• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Hutan dan rumah kaca Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA) Gunung Batu Bogor. Percobaan dilaksanakan selama sepuluh bulan, mulai bulan November 2007 sampai bulan Agustus 2008

3.2 Bahan dan Alat

Bahan pengomposan yang digunakan antara lain : kompos serbuk gergaji dari berbagai jenis tanaman yang dicampurkan dengan tanah gambut (peat) basah dari bawah tegakan hutan alam pontianak.

Bahan pembenah tanah : Arang kayu campuran berbentuk bubuk didapatkan dari laboraturium kimia Pemanenan BP3H Gunung Batu; bubuk batubara merupakan bubuk/debu sisa batubara yang telah tidak terpakai didapatkan dari Kabupaten Tanjung-Tabalong Kalimantan Selatan

Tanaman uji yang digunakan terdiri dari tiga jenis yaitu : A. crassna (Gaharu) diunduh dari kebun koleksi BP3H di Darmaga, benih Calophyllum sp. dan Palaquium sp. diunduh dari jenis yang tumbuh pada lahan gambut Kalimantan Tengah.

Inokulum FMA yang digunakan terdiri dari dua jenis : Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita yang telah diisolasi dan dikembangkan oleh Laboraturium Mikrobiologi BP3H Gunung Batu.

Alat yang digunakan sesuai dengan tahapan penelitian yang dilakukan yaitu:

Peralatan pengomposan dan penanaman, meliputi : plastik hitam, karung, sekop, cangkul, gembor, thermometer, polybag dan sarang, bak kecambah, kaliper, penggaris besi.

Peralatan uji bakteri dan mikoriza, meliputi : saringan spora, pinset, sentrifuge, tabung reaksi, neraca analitik, pH meter, oven, mikroskop binokuler

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini disusun menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan penempatan unit contoh berdasarkan jenis tanaman uji. Faktor perlakuan terdiri atas penambahan pembenah tanah dengan empat taraf perlakuan dan inokulasi FMA sebanyak tiga taraf perlakuan dengan lima belas ulangan. Susunan perlakuan adalah sebagai berikut :

1. Faktor penambahan pembenah tanah

o Sg = kompos serbuk gergaji 100 %

o SgA = kompos serbuk gergaji 90% + arang 10%

o SgB = Kompos serbuk gergaji 90% + batubara 10%

o SgBA = kompos serbuk gergaji 80% + batubara 10% +arang 10% 2. Faktor inokulasi CMA

o M0 = tanpa mikoriza

o M1 = Glomus etunicatum

o M2 = Gigaspora margarita

Model statistik yang digunakan adalah :

Yijk = µ + Si + Mj + (SM)ij + εijk Keterangan : i : 1,2,3,4 j : 1,2,3

Yijk = nilai pengamatan faktor S (pembenah tanah) ke-i, faktor M (mikoriza) ke-j, ulangan ke-k

Si = pengaruh penambahan pembenah tanah ke-i Mj = pengaruh jenis mikoriza ke-j

(SM)ij = komponen interaksi Faktor S ke-i dengan faktor M ke-j εijkl = pengaruh acak

untuk menentukan perbedaan dilakukan analisa lanjutan dengan DMRT pada taraf 95%, data dianalisis menggunakan sofware aplikasi MINITAB ver. 14.

3.4 Tahapan Kegiatan Pembuatan Kompos Serbuk Gergaji

a. Penyiapan serbuk gergaji dicampur gambut dengan perbandingan 99% serbuk gergaji dan 1% gambut (peat) dicampur hingga merata. Campuran Serbuk gergaji ini ditambahkan larutan NH4OH 2% (digunakan urea yang mempunyai bahan aktif 45% NH4OH) dan ditambahkan air hingga kelembaban mencapai 80%. Disimpan dalam kondisi anaerob selama 1 minggu (ditutup dengan plastik hitam).

b. Perlakuan pengayaan pembenah tanah ditambahkan sejak masa pencampuran pembuatan kompos, yaitu :

a) Serbuk gergaji 100%

b) Serbuk gergaji 90% + arang 10% c) Serbuk gergaji 90% + batubara 10%

d) Serbuk gergaji 80% + batubara 10% + arang 10%

Pada masing-masing perlakuan ditambahkan 2% NH4OH disimpan dalam kondisi anaerob selama 1 minggu.

c. Masing-masing campuran ditambahkan sukrosa + 2% larutan NH4OH dan ditambahkan bakteri penambat nitrogen, diaduk merata agar aerasi terjaga dan bakteri dapat bekerja dengan optimal. Disimpan kembali dalam kondisi anaerob selam 1 minggu.

Proses dekomposisi terhadap bahan oleh mikroorganisme mikro dapat berjalan sempurna maka kelembaban, dan aerasi perlu diperhatikan. Proses pembalikan dan pencampuran media dilakukan sedemikian rupa hingga merata sampai 4 minggu.

Penanaman Bibit Tanaman (persemaian) a. Penyiapan media tanam semai

Kompos serbuk gergaji pada masing-masing perlakuan dicampurkan dengan tanah yang telah disterilisasi dengan perbandingan 1:1 sebagai media tanam. Media tanam tersebut dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10 x 15 cm dimana masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima belas

tanaman sehingga setiap jenis tanaman membutuhkan 180 polybag dan dan total polybag yang digunakan adalah 540 buah.

b. Perkecambahan Tanaman Uji

Benih A. crassna dicuci untuk menghilangkan kotorannya kemudian dijemur sebentar (±2-3 jam) dan ditabur pada bak kecambah dengan media zeolit steril dan ditutup dengan pasir halus steril. Sedangkan Calophyllum sp. dan Palaquium sp. dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran dan langsung ditabur pada bak kecambah dengan media tanah steril. Perkecambahan dilakukan 2 minggu sebelum penanaman.

c. Aplikasi mikoriza

Dua jenis endomikoriza yang digunakan merupakan hasil pengembangan dari Lab. Mikrobiologi Badan Litbang Kehutanan yaitu Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita. Inokulum mikoriza diberikan bersamaan dengan waktu penyapihan bibit ke dalam polybag sebanyak 5 g dengan jumlah spora rata-rata 4.1.

d. Penyapihan dan Pemeliharaan

Penyapihan kecambah dari bedeng tabur ke polybag dilakukan setelah semai memiliki 2-3 daun. Pada saat penyapihan dilakukan seleksi dengan melihat bentuk kecambah yang berbatang lurus dan seragam. Tinggi tanaman uji yang disapih untuk tiap jenis berbeda-beda, A. crassna disapih dengan rata-rata ketinggian 5 cm sedangkan Calophyllum sp. dan Palaquium sp. disapih dengan rata-rata tinggi 8 cm. Setelah penyapihan tanaman disiram dan ditempatkan dalam rumah kaca sesuai layout percobaan.

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dan pembersihan dari gulma secara rutin setiap hari secara manual.

Pewarnaan Akar

Metode pewarnaan akar menggunakan metode yang dikembangkan oleh Brundrett et al. (1996) dengan berbagai modifikasi.

a. Akar semai yang telah dibersihkan dipotong-potong, dimasukkan ke tabung berisi KOH 2.5% selama 24 jam hingga terlihat jernih

b. Jika akar belum jernih, KOH dibuang kemudian akar dimasukkan dalam larutan H2O2 10% sebanyak 5-10 ml dan dibiarkan hingga akar jernih (± 10-15 menit)

c. Akar dicuci bersih dan direndam dengan larutan 0.1 N HCL selama 10 menit d. Kelebihan larutan HCl dibuang, ditambahkan larutan pewarna yang terdiri

atas Trypan blue 0.02% + glycerol 70% + aquadest 30% selama 24 jam e. Akar dicuci kembali dengan air mengalir dan direndam dalam larutan

Glyserol 50%

Diversitas Mikroba a. Pembuatan media NA :

Ditimbang NA sebanyak 2.3 g dan agar 0.5 g dicampurkan dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest, dipanaskan sambil diaduk, setelah mendidih dan homogen media disterilisasi dalam autoclaf pada suhu 121 C selama 15 menit. Ketika telah hangat kuku media dituang dalam petri steril 1-2 ml, didinginkan. Setelah padat petri disimpan terbalik agar uap tidak jatuh ke permukaan media.

b. Isolasi mikroba:

Isolasi dilakukan dengan metode cawan tuang untuk pembiakan bakteri sebab metode ini memungkinkan pertumbuhan semua jenis bakteri yang ada baik bakteri aerob maupun anaerob.

Metode cawan tuang : kompos sebanyak 1 g dilarutkan dalam 10 ml air steril kemudian diaduk rata. Supernatan yang didapatkan diencerkan hingga dari 101 hingga 106. Media NA yang telah hangat kuku dituang dalam cawan petri kemudian supernatan (dicampurkan) sebanyak 100 µl. Prosedur ini dilakukan secara aseptik. Masing-masing cawan petri diinkubasikan dengan posisi terbalik pada suhu kamar selama 24-72 jam.

c. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menghitung jumlah koloni mikroba yang tumbuh pada media.

3.5 Pengukuran dan Analisis Parameter yang diamati adalah:

a. Tinggi tanaman, diukur setiap dua minggu selama 14 minggu. Diukur dari leher akar sampai titik tertinggi semai pada pucuk batang, pengukuran pertama dilakukan 2 minggu setelah tanam (2 mst)

b. Diameter batang, diukur setiap dua minggu selama 14 minggu pada 1 cm dari leher akar dan ditandai, pengukuran pertama dilakukan 2 minggu setelah tanam

c. Berat kering tanaman (bagian atas dan bagian bawah tanaman)

Contoh tanaman setelah dibersihkan, dipotong pada bagian leher akar (yang ditandai), dioven pada suhu 70 C selama 48 jam dan ditimbang. dilakukan diakhir penelitian.

d. Nisbah pucuk akar (membandingkan berat kering pucuk dan berat kering akar)

e. Indeks mutu bibit (IMB)

Kualitas bibit dihitung dengan menggunakan rumus kualitas indeks Dickson et al. (1960) :

Berat kering total Indeks mutu bibit =

(tinggi (cm)/diameter (mm)) + (berat kering pucuk (g)/berat kering akar (g))

bibit yang baik dan akan mampu bertahan dilapangan jika memiliki nilai IMB>0.09

f. Kolonisasi FMA

Kolonisasi FMA diukur dengan metode yang dikembangkan oleh Brundrett et al. (1996) pada akhir penelitian.

Prosedur :

Mengambil secara acak potongan akar yang telah diwarnai sepanjang 1 cm dan menyusun pada kaca obyek, satu slide untuk 10 potongan akar

Mengamati kolonisasi FMA berupa vesikel, arbuskula internal hifa dan mencatat potongan akar yang terkolonisasi

Persentase akar yang terkoloni FMA dihitung berdasar rumus

%kolonisasi= bidang pandang contoh akar yang terkoloni x 100% total bidang pandang contoh akar

g. Derajad Ketergantungan (MD) Plenchette et al. (1983)

MD (%) = BKT tanaman bermikoziza – BKT tanaman tanpa mikoriza x 100 %

BKT tanaman bermikoriza

h. Analisis media tanam pada masing masing perlakuan (pH, N-total, C-organik, P-tersedia, KTK)

i. Analisis jaringan untuk serapan P dan N

j. Diversitas keragaman mikroba pada kompos serbuk gergaji plus yang diperkaya pembenah tanah setelah digunakan sebagai media semai.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Hasil

4.1.1 Karakteristik media tanam

Karakteristik media tanam adalah faktor penting yang harus diketahui untuk dijadikan pertimbangan dalam usaha peningkatan pertumbuhan tanaman. Sebab kemampuan media tanam dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan persoalan utama dalam produksi tanaman. Media tanam dapat ditingkatkan kemampuannya dengan menambahkan hara baik hara alamiah berupa kompos maupun buatan berupa pupuk anorganik.

Kompos serbuk gergaji merupakan kompos yang dibuat dengan memanfaatkan bahan limbah serbuk gergaji dari berbagai jenis kayu yang dicampur dengan gambut dengan perbandingan 99:1. Tanah yang digunakan berasal dari tanah di wilayah litbang kehutanan pada kedalaman diatas 20 cm dari permukaan tanah yang bertekstur liat. Sedangkan medium pertanaman terdiri atas campuran tanah dan kompos serbuk gergaji yang telah diperkaya dengan bubuk arang dan/atau bubuk batubara tanah sesuai perlakuan dengan perbandingan 1:1, sehingga masing-masing perlakuan memiliki karakteristik sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Media Tanam

Media tanam pH C/N P (ppm) N% K% KTK tanah awal SgBA 5.7 6.4 15.3 26.7 11.6 12.2 0.2 0.19 0.16 0.2 20.8 31.2 SgA 6.4 24.3 12.6 0.16 0.18 30.8 SgB 6.3 23.5 14.6 0.17 0.2 30.9 Sg 6.1 23.7 12.3 0.16 0.2 30.4

Ket : media tanam ini sudah ditambahkan tanah dengan perbandingan 1:1 dengan kompos serbuk gergaji yang diperkaya(Sg : kompos serbuk gergaji, B: bubuk batubara; A : bubuk arang kayu)

Tanah yang ditambahkan kompos serbuk gergaji pada seluruh perlakuan menunjukkan perbaikan karakteristik walaupun tidak terlalu besar terutama pada pH tanah yang terlihat meningkat dari 5.7 yang cenderung agak asam menjadi lebih netral antara 6.1-6.4 dan terjadi peningkatan KTK yang cukup tajam dari 20.8 dengan kriteria sedang menjadi tinggi antara 30.4-31.2.

Kematangan kompos dapat dilihat dari kandungan karbon dan nitrogen melalui C/N rasio. Dari pencampuran ini nilai C/N bahan antara 23.7-26.7.

menurut Yuwono (2006), nisbah kompos yang stabil dan dapat digunakan antara 10-30, jadi campuran kompos ini dapat dimanfatkan untuk pertumbuhan tanaman. C/N rasio terendah diperlihatkan oleh media tanam kompos serbuk gergaji tanpa pengayaan yaitu 23.7 sedangkan C/N rasio tertinggi adalah campuran tanah kompos serbuk gergaji diperkaya campuran bubuk batubara dan arang.

Ketersediaan P pada media tanam meningkat setelah ditambahkan kompos serbuk gergaji dikombinasikan arang dan/atau batubara dari 11,6 menjadi sekitar 12.2-14.6 tetapi terjadi penurunan nilai N namun kategorinya masih terlalu rendah.

4.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

A. crassna

Hasil analisis ragam terhadap parameter perkembangan FMA dan pertumbuhan semai A. crassna meliputi persen kolonisasi, jumlah spora, tinggi, diameter, jumlah daun, kekokohan semai, berat kering total, nisbah pucuk akar, panjang akar, dan indeks mutu bibit disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh FMA dan pembenah tanah terhadap perkembangan FMA dan pertumbuhan semai A. crassna (14 mst)

Parameter

FMA Pembenah tanah FMA dan pembenah tanah Kolonisasi ** ** ** Jumlah spora ** ** ** Tinggi (T) ** ** ** Diameter (D) ** ** ** Jumlah daun (F) * ** tn Kekokohan Bibit (Kh) ** ** tn BKT ** ** tn NPA tn * tn Panjang akar * tn tn IMB ** ** tn Serapan P ** ** tn Serapan N * tn tn Perkembangan mikroba tn ** **

Ket. ** : sangat nyata (p<0.01)

* : nyata (0.01<p<0.05) tn : tidak nyata (p>0.05)

Tabel 4. memperlihatkan bahwa faktor tunggal inokulasi FMA pada tanaman A. crassna memberikan pengaruh sangat nyata (p<0.01) terhadap persen kolonisasi, jumlah spora, tinggi tanaman, diameter, kekokohan bibit, berat kering total (BKT), indeks mutu bibit (IMB), dan serapan P. Faktor tunggal FMA juga berpengaruh nyata (p>0.05) pada parameter jumlah daun, panjang akar, dan serapan N; tetapi tidak berpengaruh nyata pada Nisbah pucuk akar dan perkembangan mikroba.

Faktor tunggal pembenah tanah pada semai A. crassna menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap persentase kolonisasi FMA, jumlah spora, tinggi tanaman, diameter, jumlah daun, kekokohan bibit, berat kering total, indeks mutu bibit (IMB), serapan P, dan perkembangan mikroba. Tetapi tidak berpengaruh terhadap serapan N dan panjang akar serta berpengaruh nyata (p>0.05) hanya terhadap panjang akar.

Faktor interaksi perlakuan berpengaruh sangat nyata (p<0.01) terhadap persen kolonisasi, jumlah spora, tinggi tanaman, diameter, jumlah daun, dan perkembangan mikroba. Sedangkan pada parameter yang lain interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Tabel 5. memperlihatkan hasil uji DMRT pada taraf 5%, tampak bahwa adanya kolonisasi FMA pada seluruh akar A. crassna baik diinokulasi mikoriza maupun yang tidak diinokulasi mikoriza. Walaupun demikian kolonisasi pada media yang tidak diinokulasi pada seluruh perlakuan pembenah tanah sangat rendah yaitu kompos serbuk gergaji saja sebesar 10%; kompos serbuk gergaji dan bubuk arang sebesar 7.7%; kompos serbuk gergaji dan bubuk batubara sebesar 7.2% dan kompos serbuk gergaji dengan campuran bubuk batubara arang sebesar 6.5%.

Persen kolonisasi akar pada semai yang diinokulasi FMA pada berbagai perlakuan pembenah tanah cenderung lebih besar daripada persen kolonisasi FMA pada media yang tidak diinokulasi yaitu lebih dari 50%. Diantara jenis FMA yang digunakan, G. etunicatum mampu mengkolonisasi akar terbesar yaitu 67.19%; selanjutnya G. margarita sebesar 60.95%. Walaupun keduanya tidak secara nyata berbeda, keberadaan inokulum FMA sangat berpengaruh terhadap persen kolonisasi mikoriza terhadap akar semai A. crassna.

Tabel 5. Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan pembenah tanah terhadap kolonisasi akar semai A. crassna (14 mst)

FMA Pembenah tanah

Tanpa (kontrol) G. etunicatum G. margarita

SgBA 6.5 c 62.5 b 46.1 b

SgA 7.7 c 65 b 62.2 b

SgB 7.2 c 96 a 98.3 a

Sg (kontrol) 10 c 44.6 b 44.7 b

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kesalahan 5%

Terdapat peningkatan kolonisasi FMA yang signifikan pada semai yang ditanam pada media kompos serbuk gergaji yang diperkaya batubara dan arang dibandingkan dengan media tanam kompos serbuk gergaji saja. Persen kolonisasi FMA terbesar ditunjukan oleh akar semai A. crassna yang ditanam pada media tanam kompos serbuk gergaji diperkaya bubuk batubara baik pada jenis FMA G. etunicatum maupun G. margarita yaitu sebesar 96% dan 98.3% seperti terlihat pada Tabel 5. Selanjutnya pada media tanam yang ditambahkan arang juga mengalami kolonisasi yang tinggi, pada G. etunicatum sebesar 65% dan G. margarita sebesar 62.2%. Persen kolonisasi terendah ditunjukkan oleh akar semai yang ditumbuhkan pada media kompos serbuk gergaji yang tidak diperkaya dengan nilai rata-rata kolonisasi hanya 3.31%.

TtTabel 6. Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan pembenah tanah terhadap jumlah spora pada media semai A. crassna (14 mst)

FMA Pembenah tanah

tanpa G. etunicatum G. margarita

SgBA 10 cd 55 c 75 c

SgA 20 cd 50 c 115 b

SgB 50 c 110 b 240 a

Sg 5 e 20 cd 50 c

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kesalahan 5%

Berdasarkan uji lanjut DMRT pada Tabel 6. interaksi antara inokulasi FMA dan pembenah tanah berpengaruh sangat nyata meningkatkan nilai rata-rata jumlah spora per 100 g media tumbuh. Jumlah spora tertinggi dijumpai pada media tanam kompos serbuk gergaji yang diinokulasi G. margarita dan diperkaya

bubuk batubara sebesar 240, pada media kompos serbuk gergaji diperkaya bubuk batubara dan diinokulasi G. etunikatum juga menunjukkan peningkatan jumlah spora tertinggi daripada perlakuan media tanam lainnya. Jumlah spora yang cukup banyak juga ditunjukkan pada media kompos serbuk gergaji yang ditambahkan bubuk arang kayu dan diinokulasi G. margarita sebesar 115, pada media yang sama dan diinokulasi G. etunikatum juga menunjukan jumlah spora yang cukup banyak. Jumlah spora yang paling sedikit ditunjukkan oleh media kompos tanpa pengayaan dan tanpa inokulasi FMA yaitu hanya sebanyak 5 spora dimana spora yang ditemukan sudah pecah dan berwarna hitam/coklat tua sehingga spora ini tidak dapat berkembang lagi.

Kualitas semai menggambarkan tingkat kesehatan semai pada media tanam yang digunakan dengan berbagai perlakuan yang selanjutnya juga menunjukkan perkiraan ketahanan semai jika ditanam di lapangan.

Secara umum kombinasi inokulasi FMA dan pemberian pembenah tanah pada bibit A. crassna meningkatkan pertumbuhan tinggi semai. Berdasar uji lanjut DMRT pada Tabel 7. pengaruh interaksi antara FMA G. margarita dan pengayaan dengan bubuk batubara menunjukkan nilai rata-rata tertinggi sebesar 32 cm dibandingkan dengan semua kombinasi perlakuan lainnya. Nilai rata-rata terendah ditunjukan oleh semai A. crassna tanpa inokulasi FMA yang ditanam pada media kompos serbuk gergaji yang diperkaya campuran bubuk batubara dan arang sebesar 12.2 cm. Nilai rata-rata terendah ini secara statistik tidak berbeda nyata dengan nilai rata-rata yang ditunjukkan oleh semai yang ditanam pada media kompos serbuk gergaji saja dan juga media kompos yang diperkaya bubuk arang tanpa inokulasi FMA sebesar 12.95 dan 12.75.

Tabel 7. Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan pembenah tanah terhadap tinggi (cm) semai A. crassna (14 mst)

FMA Pembenah tanah

Tanpa (kontrol) G. etunicatum G. margarita

SgBA 12.2 e 12.75 e 17.45 d

SgA 12.75 e 15.1 dc 17.65 cd

SgB 21.8 b 23 b 32 a

Sg 12.95 e 13.4 e 16.8 d

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kesalahan 5%

Pengaruh tunggal perlakuan jenis Fungi Mikoriza Arbuskula yang diinokulasikan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi semai A. crassna, terutama hal ini terlihat pada bibit yang diinokulasi dengan G. margarita menunjukkan rerata tertinggi dibanding kontrol pada berbagai perlakuan media. Demikian pula pengaruh tunggal pembenah tanah menunjukkan bahwa media kompos serbuk gergaji diperkaya bubuk batubara mampu meningkatkan tinggi tanaman lebih besar daripada perlakuan yang lain baik yang diinokulasi FMA maupun tidak diinokulasi.

Inokulasi jenis mikoriza memberikan pengaruh berbeda-beda terhadap pertumbuhan tinggi bibit A. crassna. G. margarita mampu memberikan pengaruh penambahan tinggi semai hingga 20.97 cm atau meningkat 40.56% dibanding kontrol sedangkan inokulasi G. etunikatum hanya mampu memberikan penambahan tinggi sebesar 7.62% atau rerata tinggi 16.62 cm. Pada seluruh perlakuan media tanam, G. margarita mampu meningkatkan tinggi semai A. crassna.

Pada Tabel 7. menunjukkan pula penggunaan pembenah tanah memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada tinggi A.crassna. Pengayaan media tanam kompos serbuk gergaji dengan batubara mampu memberikan penambahan tinggi terbesar yaitu hingga 32 cm atau 78.1% dibanding media kompos serbuk gergaji saja, sedangkan penambahan bubuk arang hanya memberikan peningkatan tinggi rata-rata sebesar 15.3 cm atau 5.47%. Bahkan penggunaan campuran bubuk batubara dan arang menurunkan rata-rata tinggi semai walaupun dalam taraf kecil yaitu sebesar 2% dari kontrol. Pengayaan dengan bubuk batubara secara nyata meningkatkan tinggi semai A. crassna baik yang diinokulasi FMA ataupun yang tidak diinokulasi, demikian pula pengayaan media tanam kompos serbuk gergaji dengan bubuk arang.

0 5 10 15 20 25 30 2 4 6 8 10 12 14 minggu ke ti n g g i (c m ) SBA M0 SBA M1 SBA M2 SA M0 SA M1 SA M2 SB M0 SB M1 SBM2 S M0 S M1 S M2

Gambar 2. Pertumbuhan tinggi semai A. crassna hingga umur 14 mst pada media kompos serbuk gergaji yang diperkaya dan inokulasi jenis FMA (S: media tanam kompos serbuk gergaji; SB : media tanam kompos serbuk gergaji diperkaya bubuk batubara; SA : media tanam kompos serbuk gergaji diperkaya bubuk arang kayu; SBA : media tanam kompos serbuk gergaji diperkaya campuran bubuk batubara dan arang; M0 : tanpa inokulasi FMA; M1 : G. etunicatum; M2 : G. margarita).

Grafik pertumbuhan tinggi semai A. crassna setiap 2 minggu dapat dilihat pada Gambar 1. Sejak awal pertumbuhan hingga berumur 14 minggu setelah tanam. Semai A. crassna yang ditanam pada media tanam yang mengandung bubuk batubara dan diinokulasi G. margarita menunjukkan pertumbuhan tinggi yang lebih optimal dibanding perlakuan yang lain. Pertumbuhan tinggi ini selanjutnya meningkat tajam mulai minggu ke 6 hingga minggu ke 14. Penambahan bubuk arang pada media tanam yang diinokulasi G. margarita juga menunjukkan pertumbuhan tinggi yang lebih stabil dibandingkan bibit yang diinokulasi G. etunikatum pada media yang sama.

Berdasarkan uji lanjut DMRT pada Tabel 8, kombinasi perlakuan inokulasi FMA dan bahan pembenah tanah secara nyata meningkatkan garis tengah semai A. crassna. Peningkatan diameter tertinggi sebesar 3.4 mm terjadi pada semai A. crassna yang diinokulasi G. margarita dikombinasikan dengan pemberian bubuk batubara. Secara statistik nilai rata-ratanya tidak berbeda dengan nilai rata-rata bibit A. crassna yang ditanam pada media kompos diperkaya bubuk batubara tanpa inokulasi FMA. Nilai rerata diameter terendah ditunjukan oleh kombinasi perlakuan tanpa inokulasi FMA dengan media kompos berpembenah bubuk arang yaitu sebesar 2.3 mm.

Tabel 8. Pengaruh interaksi inokulasi FMA dan pembenah tanah terhadap diameter (mm) semai A. crassna (14 mst)

FMA Pembenah tanah

tanpa G. etunicatum G. margarita

SgBA 2.36 d 2.46 c 2.91 b SgA 2.3 d 2.44 cd 2.51 bcd

SgB 3.08 ab 2.5 cd 3.4 a

Sg 2.54 c 2.43 d 2.78 c

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kesalahan 5%

Pengaruh tunggal jenis FMA yang diinokulasikan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap diameter bibit. Inokulasi G. margarita memberikan peningkatan diameter terbaik menjadi 2.78 mm atau 8.17% dari kontrol, sedangkan inokulasi G. etunicatum menurunkan rerata diameter semai A. crassna menjadi 2.46 mm atau 4.3% dari kontrol. Inokulasi G. margarita memberikan pengaruh peningkatan diameter pada seluruh perlakuan media tanam baik yang diperkaya maupun tidak. Tetapi sebaliknya, inokulasi G. etunicatum pada berbagai perlakuan media tanam tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap diameter semai A. crassna.

Pengaruh pemberian bahan pembenah tanah terhadap diameter semai A. crassna menunjukkan bahwa penggunan media kompos serbuk gergaji diperkaya bubuk batubara mampu meningkatkan rata-rata diameter semai menjadi 3 mm atau meningkat 15.9% dari tanpa pengayaan. Tetapi penggunaan bubuk arang dan campuran bubuk arang dan bubuk batubara menurunkan diameter batang semai masing-masing sebesar 0.38% dan 16.6%.

Visualisasi pengaruh inokulasi FMA dan penggunaan bahan pembenah tanah terhadap pertumbuhan diameter semai A. crassna minggu ke minggu hingga

Dokumen terkait