• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI KOMPOS TKS

3.4 Metode Analisis

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kedua pendekatan tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan analisis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah review kebijakan, analisis sistem penilaian kinerja perusahaan, analisis kebutuhan stakeholder, analisis prospektif, dan

focus group discussion. Review kebijakan, analisis kebutuhan, dan focus group discussion menggunakan pendekatan kualitatif secara partisipatif dengan melibatkan pakar dan stakeholder yang terkait. Analisis sistem penilaian kinerja perusahaan dan analisis prospektif menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memanfaatkan data hasil survai, data sekunder, dan pendapat pakar.

1. Review kebijakan

Review kebijakan dilakukan terhadap dokumen kebijakan yang terkait dengan pengelolaan limbah PKS menuju nir limbah. Aspek kebijakan yang dianalisis adalah substansi kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan kinerja kebijakan terhadap kualitas lingkungan.

Kebijakan yang direview adalah peraturan pemerintah (PP) dan keputusan menteri lingkungan hidup (Kepmen LH). PP dan Kepmen yang dianalisis adalah PP 27/1999, Kepmen LH 17/2001, PP 82/2001, PP 41/1999,

KepmenLH 51/1995, KepmenLH 50/1996, KepmenLH 111/2003 dan 142/2003, KepmenLH 28/2003, dan KepmenLH 29/2003. Penilaian mengenai kinerja kebijakan dilakukan melalui wawancara mendalam dengan peneliti dan pengambil kebijakan. Responden penelitian untuk review kebijakan adalah peneliti USU, peneliti PPKS, Bapedalda Sumatera Utara, Kementerian Lingkungan Hidup, Dinas Perkebunan, dan Direksi PTPN IV Sumatera Utara. Hasil review kebijakan merupakan masukan dalam penyusunan skenario keberlanjutan pengelolaan limbah PKS.

2. Analisis sistem penilaian kinerja

Pendekatan sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas-disiplin dan komplementer (Eriyatno, 2002) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahapan yang dilakukan dalam pendekatan sistem adalah analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan, verifikasi dan validasi, dan implementasi.

Model penilaian kinerja SPT-PKS disusun dalam lingkungan sistem operasi Windows menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. SPT-PKS dirancang dengan tampilan grafis (window) yang bersifat interaktif (user

friendly). Manajemen basis data SPT-PKS dibangun menggunakan sistem

menejemen basis data Access 2000. Sistem ini dapat dijalankan pada PC

(personal computer) dengan kecepatan minimum 233 MHz dan memori 32 MB.

Paket model penilaian kinerja SPT-PKS membutuhkan ruang kosong hardisk sebesar 13 MB.

Dalam pengembangan suatu perangkat lunak antar muka pengguna (user interface) merupakan bagian yang berinteraksi secara langsung antara model dengan pengguna. User interface mempengaruhi pemahaman dan penggunaan pada suatu perangkat lunak. Semakin baik tampilan user interface suatu perangkat lunak maka program tersebut semakin mudah untuk dipergunakan bahkan oleh user yang awalnya tidak mengerti model dalam perangkat lunak tersebut.

Model penilaian kinerja model SPT-PKS diharapkan mampu membantu peneliti maupun evaluator dalam menganalisa kinerja penanganan limbah pada PKS. Keluaran yang dihasilkan dari model penilaian cepat penanganan limbah

PKS adalah berupa nilai penyimpangan atau gap kinerja penanganan limbah PKS terhadap standar ideal yang telah ditetapkan.

Model SPT-PKS mencakup empat jenis teknologi penanganan limbah, yaitu teknologi sistem kolam, teknologi aplikasi lahan, teknologi mulsa, dan teknologi pengomposan. Secara umum pada PKS yang ada, terdapat 3 kelompok alternatif penanganan limbah PKS. Alternatif pertama, limbah cair ditangani dengan menggunakan teknologi sistem kolam yang kemudian dibuang ke lingkungan dan tandan kosong sawit dimanfaatkan sebagai pupuk mulsa dengan teknologi mulsa. Alternatif kedua, limbah cair PKS ditangani dengan menggunakan teknologi aplikasi lahan yang menghasilkan pupuk cair organik dan tandan kosong sawit menjadi pupuk mulsa dengan teknologi mulsa. Alternatif ketiga, limbah cair dan tandan kosong kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan baku teknologi pengomposan yang akan menghasilkan pupuk kompos.

Selain faktor internal yang terdiri dari input, proses dan produk sebagai pusat kajian penelitian ini, faktor eksternal yang terdiri dari faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor lingkungan merupakan tonggak model yang mempengaruhi kinerja internal pada teknologi penanganan limbah kelapa sawit. Faktor ekonomi yang menjadi tolak ukur kinerja model adalah nilai investasi teknologi penanganan limbah, biaya penanganan limbah dan nilai tambah produk limbah yang diinterpretasikan dalam peningkatan keuntungan PKS. Faktor sosial melihat dampak yang diperoleh dari produk limbah yang dihasilkan terhadap kehidupan sosial sekitar PKS. Parameter yang dilihat pada fator sosial antara lain, kemungkinan pencemaran, produksi bau limbah, nilai tambah produk limbah dan tersedianya standar mutu terhadap karakteristik limbah yang dibuang ke lingkungan.

Verifikasi bertujuan untuk mengetahui apakah model penilaian kinerja PKS penanganan limbah PKS yang telah disusun sesuai dengan tujuan semula, yaitu dapat melakukan penilaian kinerja PKS secara relatif cepat dan akurat. Dari verifikasii model diperoleh informasi tentang pencapaian kinerja pengelolaan limbah PKS atau penyimpangan penanganan limbah PKS terhadap standar ideal. Perbandingan data kinerja PKS dengan indikator pada model akan menunjukkan nilai variasi yang signifikan dapat disusun rekomendasi untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan PKS. Validitas model SPT-PKS dilaksanakan untuk menilai kinerja PKS PTPN IV Sumatra Utara.

3. Analisis kebutuhan stakeholder

Stakeholder yang terlibat dalam sistem pengelolaan limbah PKS

berkelanjutan pada dimensi adalah pemerintah yang mewakili kepentingan publik, pabrik kelapa sawit yang mewakili kepentingan industri, karyawan PKS dan masyarakat setempat yang mewakili kepentingan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat serta akademisi yang mewakili kalangan intelektual.

Analisis kebutuhan stakeholder dalam sistem pengelolaan terpadu PKS berkelanjutan dilakukan dengan teknik wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara. Aspek yang dianalisis adalah kebutuhan stakeholder di masa mendatang dalam kaitan dengan sistem produksi bersih dan keberlanjutan usaha kelapa sawit pada PTPN IV. Hasil analisis kebutuhan stakeholder menjadi faktor input dalam penyusunan skenario kebijakan pengelolaan limbah PKS di masa mendatang.

4. Analisis prospektif

Analisis prospektif digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan di masa yang akan datang. Analisis prospektif mampu mengeksplorasi kemungkinan di masa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan, sehingga dapat dipersiapkan tindakan strategis masa depan dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berperan penting dalam mencapai keberlanjutan pengelolaan limbah PKS. Tahapan dalam melakukan analisis prospektif adalah sebagai berikut :

a. Menjelaskan tujuan studi

b. Melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor kunci berdasarkan hasil yang didapat dari model dinamik. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor kunci tabel di atas harus diisi terlebih dahulu. Pedoman pengisian matriks analisis pengaruh disajikan pada Gambar 9:

c. Analisis matriks pengaruh dan ketergantungan. Hasil matriks dengan program prospektif disajikan pada Gambar 10.

Variabel Penentu INPUT Variabel Penghubung STAKES Variabel Bebas UNUSED Variabel Terikat OUTPUT Ketergantungan Pengaruh

Gambar 10. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem pengelolaan limbah PKS (Godet, 1999)

d. Menentukan keadaan (state) suatu faktor. Ketentuan-ketentuan yang harus diikuti pada tahap ini adalah: 1) keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi (bukan khayalan) dalam suatu waktu di masa datang, 2) keadaan bukan merupakan suatu tingkatan atau ukuran suatu faktor (seperti besar/sedang/kecil atau baik/buruk) tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor, 3) Setiap keadaan harus diidentifikasikan dengan jelas, 4) bila keadaan dalam suatu faktor lebih dari satu maka keadaan-keadaan tersebut harus dibuat secara kontras, dan 5) selanjutnya mengidentifikasi keadaan yang peluangnya sangat kecil untuk terjadi atau berjalan bersamaan (mutual incompatible).

e. Membangun skenario yang mungkin terjadi. Langkah-langkah dalam membangun skenario terhadap tahapan faktor-faktor yang mungkin terjadi adalah: 1) skenario yang memiliki peluang besar untuk terjadi di masa datang disusun terlebih dahulu, 2) skenario merupakan kombinasi dari faktor-faktor. Oleh sebab itu, sebuah skenario harus memuat seluruh faktor, tetapi untuk setiap faktor hanya memuat satu tahapan dan tidak memasukkan pasangan keadaan yang mutual incompatible (saling bertolak belakang), 3) setiap skenario (mulai dari alternatif paling optimis sampai alternatif paling pesimis)

diberi nama, dan 4) langkah selanjutnya adalah memilih skenario yang paling mungkin terjadi.

f. Implikasi Skenario. Merupakan kegiatan terakhir dalam analisis prospektif yang meliputi: 1) skenario yang terpilih pada tahap sebelumnya dibahas kontribusinya terhadap tujuan studi, 2) skenario tersebut didiskusikan implikasinya, dan 3) tahap selanjutnya menyusun rekomendasi kebijakan dari implikasi yang sudah disusun.

5. Focus group discussion

Pembahasan tentang strategi implementasi skenario pengelolaan limbah PKS dilakukan dengan melibatkan semua stakeholder utama secara partisipatif. Metode pembahasan yang digunakan adalah Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan di Kota Medan, sedangkan untuk stakeholder dan pakar pengelolaan limbah di Jakarta digunakan metode wawancara. Selain itu, untuk memperkaya analisis dan pembahasan juga dilakukan dengan metode wawancara dan kuesioner.

Wakil stakeholder ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Dasar pertimbangan dalam menentukan atau memilih pakar untuk dijadikan responden adalah: (1) mempunyai pengalaman yang memadai sesuai dengan bidangnya, (2) mempunyai reputasi, jabatan dan telah menunjukkan kredibilitas sebagai stakeholder yang konsisten atau pakar pada bidang yang akan diteliti, dan (3) kesediaan untuk menjadi responden.

Berdasarkan kriteria tersebut, dipilih responden dalam penelitian ini yaitu: peneliti dari Universitas Sumatera Utara, Bapedalda Provinsi Sumatera Utara, Bappeda Provinsi Sumatera Utara, anggota DPRD bidang pembangunan, asosiasi pengusaha perkebunan Provinsi Sumut, direktur bidang produksi PTPN IV, kepala bagian bidang pengolahan PTPN IV, seksi pengolahan limbah PKS Dolok Sinumbah, bagian pengolahan limbah PKS Dolok Ilir, dan tokoh masyarakat.