BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Landasan Teori
2. Model Jigsaw II
Termasuk pembelajaran kooperatif dengan sintaks pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan ajar membuat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi (Ngalimun, 2014: 169). 3. Metode Pembelajaran
Seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran (dalam Taniredja, 2014: 1).
4. Pengajaran Sastra di SMA
Pengajaran yang menyangkut seluruh aspek sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Sastra Perbandingan, dan Apresiasi Sastra (Ismawati, 2013: 1).
5. Silabus
Seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas (Muslich, 2007: 23).
6. RPP
Rancangan pembelajaran mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 45).
7. Novel
Bentuk sastra yang paling populer di dunia (Sumardjo, 1988: 37). 8. Tokoh
Orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiantoro, 2002: 165).
9. Penokohan
Individu yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (dalam Ismawati, 2013: 70).
10.Strukrtural
Karya sastra yang dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiantoro, 1995: 37).
F. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian ini terdiri dari lima bab. Bab I pada penelitian ini berisi pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan 6 hal, yaitu: (1) latar belakang, (2) batasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) sistematika penyajian, selanjutnya bab II dalam penelitian ini berisi landasan teori. Pada bab ini, akan diuraikan mengenai, (1) penelitian yang relevan, (2) kajian teori, dan (3) kerangka berpikir, selanjutnya bab III dalam penelitian ini berisi metodologi penelitian. Pada bab ini akan diuraikan mengenai, (1) jenis penelitian, (2) sumber data dan data penelitian, (3) metode penelitian, (4) instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik analisis data, selanjutnya bab IV dalam penelitian ini berisi hasil pembahasan dan penelitian. Pada bab ini akan diuraikan 2 hal, yaitu: (1) deskripsi data, dan (2) pembahasan hasil analisis yang ditemukan dalam novel
728 Hari karya Djono W. Oesman dan yang trakhir adalah bab V dalam penelitian ini, peneliti mendeskrisikan megenai kesimpulan dan saran.
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam penelitian relevan ini, peneliti menemukan beberapa penelitian yang menggunakan pembelajaran kooperatif model jigsaw sebagai strategi pembelajaran dan pengajaran sastra. Penelitian tersebut dilakukan oleh Benediktus Brian Prasetyo (2011), Delsiana Yos Sudarso Ngaga (2011), dan Utari Irmina Budi (2009).
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Benediktus Brian Prasetianto (2011) berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw”. Melalui penelitiannya, Benediktus berfokus pada jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI jurusan Bahasa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 25 orang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berhasil dilaksanakan, dan dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa yang ditandai, dengan meningkatnya nilai rata-rata dan presentase motivasi belajar dan prestasi siswa.
Penelitian terdahulu yang kedua, yaitu Delsiana Yos Sudarso Ngaga (2011) dengan judul “Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran Alur dan Tokoh
Novel Hilangnya Halaman Rumahku Karya Gregorius Budi Subanar Untuk Pembelajaran Sastra Di SMA Kelas XI Semester I”. Tujuan dari penelitian Delsiana, yaitu mendeskripsikan metode inkuiri terhadap tokoh dan alur novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar untuk siswa SMA kelas XI semester I. Hasil dari penelitiannya berupa penelitian deskriptif kualitatif, karena isi dari penelitian tersebut berupa gambaran metode inkuiri dan data diperoleh dari novel Hilangnya Halaman Rumahku.
Penelitian yang ketiga, yaitu Utari Irmina Budi (2009) berjudul “Peningkatan Kemampuan Kerja Sama Dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas X SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 Dengan Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw”. Hasil penelitian Utari merupakan jenis Penelitian Tindak Kelas (PTK). Bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan kerja sama siswa kelas X SMA Stella Duce Bantul tahun ajaran 2008/2009, dalam pembelajaran menulis dan mengetahui peningkatan aspek tatap muka antar anggota kelompok dalam pembelajaran menulis di SMA Stella Duce Bantul tahun ajaran 2008/2009. Peneliti menggunakan subjek penelitiannya, yaitu siswa sebanyak 18 siswa kelas X di SMA Stella Duce Bantul.
Perbedaan penelitian yang saya buat dengan peneliti sebelumnya, yaitu Benediktus Brian Prasetyo (2011), Delsiana Yos Sudarso Ngaga (2011), dan Utari Irmina Budi (2009), adalah lebih kepada pembelajaran membaca novel dengan menggunakan metode koopertif model jigsaw II. Kemudian di dalam penelitian saya, saya akan mendeskripsikan langkah-langkah metode
kooperatif model jigsaw II. Dengan merelevansikannya menggunakan bahan ajar berupa silabus dan RPP untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Peneliti juga merasa bahwa penelitiannya, dapat dijadikan bahan pengajaran sastra di SMA kelas XI semester I, karena sesuai dengan standar isi, yaitu SK/KD pada keterampilan membaca 7 dan KD. 7.2 tentang analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Kemudian saya menggunakan novel berjudul 728 Hari karya Djono W. Oesman dengan tahun terbit pada bulan oktober 2015, sebagai media untuk menganalisis unsur intrinsik tokoh dan penokohannya. Penulis dalam novel 728 Hari juga termasuk seorang tokoh wartawan yang bekerja di kantor Jawa Pos Surabaya. Dalam penelitian, peneliti juga menggunakan analisis struktural tujuannya, agar lebih mudah untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman.
B. Landasan Teori
1. Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif dibagi menjadi empat model yang dikembangkan dari pendekatan kooperatif ini, yaitu: (a) model STAD (Student Teams Achivement Division); (b) model jigsaw; (c) model investigasi kelompok; dan (d) pendekatan struktural. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Jigsaw (Muhammad Nurdin, 2011: 120). Model jigsaw adalah sebuah metode belajar kooperatif, yang menitikberatkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie (dalam Rusman,2011: 201), bahwa pembelajaran kooperatif
model jigsaw ini merupakan model belajar yang kooperatif, dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas lima sampai dengan enam orang secara heterogen. Kemudian siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
a. Karakteristik Metode Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran, yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu: 1) perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok; 2) perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar. Karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan; 3) perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi (Sanjaya, 2006: 242).
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif menurut (Ibrahim Muslimin, 2000: 3), terdapat empat ciri-ciri yang menjadi dasar keberhasilan kelompok belajar, yaitu:
1) Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswanya kompak dan mencapai keberhasilan belajar secara bersama-sama. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya; (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif; (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3) Kemampuan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip keberhasilan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajar kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4) Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.
c. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2005: 4) terdapat tujuh unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6) Siswa dibagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7) Siswa diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual meteri yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
2. Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle
yaitu menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zig-zag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam sub topik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi ke kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut
kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam sub topiknya dan mengajarkan informasi penting dalam sub topik tersebut kepada temannya. Ahli dalam sub topik lainnya juga bertindak serupa, sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
a. Kegiatan Pembelajaran Jigsaw II
Kegiatan pembelajaran jigsaw menurut Rusman (2011: 217) yang dilakukan oleh para siswa menyangkut beberapa hal, yaitu:
1) Melakukan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.
2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.
3) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
Agar lebih jelas peneliti membuat contoh skema model jigsaw sebagai berikut:
Model pembelajaran jigsaw dibedakan lagi menjadi tiga bagian, yaitu jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw III. Peneliti disini akan lebih berfokus dengan menggunakan model jigsaw II (Slavin, Isjoni, 2007: 75). Jigsaw II dapat digunakan manakala bahan yang akan dipelajari ditulis dalam bentuk narasi. Jigsaw II amat cocok digunakan pada pelajaran Ilmu Sosial, Sastra, beberapa bagian IPA. Dalam jigsaw II, siswa-siswa bekerja dalam kelompok-kelompok heterogen, sama seperti dalam STD. Kepada siswa diberikan bab-bab atau unit-unit lainnya untuk dibaca, dan juga diberikan “lembar ahli” yang memuat topik-topik yang berbeda untuk setiap anggota team dimana setiap anggota itu harus memusatkan perhatian pada apa yang diterimanya ketika ia membaca. Bila semua anggota telah selesai membaca, maka siswa dari team-team yang berbeda bertemu dalam suatu “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka selama 30 menit. Kunci untuk keberhasilan Jigsaw II adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung pada
Kel Asal 1 Kel Asal 2 Kel Asal 3 Kel Asal 4 Kel Asal5 Kel Asal 6 Kel Asal 7 Kel Ahli 2 Kel Ahli 1 Kel Ahli 3 Kel Ahli 4 Materi 1 Tokoh utama Materi 3 Teknik analitik Materi 4 Teknik dramatik Materi 2 Tokoh tambahan
temannya yang ada dalam kelompoknya untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk dapat berhasil dalam asesmen atau kuis (Isjoni dkk, 2007: 75).
Berdasarkan teori dan beberapa pengertian yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pembelajaran jigsaw yang dikembangkan oleh tokoh pertama kali, yaitu bernama Elliot Aronson. Kemudian, beberapa kali dikembangkan lagi oleh Slavin menjadi tiga bagian model jigsaw. Jigsaw I dan jigsaw II pada dasarnya sebenarnya sama, namun ada beberapa aspek yang membedakannya.
Jigsaw II merupakan sebuah adaptasi dari teknik jigsaw Elliot Aronson (1978). Jigsaw II dalam hal ini juga membantu siswa belajar setiap matapelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Seperti halnya pada jigsaw I, setiap siswa menjadi ahli dalam materi yang ditugaskan. Berikut adalah, sintaks langkah-langkah pembelajaran jigsaw I yang pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson:
1. Peserta didik dikelompokkan, dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.
2. Tiap peserta didik dalam tim mendapat materi yang sama, dan membaca semua materi.
3. Tiap peserta didik dalam tim berbagi tugas untuk membagi materi (sub bab mereka).
4. Peserta didik masuk ke dalam kelompok ahli masing-masing.
5. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli peserta didik kembali ke alam kelompok asal.
6. Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya. 7. Guru memberi evaluasi.
8. Penutup.
Setelah peneliti mengerti, dan tahu beberapa langkah-langkah pembelajaran yang terdapat di dalam pembelajaran model jigsaw I. Peneliti kemudian membandingkannya, dengan langkah-langkah pembelajaran model jigsaw II yang telah dimodifikasi oleh Slavin ke dalam langkah-langkah pembelajaran jigsaw II. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran model kooperatif jigsaw II yang telah dimodifikasi:
1. Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar.
2. Membaca
Peserta didik dikelompokkan menjadi kelompok dasar/asal. Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok bahasan/topik yang berbeda untuk mereka pelajari.
3. Diskusi kelompok ahli
Peserta didik yang mendapat topik yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli.
4. Presentasi kelompok asal
Setelah berdiskusi sebagai tim ahli setiap kelompok kembali ke dalam kelompok asal untuk mepresentasikannya, dan anggota kelompok yang lain mendengarkan.
5. Pendidik memberikan penguatan pada hasil diskusi 6. Guru membimbing peserta didik mengambil kesimpulan.
Sepintas sintaks model pembelajaran kooperatif model jigsaw II hampir sama dengan jigsaw I, seperti yang telah dipaparkan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw di atas. Salah satunya, dalam model jigsaw II membaca semua materi dapat membantu siswa untuk mendapat gambaran besar sebelum, mereka membaca kembali dan menemukan informasi yang berkaitan dengan topik yang ditugaskan. Kemudian apabila siswa harus membaca di kelas, bacaan tersebut harus dapat diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari setengah jam.
Kelebihan dari model jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca, semua materi yang membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami. Sedangkan, dalam jigsaw I siswa menerima penjelasan potongan materi dari teman kelompok asalnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa jadi siswa tersebut belum memahami materi.
Jigsaw II sangat cocok digunakan apabila materi yang dipelajari berbentuk narasi tertulis seperti pelajaran sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan pembelajaran lain yang lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan. Oleh karena itu, peneliti memilih metode pembelajaran model jigsaw II dalam bahan ajar pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Menurut, peneliti model jigsaw II bisa dipakai dalam pemberian materi ajar seperti sebuah bab suatu cerita, biografi, dan bahan deskriptif lainnya.