang Kalau kekasihmu hasratkan dikau Restu sempana memangku daku Tiba masa kita berdua

Berkaca bahagia di air mengalir Bersama kita mematah buah Sempana kerja di muka dunia Bunga cerca melayu lipu

Hanya bahagia tersenyum harum Di situ baru kita berdua

Sama merasa, sama membaca Tulisan cuaca rangkaian mutiara Di mahkota gapura astana rela

(Nyanyi Sunyi, 1959)

2. Selanjutnya, jelaskanlah kebudayaan yang digambarkan Amir Hamzah melalui puisi tersebut pada masa itu!

3. Carilah puisi yang lain yang menggambarkan masyarakat dan budaya Jawa atau daerah lain! Interpretasikan maknanya dan serahkan hasil kerja Anda kepada guru untuk mendapatkan penilaian!

Dalam dokumen sma12bhsind BahasaDanSastra Demas (Halaman 105-109)