BAB II. MEDIA FILM, MINAT SISWA DAN PENDIDIKAN AGAMA
B. Pengertian Belajar dan Minat
2. Minat Belajar
Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek ataupun peserta yang
menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan
sedang mempelajari materi tersebut. Winkel dalam buku Psikologi Belajar
(2015:212) mengatakan bahwa minat momentan ialah perasaan tertarik pada suatu
topik yang sedang dibahas atau dipelajari. Minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiataan. Kegiatan yang diamati
seseorang diperhatikan terus menerus dan disertai dengan rasa senang. (Slameto,
2010:180) mengatakan :
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang meminta atau dilakukan dengan senang hati. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Minat siswa dapat dilihat dari bagaimana ia bersikap dalam menilai hal
suatu subyek akan cenderung memberikan perhatian lebih terhadap subyek
tersebut. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar yang mengantarkan
siswa kepada proses selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak
merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum
menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. (Slameto,
2010:18) mengatakan bahwa:
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu memengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan- kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk mempelajarinya.
Jika terdapat siswa yang menunjukkan sikap tidak suka atau kurang
berminat dalam belajar, seorang guru harus meningkatkan dan mengusahakan
agar siswa berminat untuk belajar. Banyak hal yang bisa dilakukan seorang guru
untuk mengajak siswa mempunyai minat belajar yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan dapat dihubungkan dengan cita-cita yang
diinginkan seorang siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas yang diminati
oleh siswa.
Psikologis memiliki arti sendiri terhadap minat yaitu minat menyangkut
dua hal yang perlu diperhatikan yaitu minat pembawaan dan minat yang muncul
karena adanya pengaruh dari luar. Minat pembawaan muncul dengan tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan. Minat
saja berubah karena danya pengaruh dari luar seperti lingkungan dan kebutuhan.
Bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan sebaik-
baiknya. Demikian pula sebaliknya, bidang studi yang tidak sesuai dengan
minatnya tidak akan mempunyai daya tarik baginya (Salahudin, 2008:78-79).
Oleh karena itu, media pembelajaran yang sesuai dan relevan akan sangat
membantu para siswa memiliki minat belajar dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Selain minat belajar yang dimiliki oleh siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di dalam kelas, siswa juga memiliki alam perasaan yang terdiri dari
beberapa lapisan yang berbeda-beda peranannya terhadap semangat belajar.
Kenyataan ini diuraikan oleh (Winkel, 2012: 207-211), bahwa:
1) Temperamen: pada setiap orang alam perasaan memiliki sifat-sifat umum
tertentu. Ada orang yang pada umumnya cenderung berperasaan sedih dan
pesimis, ada pula yang biasanya berperasaan gembira dan optimis. Hal ini
dikenal dengan istilah “stemming dasar” atau nada dasar alam perasaan, yang
lebih kurang menetap. Temperamen seseorang merangkum tiga hal, yaitu
stemming dasar, sifat-sifat perasaan seperti mudah tersentuh, intensitas
perasaan, dalamnya perasaan dan lamanya perasaan, tempo psikis yang
berirama tinggi atau lambat. Berkaitan dengan belajar di sekolah, stemming
dasar dalam alam perasaan atau suasana hati, membuat siswa lebih tertutup
atau lebih terbuka bagi perasaan yang spesifik dan ikut menentukan intensitas
dan dalamnya perasaan. Contohnya: siswa yang pada dasarnya seorang
sekolah, sebaliknya siswa yang pada dasarnya seorang pemurung, akan mudah
merasa terganggu oleh hal-hal yang kurang menyenangkan.
2) Perasaan yang dimaksud di sini adalah perasaan momentan dan intensional. “Momentan” berarti bahwa perasaan timbul pada saat tertentu. “Intensional”
berarti bahwa reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang atau
situasi tertentu. Apabila situasi berubah, maka perasaan berganti juga.
Contohnya: bila guru sedang memarahi siswa dalam kelas, mereka mungkin
merasa takut, tetapi beberapa waktu kemudian perasaan itu hilang dan diganti
dengan perasaan lega, bila guru menceritakan suatu lelucon untuk
meringankan suasana yang menjadi terlalu tegang. Perasaan momentan dapat
berubah menjadi perasaan yang betahan lebih lama. Ini biasa dikenal dengan
istilah “stemming aktual” atau “mood”.
3) Sikap: orang yang bersikap tertentu cenderung menerima atau menolak suatu
obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hak yang berguna
atau berharga baginya atau tidak. Dengan demikian siswa yang memandang
belajar di sekolah pada umumnya atau bidang studi tertentu sebagai sesuatu
yang sangat bermanfaat baginya akan memiliki sikap yang positif. Sebaliknya
siswa yang memandang itu semua sebagai sesuatu yang tidak berguna, akan
memiliki sikap negatif. Penilaian spontan melalui perasaan, berperan sebagai
aspek afektif dalam pembentukan sikap. Hasil refleksi ini menjadi aspek
kognitif dalam pembentukan sikap dan membuat sikap semakin tertanam