• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 BAHAN DAN METODE

3.3 Metode

3.3.2 Metode Pengambilan Data

a) Kalibrasi Field Of View dan Camera View Angle

Kalibrasi beam kamera dilakukan agar mendapatkan ketetapan rasio hubungan antara kedalaman terhadap ukuran Field Of View (FOV). FOV merupakan kuantifikasi terhadap perubahan kedalaman yang menentukan luasan FOV yang dihasilkan, hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh besar sudut beam atau Camera View Angle (CVA) yang sudah menjadi standar keluaran pabrik, yang harus di uji pengoperasiannya di darat dan di dalam air laut.

Kalibrasi dilakukan dengan mengukur setiap perubahan kedalaman terhadap ukuran area sapuan yang diakibatkan oleh perubahan kedalaman tersebut dengan memperhatikan besar sudut beam kamera. Persegi panjang dari sebuah bentuk menyerupai irisan piramida dengan sisi berupa segi tiga sama kaki merupakan bentuk terusan mengikuti pola FOV A ke B juga C (Gambar 6), sehingga jika B dan C merupakan Paralel dari A maka, dari rumusan Clemens. S.R, et al, 1984(hal 415) dinyatakan bahwa;

Jika ………... (18)

Gambar 6, Ilustrasi Piramida dengan irisan-irisan(S) yang menjelaskan luas area. Berdasarkan perubahan jarak (A, C, B)

Sehingga untuk penelitian ini perumusan metodenya menjadi berikut ini;

Jika ………(19)

Dapat dilihat ilustrasinya pada Gambar 7.

S’ S A

C

Gambar 7, Ilustrasi metode kalibrasi kedalaman terhadap area sapuan dengan memperhitungkan beam kamera.

Sehingga teknik kerja yang dilakukan di darat dapat berlaku sama dengan di laut, adalah sebagaimana berikut (untuk kalibrasi darat);

• Obyek hexagon putih di tempatkan pada papan hitam dengan diberi marka area 1 x 1 m

• Pada lantai diberikan skala jarak setiap 30 cm sebagai acuan perlakuan jarak.

• Wahana yang sudah terinstalasi di tempatkan sejajar horizontal agar axis obyek dan axis kamera berhimpit.

• Pemotretan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap jarak 30 cm termasuk jarak referensi 1 meter, dilakukan 31 kali perubahan jarak

Kemudian untuk kalibrasi dilaut, dilakukan sebagaimana prosedur berikut;

• Sebelum kalibrasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran kecerahan dengan secchi disk, dimana hingga kedalaman dasar laut (11m) kecerahan tampak masih 100%, dan obyek mulai tidak jelas saat Z ≤ 11m (10.5m)

• Tali yang telah diberi penanda di setiap 30 cm, ditambatkan pada obyek hexagon berwarna putih tepat di tengah.

• Kemudian obyek ditempatkan tepat di bawah kamera, sejajar axis keduanya

• Obyek diturunkan bertahap sesuai jarak tiap 30 cm hingga 30 kali (9m).

• Tiap jarak dilakukan pemotretan 3 kali, juga jarak referensi 1 meter.

a) Pengukuran Kecerahan

Prosedur pengukuran tingkat kecerahan perairan dilakukan dengan ;

• menggunakan Secchi Disk berwarna putih, berdiameter 30 cm yang diikatkan dengan tali yang diberi penanda setiap jeda jarak 30 cm.

• secchi disk kemudian dimasukan ke dalam laut secara perlahan hingga bentuk dan warna tidak lagi tampak pada kedalaman tertentu sebagaimana kondisi perairan saat itu dan jarak dicatat.

• Setelah itu secchi disk kemudian ditarik kembali perlahan hingga bentuk dan warna terlihat jelas dan pada jarak tersebut penarikan dihentikan, kemudian dilakukan pencatatan jarak kedalaman sebagai persentase kecerahan dengan melakukan perbandingan terhadap persentase sebagaimana butir dua.

b) Bathymetri

Hubungannya dengan penggunaan data kedalaman untuk kuantifikasi luasan area sapuan (FOV), ukuran lifeform target juga visualisasi pola tiga dimensi lokasi penelitian sebagai data penunjang, maka digunakan GPSmap Sounder C170 Portable, dengan tranducer single beam yang telah terinstalasi pada WPBA, untuk mendeteksi kedalaman perairan secara stasioner untuk titik sampling citra lifeform dan pemantauan, pengukuran bathymetri lokasi dengan melakukan towing WPBA secara Cruise Track Transek Paralel.

c) Geo-positioning

Akurasi data yang berhubungan dengan kebenaran tentang keberadaan lifeform, titik kedalamannya serta penentuan posisi koordinat lokasi sebagai data yang saling terkait dengan data kedalaman dalam format XYZ adalah sangat penting untuk dilakukan, dimana pengambilan data ini dilakukan secara bersamaan data bathymetry, dengan menggunakan GPSmap Sounder C170 Portable yang telah terinstalasi termasuk receiver pada WPBA

3.3.2.2. Teknik Pengambilan Data Citra

Pekerjaan pengambilan data lapangan mulai dilakukan, setelah terlebih dahulu dilakukan towing zig-zag wahana (cruise track) di area penelitian untuk mendapatkan posisi yang ideal, dengan memperhitungkan situasi dan kondisi nyata habitat karang, faktor oseanografis, cuaca, serta kemungkinan lain yang berpeluang mengganggu tingkat akurasi, efisiensi juga efektifitas pekerjaan yang mau dilakukan. Kemudian citra karang diperoleh dengan melakukan pemotretan terhadap beberapa jenis life form karang dari arah vertical (atas) dengan titik dan jarak yang ditentukan dimana pengambilan data dilakukan berulang-ulang, dengan asumsi bahwa setiap perubahan situasi akan mempengaruhi citra, sehingga akan didapatkan data citra dalam jumlah banyak namun berbeda-beda terhadap setiap lifeform karang. Jumlah lifeform yang menjadi target pengambilan data adalah tiga lifeform yang masing masing berjumlah 3000 data citra, sehingga total citra yang dihasilkan berjumlah 9000 data citra.

Pelaksanaan aktifitas pemotretan dilangsungkan dengan memperhitungkan waktu efektif dari penyinaran matahari dengan sudut terhadap permukaan laut yang efektif menghasilkan iluminasi maksimum kedalam perairan yakni saat sudut datang cahaya adalah 45° timur dari sumbu vertical tertinggi kuliminasi matahari hingga sudut 45° barat setelah titik tertinggi kulminasi matahari.

Menurut Antony J.F (2005;

pada sudut penetrasi 45° terjadi reflektansi hanya sebesar 3.5% saja dan makin kecil hingga menjadi 0% saat matahari tegak lurus (90°). Hal ini menjadikan asumsi bahwa perbedaan besar-kecilnya sudut penetrasi cahaya matahari yang masuk ke perairan akan memberikan dampak terhadap kecerahan laut yang mempengaruhi resolusi serta gangguan fisis air pada citra yang diproleh akan berbeda dari target atau jenis yang sama. (lihat skenario Gambar 8 - 10)

Z1 Z2 Z3 Lifeform 1 Lifeform 2 Lifeform 3

Gambar 8, Skenario pengambilan data citra pada ketiga lifeform.; ST I,II,III) Stasiun Wahana tiap lifeform. Z1;Z2;Z3; adalah Tinggi air yang bervariasi tergantung situasi lapang dan pasang-surut. L1) jarak garis pantai hingga lifeform 1 mengikuti kedalaman St1. L2) jarak lifeform(lf) 1 ke lf 2, L3) jarak lf 2 ke lf 3, bersifat fleksibel

Gambar 9, Skema towing Cruise track dilokasi penelitian; keterangan; B (Boat), W(Wahana), LB(Light Beam), CB(Camera Beam), AB(Acoustic Beam), R(receiver), Z(kedalaman), AT(Arah Towing), DL(Dasar Laut), dan LF(lifeform). Wahana> St I St II St III Pantai L1 L2 L3 B Z W R LB CB AB AT LF DL

Gambar 10, Skema towing Cruise track model Systematic Parallel (Simmond and MacLennan, 2005,H 313) dilokasi penelitian; Garis hitam dengan arah panah menunjukan arah line track dengan kecepatan rata-rata 2 knot, persegi empat hitam menunjukan titik lifeform (lihat lampiran 5)

Dokumen terkait