• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

6.6 Motivasi dan Hubungannya dengan Persepsi Keselamatan Mengendara

menyebutkan faktor pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan yang

sudah dikenal dapat mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan

terus berlaku karena menyenangkan, nyaman, serta menghemat waktu dan

perilaku ini cenderung berulang.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Widiyanti (2013) yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman dengan persepsi

risiko keselamatan berkendara. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain yaitu

pengetahuan. Pengetahuan siswa yang tinggi mengenai keselamatan

berkendara dapat menimbulkan persepsi atau berpendapat bahwa keselamatan

mengendarai sepeda motor itu penting, sehingga pengalaman siswa yang

sedikit dalam berkendara belum tentu berpendapat bahwa keselamatan

mengendarai sepeda motor itu tidak penting. Hal tersebut membenarkan

pernyataan Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan diperoleh dari

pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sehingga pengetahuan dan

pengalaman saling berhubungan.

6.6Motivasi dan Hubungannya dengan Persepsi Keselamatan Mengendarai Sepeda Motor

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (58,8%) siswa

memiliki motivasi yang tinggi mengenai keselamatan mengendarai sepeda

motor. Motivasi siswa terkait keselamatan mengendarai sepeda motor dapat

juga tinggi sehingga siswa akan fokus pada tujuannya yaitu berkendara

dengan aman dan selamat. Penelitian tersebut membenarkan pernyataan

Robbins (1996), yaitu motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas,

arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi

merupakan hasil dari interaksi antara individu dengan situasi. Setiap individu

memiliki dorongan motivasional dasar yang berbeda-beda.

Pada penelitian ini, motivasi diduga sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi keselamatan mengendarai sepeda motor. Menurut

Robbins (1996), motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

seseorang untuk berpersepsi tentang suatu objek. Dari hasil penelitian ini

didapatkan sebagian besar siswa yang memiliki motivasi rendah berpendapat

bahwa keselamatan mengendarai sepeda motor itu tidak penting daripada

siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam mengendarai sepeda motor

dengan selamat. Motivasi dalam hal ini dorongan atau kebutuhan siswa yang

tinggi untuk mengendarai sepeda motor dengan aman akan menimbulkan

persepsi yang positif terhadap keselamatan mengendarai sepeda motor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara motivasi dengan persepsi keselamatan mengendarai sepeda

motor. Hasil penelitian membuktikan teori Robbins (1996) yang

menyebutkan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang. Penelitian ini juga didukung dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widiyanti (2013) yang menyatakan adanya

hubungan antara motivasi dengan persepsi. Menurutnya semakin baik tingkat

pula persepsi responden terhadap keselamatan berkendara, begitu pula

sebaliknya semakin buruk tingkat motivasi responden terhadap keselamatan

berkendara maka semakin buruk juga persepsi responden tersebut terhadap

keselamatan berkendara.

Menurut A. H. Maslow, kebutuhan merupakan kekuatan (pendorong)

utama motivasi. Untuk memenuhi kebutuhan baik fisiologis, sosiologis dan

psikologis, kita memotivasi diri kita untuk berusaha memenuhi kebutuhan

tersebut. Jika kita ingin memotivasi seseorang, maka kita perlu memahami

sedang berada pada anak tangga manakah orang tersebut sehingga kita dapat

mengetahui hal-hal apa yang dapat memotivasi mereka untuk memenuhi

kebutuhannya. Pada penelitian ini terdapat perbedaan tingkatan kebutuhan

dimana responden berada pada tingkatan yang berbeda, hal ini menyebabkan

perbedaan antara motivasi tinggi dengan motivasi rendah terhadap persepsi

tentang keselamatan mengendarai sepeda motor.

Dari titik pandang motivasi, teori Maslow tersebut mengatakan bahwa

meskipun tidak ada kebutuhan yang pernah dipenuhi secara lengkap, suatu

kebutuhan yang dipuaskan secara cukup banyak (substansial) tidak lagi

termotivasi. Hal ini membuktikan bahwa ada responden pada tingkat pertama

(penghasilan untuk memenuhi rasa lapar, sandang dan pangan) belum merasa

puas terhadap kebutuhan itu maka responden tersebut akan berusaha

memenuhi kebutuhan itu sampai merasa puas. Hal ini mengakibatkan

kebutuhan tingkat berikutnya yaitu keselamatan (selamat/bebas dari bahaya)

belum menjadi prioritas. Sebaliknya responden pada tingkat ke empat yaitu

maka responden itu akan berusaha memenuhi kebutuhan itu sampai merasa

puas. Dimana pada tahap ini tingkat yang dibawahnya yaitu keselamatan

sudah terpenuhi kebutuhannya atau tidak lagi termotivasi.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini, yaitu didapatkan bahwa

banyak siswa yang memiliki motivasi rendah berpendapat bahwa keselamatan

mengendarai sepeda motor itu tidak penting yaitu sebanyak 39 (63,9%) siswa,

begitu sebaliknya banyak siswa yang memiliki motivasi tinggi berpendapat

bahwa keselamatan mengendarai sepeda motor itu penting sebanyak 54

(62,1%) siswa. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seseorang

yang mempunyai motivasi tinggi jika menganggap keselamatan merupakan

kebutuhan bagi dirinya atau seseorang yang ada di tingkat diatasnya sudah

terpenuhi kebutuhannya, maka ia akan mempersepsikan bahwa keselamatan

penting bagi dirinya. Dan sebaliknya seseorang akan mempunyai motivasi

rendah jika menganggap keselamatan bukan merupakan kebutuhan bagi

dirinya atau seseorang yang ada ditingkat dibawahnya belum terpenuhi

kebutuhannya, maka ia akan mempersepsikan bahwa keselamatan belum

perlu atau tidak penting bagi dirinya.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan persepsi yang baik, disarankan

kepada pihak sekolah untuk menumbuhkan persepsi yang baik tentang

keselamatan berkendara, salah satunya dengan meningkatkan motivasi

melalui kegiatan seperti promosi keselamatan, himbauan dan seminar safety riding bagi pengendara motor khususnya pada siswa SMA dan diharapkan kepada siswa untuk mengikuti pelatihan safety riding (berkendara dengan aman) dalam berlalu lintas yang diadakan oleh sekolah maupun kepolisian

Kota Depok agar siswa memperoleh informasi yang benar dan lengkap

mengenai safety riding dari sumber yang tepat, sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk menerapkan safety riding saat berkendara.

6.7Kepemilikan SIM dan Hubungannya dengan Persepsi Keselamatan

Dokumen terkait