• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat bahan pakan dan pembuatan pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Jurusan Budidaya Perairan. Analisis asam lemak dilakukan di Laboratorium Kimia Terpadu, sedangkan pemeliharaan dan pemijahan ikan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pembuatan preparat histologis dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Foto perkembangan embrio dilakukan di Laboratorium Pembenihan Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sedangkan analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ikan Uji

Ikan yang digunakan sebagai induk prasalin adalah calon induk ikan zebra yang belum pernah memijah. Ikan ini berasal dari petani ikan hias Depok, Jawa Barat dengan umur sekitar 25 hari serta memiliki bobot awal berkisar antara 0.100-0,154 g/ekor.

Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan merupakan pakan isoprotein dan isoenergi yang dibuat dalam bentuk pasta dengan kadar protein 39,63%-40,0%, energi dapat dicerna 313,28-326,17 kkal/100 g serta rasio energi protein 7,85-8,20. Komposisi pakan yang digunakan didasarkan pada kebutuhan nutrisi ikan Cyprinidae untuk tumbuh dan melakukan reproduksi yang merupakan modifikasi dari SNI: 01-4266-1997. Bahan-bahan penyusun pakan terdiri atas tepung ikan sebagai sumber protein hewani dan

27 tepung kedelai sebagai sumber protein nabati. Tepung pollard dipergunakan sebagai sumber karbohidrat. Sumber lemak dan asam lemak berasal dari minyak ikan, minyak jagung dan minyak sawit. Minyak ikan digunakan sebagai sumber utama asam lemak n-3, sedangkan minyak jagung digunakan sebagai sumber utama asam lemak n-6 serta minyak sawit digunakan sebagai pelengkap jumlah lemak yang dibutuhkan. Bahan penyusun lain yaitu vitamin campuran; mineral campuran dan tapioka, yang berfungsi sebagai pengikat.

Tabel 2 Komposisi pakan dari tiap perlakuan Komponen

Pakan

Perlakuan

Asam lemak n-3 ; Asam Lemak n-6 (%)

A (0 ; 1) B (1 ; 1) C (2 ; 1) D (0 ; 2) E (1 ; 2) F (2 ; 2) Tepung ikan 31,0 31,0 31,0 31,0 31,0 31,0 Kedelai 29,0 29,0 29,0 29,0 29,0 29,0 Pollard 19,5 19,5 19,5 19,5 19,5 19,5 Minyak jagung 1 1,4 1,4 1,4 3,3 1,0 2,3 Minyak ikan 1 0,0 1,0 3,8 0,0 3,3 3,2 Minyak sawit 1 4,1 3,1 0,3 2,2 1,2 0,0 Vitamin mix 2 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 Mineral mix 3 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 Tapioka 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Keterangan:

1. Sumber asam lemak n-3 dan n-6 2. Takeuchi, 1988

3. Takeuchi, 1988

Sebelum pakan dibuat, bahan penyusun pakan seperti tepung ikan, tepung kedelai dan pollard dianalisa terlebih dahulu. Begitu juga pakan yang telah dibuat kemudian dianalisis proksimat dan asam lemak. Analisis proksimat dilakukan sesuai dengan Takeuchi (1988); terdiri atas analisis protein, lemak, serat kasar, kadar abu dan kadar air. Pengujian asam lemak n-3 dan asam lemak n-6 dilakukan menggunakan gas liquid chromatography (GLC) dengan silica capillary column (GC-15A, Shimadzu Corp., Japan) sesuai dengan metode Takeuchi (1988). Komposisi pakan selengkapnya disajikan pada Tabel 2 di atas.

Komposisi proksimat dan asam lemak n-3 dan asam lemak n-6 disajikan pada Tabel 3 berikut.

28 Tabel 3 Komposisi proksimat dan asam lemak n-3 dan asam lemak n-6 pakan

percobaan (% bobot kering)

Perlakuan

Asam lemak n-3 ; Asam Lemak n-6 (%)

A (0 , 1) B (1 , 1) C (2 , 1) D (0 , 2) E (1 , 2) F (2 , 2) Proksimat Protein kasar 40,00 39,69 39,63 39,79 39,99 39,90 Lemak kasar 10,55 10,38 10,49 10,30 10,15 10,19 Kadar abu 35,45 36,12 36,41 8,52 8,39 8,51 Karbohidrat 9,00 8,81 8,47 41,39 41,47 41,40 DE (kkal/100g)* 314,10 313,28 314,68 326,17 325,86 325,69 C/P 7,85 7,89 7,94 8,20 8,15 8,16 Asam lemak n-3 0,66 1,03 2,04 0,66 1,03 1,50 Asam lemak n-6 1,05 1,04 1,03 2,04 2,04 1,98

Keterangan : DE = digestible energi yang diperhitungkan dari 1 g protein = 3,5 kkal; 1 g lemak = 8,1 kkal;1 g karbohidrat = 2,5 kkal (NRC, 1983)

Rancangan Perlakuan

Penelitian tahap pertama ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan adalah penambahan asam lemak esensial n-3 dan n-6 sebagaimana disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kombinasi asam lemak esensial n-3 dan n-6 tiap perlakuan (%)

Dosis Asam Lemak n-6 (%) dan Asam Lemak n-6 (%) Perlakuan A 0% n-3, 1% n-6 Perlakuan B 1% n-3, 1% n-6 Perlakuan C 2% n-3, 1% n-6 Perlakuan D 0% n-3, 2% n-6 Perlakuan E 1% n-3, 2% n-6 Perlakuan F 2% n-3, 2% n-6

Pemeliharaan Ikan Uji

Wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 60 x 50 x 40 cm sebanyak 18 buah akuarium yang dilengkapi dengan sistem resirkulasi untuk setiap set penelitian. Sebelum digunakan, akuarium beserta tandon berkapasitas 2 ton dibersihkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Pada awal pemeliharaan dilakukan analisis kualitas air media pemeliharaan. Untuk menjaga kualitas air tetap baik maka setiap hari dilakukan penyiponan, yaitu pada pagi hari sebelum pakan diberikan.

29 Pemeliharaan ikan zebra dilakukan dengan kepadatan 25 ekor dalam setiap akuariumnya. Selama pemeliharaan, ikan zebra diberi pakan dalam bentuk pasta secara at satiation dengan frekuensi pemberian 4 kali sehari, yaitu pada jam 07.00, 11.00, 14.00 dan 15.00 WIB. Ikan zebra dipelihara sampai siap memijah. Untuk mengetahui perkembangan kematangan gonadnya maka dilakukan sampling bobot dan GSI sebanyak 3 ekor/ulangan.

Pemijahan dilakukan pada saat ikan zebra telah siap memijah. Induk betina telah siap untuk dipijahkan apabila nilai GSI sudah di atas 20% dan umumnya juga memiliki ciri ukuran perut yang lebih besar dan bila disentuh bagian anal akan terasa lembek. Apabila ada induk betina yang siap memijah dari setiap perlakuan, maka induk tersebut dipindahkan ke akuarium pemijahan. Wadah pemijahan berupa akuarium berukuran 15 x 15 x 20 cm sebanyak 24 buah untuk setiap set penelitian. Untuk setiap akuarium pemijahan diberi 1 induk jantan dan 1 induk betina per akuarium. Setiap perlakuan diambil 3 ekor betina untuk dipijahkan.

Adapun langkah-langkah persiapan akuarium pemijahan, adalah sebagai berikut :

1. Akuarium dibersihkan terlebih dahulu, menggunakan larutan desinfektan (kaporit).

2. Setiap akuarium diisi air setinggi 10 – 15 cm.

3. Dasar akuarium diberi kain saringan dengan mata jaring 1 mm.

4. Setiap akuarium diisi sepasang induk yang siap memijah. Induk betina dimasukkan terlebih dahulu yaitu pada pagi hari kemudian induk jantan dimasukkan pada sore hari. Pemijahan biasanya terjadi pada pagi hari berikutnya, yaitu pukul 05.30 – 08.30 WIB.

Ketika induk selesai memijah, maka induk jantan dan betina harus segera dipisahkan dan dipindahkan dari akuarium pemijahan, agar tidak memangsa telur yang ada di dasar akuarium. Setiap akuarium yang berisi telur, diberi methylen blue untuk mencegah tumbuhnya jamur.

30 Fekunditas induk dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah telur per pemijahan. Sepuluh butir telur untuk setiap ulangan diambil dan diukur diameter telurnya dengan menggunakan mikroskop. Setelah telur menetas (48–72 jam), maka dihitung jumlah larva untuk mengetahui hatching rate telur tersebut.

Larva yang telah menetas dari setiap ulangan perlakuan, dipelihara di dalam akuarium penetasan. Selama pemeliharaan, larva tidak diberi pakan. Setelah 3 hari yaitu ketika kuning telur habis, jumlah larva dihitung sehingga dapat diketahui suvival rate larva yang diberi perlakuan.

Analisis kualitas air dilakukan pada awal dan akhir masa pemeliharaan, yaitu akuarium pemeliharaan dan tandon. Analisis kualitas air terdiri atas analisis oksigen terlarut (DO), pH, suhu, amoniak, kesadahan dan alkalinitas. Suhu, DO dan pH diukur langsung dengan menggunakan alat DO meter, alkalinitas menggunakan spektrofotometer, sedangkan amoniak dan kesadahan diukur menggunakan metode titrasi.

Parameter Uji

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kandungan Lemak, Protein dan Asam Lemak

Parameter kandungan lemak, protein dan asam lemak dilakukan pada tubuh ikan, telur serta larva. Analisis proksimat dilakukan sesuai dengan Takeuchi (1988); terdiri atas analisis protein, lemak, serat kasar, kadar abu dan kadar air. Pengujian asam lemak n-3 dan asam lemak n-6 dilakukan menggunakan gas liquid chromatography (GLC) dengan silica capillary column (GC-15A, Shimadzu Corp., Japan).

31 % 100 (g) tubuh Bobot (g) gonad Bobot (%) GSI = x

Gonad Somatik Indeks

Penilaian perkembangan gonad yang hanya berdasarkan pada ciri-ciri morfologi saja adalah subyektif dan kurang informatif karena hanya menerangkan secara kualitatif. Padahal dalam perkembangan gonad tadi selain perkembangan secara mofologi, di dalamnya terdapat perkembangan telur dan sejalan dengan ini terjadi perkembangan berat gonad. Keterangan perkembangan telur dan berat gonad ini dapat memberi informasi tambahan yang dapat dijabarkan secara kuantitatif dengan rumus sebagai berikut:

Lama Pematangan Telur

Lama pematangan telur dihitung dari umur ikan pada saat mencapai kematangan gonad atau ikan sudah siap untuk dipijahkan. Ikan sudah siap untuk dipjahkan apabila nilai GSI sudah di atas 20%., ukuran perut yang lebih besar dan bila disentuh bagian anal akan terasa lembek.

Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur per satuan berat atau panjang (Effendie, 1997), dari nilai fekunditas secara tidak langsung dapat diduga jumlah anak ikan yang akan dihasilkan . (g) induk Bobot diovulasi yang telur Jumlah induk) (butir/g Fekunditas = Diameter Telur

Diameter telur diukur dengan menggunakan mikrometer yang diletakan di lensa okuler. Pengukuran dengan mikrometer dipengaruhi oleh pembesaran lensa objektif. Diameter telur diukur pada bagian yang terpanjang dari telur dengan perhitungan sebagai berikut:

01 . 0 x y x DT=

32 Keterangan :

DT = Diameter telur (mm)

x = Nilai diameter telur yang diamati dengan mikroskop y = Nilai perbesaran

Volume Kuning Telur

Volume kuning telur dihitung sesuai dengan metode Heming & Buddington (1988) sebagai berikut :

V = ( π/6 ) LH2 Keterangan :

V = volume kuning telur (mm3) L = diameter memanjang (mm) H = diameter melebar (mm)

Cara pengukuran panjang dan lebar kuning telur :

Laju Penyerapan Kuning Telur

Laju penyerapan kuning telur dihitung sesuai dengan metode Polo et al. (1991) sebagai berikut: t ) Vt ln Vo ln ( LPKT= − Keterangan :

LPKT = Laju penyerapan kuning telur ( mm3/ jam)

Vo = Volume kuning telur pada awal percobaan (mm3) Vt = Volume kuning telur pada saat ke-t (mm3)

t = Periode pengamatan

Lebar

(H)

Panjang

(L)

33

Derajat Pembuahan Telur

Derajat pembuahan telur adalah persentase jumlah telur yang dibuahi dari jumlah telur yang diinkubasi yang dapat ditentukan pada saat stadium morula, dengan rumus perhitungan sebagai berikut (Woynarovich & Horvath, 1980) :

100% telur total Jumlah dibuahi yang telur Jumlah (%)= × Rate ion Fertilizat

Derajat Tetas Telur

Derajat penetasan (hatching rate) adalah persentase jumlah embrio yang menetas dari jumlah telur yang telah dibuahi. Perhitungan derajat penetasan ditentukan setelah penetasan telur seluruhnya dengan perhitungan rumus sebagai berikut : 100% ditetaskan yang telur Jumlah menetas yang telur Jumlah (%)= × Rate Hatching

Kecepatan Waktu Embriogenesis

Waktu yang dibutuhkan untuk embriogenesis dari masing-masing perlakuan dihitung untuk setiap perlakuan. Sepuluh telur diambil dari akuarium yang berbeda perlakuan untuk pengamatan yang disebar kedalam cawan petri untuk mengamati embriogenesis dengan menggunakan mikroskop. Setiap tahap perkembangannya difoto untuk dokumentasi perubahan bentuk masing-masing stadium terutama stadium–stadium tertentu, sepeti cleavage, morulasi, blastulasi, gastrulasi dan organogenesis sampai telur menetas

Survival Rate Larva

Tingkat kelangsungan hidup larva dihitung dengan menggunakan rumus:

100% an pemelihara awal ikan Jumlah an pemelihara akhir ikan Jumlah (%) = × Rate Survival

34

Persentase Larva Abnormal

Persentase larva abnormal dihitung dengan menggunakan rumus:

% 100 x total Ikan abnormal yang Ikan PLA Σ Σ = Analisis Data

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Anova dengan 6 perlakuan dan tiga ulangan. Apabila ada perbedaan antar perlakuan, dilakukan analisis tingkat lanjut dengan uji Duncan. Sedangkan untuk data kadar asam lemak serta histologi kematangan gonad disajikan secara deskriptif eksploratif. Parameter yang dianalisis adalah kandungan lemak, protein dan asam lemak, GSI, lama pematangan telur, fekunditas, volume telur, laju penyerapan kuning telur, derajat pembuahan telur, derajat tetas telur, kecepatan waktu embriogenesis, tingkat kelangsungan hidup larva dan persentase larva abnormal.

35

Dokumen terkait