BAB IV PEMBUBARAN BADAN KONSTITUANTE
C. Munculnya Demokrasi Terpimpin
Juni 1959, yang berisi melarang kegitan Politik. Keputusan Peperpu itu memang membawa dampak adanya ketenangan di berbagai daerah, namun belum menyelesaikan persoalan dan perselisihan yang terjadi di konstituante. Untuk itu diperlukan langkah guna menyelesaikan persoalan sercara mantap.
Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 Presiden Ir. Sukarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka. Hal ini diikuti oleh Jenderal Nasution, kepala staf Angkatan Darat, mengeluarkan maklumat mendukung Dekrit Presidan 5 Juli 1959, sekalipun mengeluarkan Perintah Harian yang di tujukan kepada seluruh anggota TNI untuk melaksanakan dan mengamankan dekrit tersebut. Dalam perkembangannya Mahkamah Agung mengeluarkan pernyataan yang membenarkan dekrit tersebut dengan membubarkan Badan Konstituante hasil Pemilu 1955.
C.Munculnya Demokrasi Terpimpin 1. Posisi Presiden Soekarno
Pada akhir tahun 1956 situasi sosial politik dan keamanan menunjukkan yang jelas akan membawa negara pada perpecahan nasional. Keadaan tersebut membuktikan tidak cocoknya sistem politik Demokrasi Liberal dengan jiwa bangsa Indonesia, yang ditandai pula dengan gejala bahwa sidang Konstituante yang mulai bersidang tanggal 10 November 1956 akan mengalami kemacetan.
Untuk mengatasi instabilitas yang sangat membahayakan keselamatan negara, pada tanggal 21 Februari 1956 di Istana Merdeka, di hadapan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pemimpin partai dan tokoh masyarakat Presiden Soekarno mengemukakan suatu konsepsi yang kemudian ternyata melahirkan perubahan sistem ketatanegaraan secara fundamental, yang selanjutnya dikenal dengan sebutan "Konsepsi Presiden". Konsepsi Presiden Soekarno yang dikemu-kakan dalam pidatonya itu, mengandung tiga pokok isi untuk mengadakan pembaruan dalam struktur sosial, struktur politik dan kehidupan poltik. Diperlukannya pembaruan kehidupan politik setelah hampir sebelas tahun merdeka, adalah karena ternyata sistem Demokrasi Parlementer barat tidak dapat jalan dan akhirnya mengalami kemacetan. Sebaliknya sistem yang menurut Presiden Soekarno cocok adalah sistem Demokrasi Terpimpin.20
Untuk mengadakan pembaruan struktur politik, dikemukakan bahwa pelaksanaan Demokrasi Terpimpin harus didukung oleh kekuatan-kekuatan yang mencerminkan aspirasi masyarakat secara berimbang. Oleh karena itu perlu dibentuk Kabinet Gotong Royong berdasarkan perimbangan kekuatan yang ada dalam masyarakat, yang anggotanya terdiri dari partai politik dan golongan. Dalam pembentukan Kabinet Gotong Royong ini, Presiden Soekarno mengetengahkan gagasan kegotongroyongan nasional berporoskan Nasakom. Oleh karena itu PKI harus diikutsertakan dalam Kabinet Gotong-Royong. Dalam rangka pembaruan struktur sosial, akan dibentuk Dewan Nasional yang akan dipimpinnya sendiri.
Dengan terbentuknya Dewan Nasional, terjadilah perubahan dalam sistem pemerintahan Indonesia yang jatuh pada sistem kekuasaan otoriter
20
http://penasoekarno.wordpress.com/2010/09/13/lahirnya-demokrasi-terpimpin/ 2 Februari 2012
40
yaitu berada dalam satu tangan yaitu Presiden Soekarno. Meskipun terdapat lembaga-lembaga seperti DPR, MPRS, tetapi dengan dibentuknta Dewan Nasional praktis kekuasaan berada di tangan Soekarno. Semenjak itu pula semua lembaga politik seperti DPR, MPRA, Dewan Nasional dan Dewan Perwakilan Agung bekerja dibawah komando Soekarno.
Persoalan negara yang berlarut dalam kekacauan politik, membuat Presiden Soekarno mengambil keputusan dengan cepat dalam menyelematkan negara. Ia membentuk badan-badan yang langsung berada di bawah komandonya seperti, DPA( Dewan Pertimbangan Agung), DPN(Dewan Perancang Perang Nasional), MPN( Majelis Pimpinan Negara). Presiden membentuk pula badan-badan yang membentunya pada waktu negara dalam keadaan darurat yaitu badan yang mencerminkan mesyarakat seperti, Front Nasional, BPPK (Badan Pengerahan Potensi Kerja) KOTI( Komandan Operasi Tertinggi), KOTOE( Komando Operasi Tertinggi Ekonomi, dan PARAN(Penertiban Aparatur Negara) dan Soekarno pimpinan hampir semua badan-badan tersebut.21
Posisi Presiden Soekarno sebagai pemimpin negara yang sentral, mulai memuncak pada tanggal 5 Juli 1959. Dengan jaminan dan dukungan Angkatan Bersenjata, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden dalam suatu upacara resmi di Istana Negara. Salah satu isi dari dekri ini adalah pembubaran Konstituante karena kegagalan badan ini dalam membentuk
21
Nazaruddin Sjamsuddin, Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek, Jakarta, Rajawali Pers. hal 188-190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
undang-undang baru. Pembubaran Konstituante ini menandai berlakukanya UUD 1945 dalam kerangka Demokrasi Terpimpin.
2. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dengan dibentuknya Dewan Nasional, maka dimulailah babak baru dalam permasalahn politik Indonesia. Sementara itu perdebatan-perdebatan Konstituante semakin berlarut-larut, tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan oleh rakyat dan membuat krisis nasional semakin parah. Melihat gelagat kegagalan Konstituante ini berbagai pihak mencari jalan keluar dari jalan-buntu politik yang sedang dihadapi. Pimpinan TNI Angkatan Darat, mengajukan gagasan kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Pada 17 Maret 19 , Dewan Nasional mengadakan sidang dan se-lanjutnya menyarankan pemerintah segera kembali kepada UUD 1945.
Dalam pidato 22 April 1959 di depan Konstituante , Presiden Soekarno atas nama pemerintah menganjurkan, supaya Konstituante dalam rangka pelaksanaan Demokrasi Terpimpin menetapkan saja UUD 1945 menjadi UUD Negara Republik Indonesia yang tetap. Sementara itu kalangan rakyat luas pun menuntut kembali ke UUD 1945, yang dinyatakan dalam beberapa rapat umum.
Sebelum Konstituante menerima atau menolak usul pemerintah itu, timbul amandemen dari golongan Islam yang mengusulkan supaya di-tambahkan kata-kata "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" ke dalam Pembukaan UUD 1945 sebagaimana
42
dapat dalam Piagam Jakarta. Usul amandemen ini ditolak Konstituante dalam sidang tanggal 29 Mei 1959, dengan perbandingan suara 201 setuju dan 265 menolak. Pada 30 Mei 1959 dilakukan pemungutan suara terhadap usul pemerintah, hasilnya ialah 269 lawan 199 dari jumlah 474 orang anggota yang hadir. Dengan demikian, meskipun mencapai kelebihan jumlah suara namun masih belum mencapai kuorum dua pertiga seperti disyaratkan UUDS 1950, pasal 37.22
Sesuai dengan tata tertib Konstituante dapat diadakan pemungutan suara dua kali lagi, tetapi pada pemungutan suara terakhir yang dilakukan pada tanggal 2 Juni 1959, tetap tidak tercapai kuorum. Pada keesokan harinya tanggal 3 Juni 1959 Konstituante mengadakan reses, yang kemudian ternyata tidak pernah lagi mengadakan sidang untuk selama-lamanya.
Dalam suasana sangat gawat karena memuncaknya krisis nasional, serta untuk menjaga kemungkinan timbulnya permasalahan politik yang meng-ancam keselamatan negara sebagai akibat ditolaknya usul pemerintah oleh Konstituante, maka KSAD Letnan Jenderal A.H. Nasution atas nama Pemerintah/Penguasa Perang Pusat (Peperpu), pada tanggal 3 Juni 1959 mengeluarkan peraturan No. Prt/Peperpu/040/1959 tentang larangan mengadakan kegiatan-kegiatan politik.
Kedaan darurat nasional dan kegagalan Konstituante dalam melaksanakan tugasnya akan mengancam perpecahan politk nasional. Dengan mendapat jaminan dan dukungan Angkatan Bersenjata, Presiden
22
Nugroho Notosusanto, Pejuang dan Prajurit, Jakarta, Sinar Harapa, hal 99-100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 dalam suatu upacara resmi di Istana Merdeka mengumumkan Dekrit Presiden. Adapun isi pokok Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut, yaitu :
1. Pembubaran Konstituante 2. Berlakunya kembali UUD 1945 3. Tidak berlakunya UUD 1950 (UUDS).
Di samping itu, ditetapkan pula bahwa akan segera dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS). Demi mengamankan Dekrit Presiden, Nasution sebagai pimpinanan Angkatan Darat mengeluarkan perintah harian yang bertujuan mengamankannya.23
23
http://boetarboetarzz.blogspot.com/2012/06/dekrit-presiden-5-juli-1959.html
44 BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan mengenai Badan Konstituante khusunya mengenai Peran Badan Konstituante Pada Masa Pemerintahan Liberal 1955-1959 adalah sebagai berikut:
1. Badan Konstituante merupakan lembaga negara Indonesia yang ditugaskan untuk membentuk undang-undang Dasar atau konstitusi baru untuk menggantikan UUDS 1950. Pembentukan UUD baru ini diamanatkan dalam Pasal 134 -139 UUDS 1950. Pada pasal tersebut berbunyi Konstituante (sidang pembuat undang-undang dasar) bersama dengan pemerintah selekas-lekasnya menetapkan Undang-Undang dasar Republik Indonesia menggatikan undang-undang sementara ini. Berdasarkan pasal tersebut, maka undang-undang-undang-undang sementara berlakunya untuk sementara waktu, dan kostitunate memeliki tugas untuk membuat undang-undang dasar yang berlaku permanen. Kelahiran Dewan Konstituante dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang disahkan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tanggal 15 Agustus 1950. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut maka pada tahun 1955 diselenggarakan pemilu pertama bangsa Indonesa saat pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap. Pemilu ini berlangsung dua periode, untuk periode pertama berlangsung pada tanggal 29 september 1955 bertujuan membentuk badan perwakilan dan untuk periode kedua berlansung pada tanggal 15 Desember 1955 bertujuan membentuk Badan Konstituante. Jumlah kursi dewan perwakilan yang diperebutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Terpilihnya 520 anggota Konstituante langsung diikuti oleh pelantikannya pada tanggal 10 November 1956 oleh Presiden Ir. Soekarno. Pada pelantikannya, Presiden Ir. Soekarno berpesan kepada Badan Konstituante untuk sesegara mungkin untuk membetuk undang-undang baru menggantikan UUD1950. Sedangkan untuk HAM, pada akhir kerja Konstituante berhasil mensahkan beberapa hak-hak yang diperoleh warga negara Indonesia.
2. Badan Konstuante mulai pelantikan anggota pada tanggal 10 November 1956 hingga sidang Konstituante yang terakhir tanggal 2 Juni 1939, berlangsung tujuh kali Sidang Pleno, satu kali pada tahun 1956, tiga kali pada tahun 1957, dua kali pada tahun 1958, dan satu kali pada tahun 1959. Dalam sidang-sidang tersebut menghasilakan berbagai hal yang sangan penting dalam bernegara khususnya dasar negara dan HAM. Dalam hal dasar negara terjadi perdebatan antara anggota Konstituante.Namun dalam perdebatan tersebut beberapa anggota Konstituante mendukung Pancasila sebagai dasar negara yang kostitusional.
3. Kemacetan sidang Konstituante itu dianggap sebagai kegagalan nasional. Melihat kondosi tersebut, muncul tuntutan masyarakat agar Konstituantememberlakukan kembali UUD 1945. Tuntutan tersebut kian mengemuka hingga perdana mentri Djuanda menganjurkan kepada badan tersebut untuk menetapkan kembali UUD 1945 sebagai undang - undang dasar negara kesatuan Indonesia. Anjuran tersebut didukung penuh oleh semua
46
anggota kabinet. Bahkan, pada 20 Februari 1959 Presiden Soekarno juga menyetujuinya. Berdasarkan usul Kabinet Karya yang memerintah pada saat itu, Presiden Soekarno pada 22 April 1959 berpidato di depan sidang Konstituante. Inti pidato tersebut ialah menganjurkan agar Konstituante menetapkan UUD 1945 menjadi UUD republik Indonesia. Menanggapi usul Presiden Soekarno tersebut, pada 29 April-13 Mei 1959 Konstituante mengadakan sidang dan pemungutan suara sebanyak 3 kali. Hasilnya memang lebih banyak setuju. Namun, jumlahnya tidak dapt memenuhi mayoritas karena tidak mencapai dua per tiga jumlah suara yang diperlukan. Oleh karena itu, hasil pemungutan suara tersebut tidak dapat dijadikan keputusan. Setelah gagal mencapai kata sepakat, banyak anggota dewan yang kemudian tidak mau hadir dalam sidang - sidang dewan selanjutnya. Untuk itu, tanggal 3 Juni 1959 Konstituante mengadakan reses ( istirahat ). Suasana yang serba tidak pasti ini tentu dapat membahayakan bangsa dan negara.. Melihat situasi ini, Penguasa Perang Pusat Letjen A.H. Nasution, mengeluarkan larangan bagi semua kegiatan politik. Dengan melihat kedaaan politik tersebut maka Presiden soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi berlakunya kembali UUD 1945 dan membubarkan Konstituante.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Buyung Nasution, 1995. Aspirasi Pemerintahan Kostitusional di Indonesia, Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959. Jakarta: PT. Intermasa
Kahar Hari Sumarno, 1984. Manusia Indonesia Manusia Pancasila. Jakarta: Ghalia Indonesia
Malian Sobirin, 2001. Gagasan Perluna Konstitusi Baru Pengganti UUD 1945. Yogyakarta : UII Press.
Muhammad Yamin, 1959. Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 jilid. Jakarta : Yayasan Prapanca.
Muhammad Yamin, 1956. Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demikrasi. Jakarta; Djambatan.
Nazaruddin Sjamsuddin, 1984 ,Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek. Jakarta: Rajawali Pers.
Nugroho Notosusanto, 1988. Pejuang dan Prajurit. Jakarta: Sinar Harapa Bintan Saragih, 1988. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Simorangkir, J.C.T.1984. Penetapan Undang-Undang Dasar Dilihat Dari Segi Ilmu Hukum Tata Indonesia. Jakarta : Gunung Agung.
Tim Pusdiklat Pegawai BPPK, 2001. Undang-Undang Dasar 1945 .Jakarta: BPPK.
Yahya Muhaimin, 1982. Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers
Sumber Internet http://isfanl.blogspot.com/2012/02/pembubaran-konstituante-dan-lahirnya.html http://www.syarikat.org/article/pemilu-indonesia-pertama-yang-damai-di-tahun-1955 http://konsepnegaraideal.blogspot.com/2009/05/aspirasi-pemerintahan-konstitusional.html http://boetarboetarzz.blogspot.com/2012/06/dekrit-presiden-5-juli-1959.html
Lampiran I SILABUS
Nama Sekolah : SMA
Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas / Semester : XII / 2 Tahun Pelajaran : 2011 / 2012
Standar Kompetensi : Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru Kompetensi
Dasar
Materi Pembelajaran
Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/Alat/ Bahan Belajar Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Peran Badan
Konstituante pada masa pemerintahan liberal 1955-1959
•Proses pembentukan Badan Konstituante
Dengan mengkaji buku, melakukan diskusi, presentasi, dan tanya jawab diharapkan siswa dapat : •Menganalisis proses pembentukan Badan 1. Kognitif : a. Produk •Menjelaskan peran Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal b. Proses •Menganalisis proses lahirnya Badan Konstituante • Test Tertulis • Non test •Uraian •Portofolio •Penugasan
• Apa peran Badan Konstituante?
• Apa penyebab bubarnya Badan Konstituante?
• Sebutkan isi Dekrit Presiden 1959 2 x 45 Menit Sumber : •I Wayan Badrika, 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga •Adnan Buyung Nasution, 1995. Aspirasi 48
•Peran Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal •Pembubaran Badan Konstitante Konstituante •Menganalisis Peran Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal
•Mengidentifikasi pembubaran Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal •Menganalisis peran Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal •Mengidentifikasi pembubaran Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal 2. Afektif : a. Karakter • Menghayati sikap nasionalisme atau semangat kebangsaan yang dimiliki oleh para Anggota Konstitunate dalam membuat undang-undang baru Pemerintahan Kostitusional di Indonesia, Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959. Jakarta:PT.Inter masa •Kahar Hari Sumarno, 1984. Manusia Indonesia manusia Pancasila. Jakarta: Ghalia Indonesia •Malian Sobirin, 2001. Gagasan Perluna Konstitusi Baru Pengganti UUD1945. Yogyakarta : 49
b. Keterampilan Sosial •Bekerjasama dalam kelompok dan menghargai pendapat teman yang berbeda. 3. Psikomotorik •Menunjukkan faktor penyebabab bubaranya Badan Konstituante UII Press. Alat : LCD,OHP, Kartu Soal, Kartu Nomor, Gambar, Peta dan Papan tulis.
Bahan : Power point, Kertas transparansi, Kertas, Gunting, Spidol, dan Kapur tulis. Yogyakarta, 4 Desember 2012 Guru Mata Pelajaran
Florianus Nelson Marius Sedik
50
51
Lampiran II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Sejarah Kelas / Semester : XII/ 2
Program : Ilmu Pengetahuan Sosial
Materi Pokok : Peran Badan Konstituante Pada Masa Pemerintahan Demokrasi Liberal 1955-1959
Waktu : 2 x 45 Menit
I. Standar Kompetensi
Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru
II. Kompetensi Dasar
Menganalisi pemerintahan dari Demokrasi Liberal sampai lahirnya Orde Baru. III. Indikator
1. Kognitif : a. Produk
• Menjelaskan peran Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal b. Proses
• Menganalisis lahirnya Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal
• Menganalisisperan Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal • Mengidentifikasipembubaran Badan Konstituante
2. Afektif : a. Karakter
• Menghayati sikap nasionalisme atau semangat kebangsaan anggota Konstituante dalam menyusun dasar negara dan HAM
52
b. Keterampilan Sosial
• Bekerjasama dalam kelompok dan menghargai pendapat teman yang berbeda.
3. Psikomotorik
• Menunjukkan faktor yang menyebabkan pembubaran Badan Konstituante
IV. Materi Pembelajaran (Terlampir) 1. Lahirnya Badan Konsttuante
2. Peran Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal 3. Pembubara Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal V. Model dan Metode Pembelajaran
• Model :
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAND(Student Team Achiviement) • Metode :
Diskusi, Presentasi, Evaluasi VI. Kegiatan Pembelajaran
A.Kegiatan tatap muka
No Kegiatan Pembelajaran Waktu
(Menit) 1. Pendahuluan
• Apersepsi :
Guru mengucapkan salam pembuka, dilanjutkan dengan pengkondisian kelas, berdoa, dan presensi.
Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, melalui tanya jawab dengan cara memberikan beberapa pertanyaaan.
• Motivasi :
Guru memberikan pre test kepada siswa sebagai pembuka sebelum masuk pada materi inti. Pre test ini bertujuan untuk mengaitkan pengetahuan siswa sebelumnya dengan
15’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
materi yang akan dipelajari serta untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan dibahas. Contoh soal pre test :
9 Sebutkan 5 partai pemenang pemlu tahun 1955? 9 Sebutkan 4tokoh yang terdapat dalam Badan
konstituante?
• Orientasi :
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang dicapai oleh siswa selama mengikuti kegitan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru menjelaskan gambaran secara umum kepada siswa mengenai peran Badan Konstituante pada masa pemerintahan liberal
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok (masing-masing terdiri dari 3-4 orang) dan setiap siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda sesuai dengan jumlah anggota kelompok tersebut.
Guru memberikan lembaran tugas sebagi bahan diskusi kelompok.
Elaborasi
Siswa bergabung dalam kelompok yang sudah dibentuk, masing-masing kelompok menyiapkan perwakilan untuk mengambil lembar tugas diskusi
Masing-masing kelompok membahas lembaran tugas yang telah dipilih dan menjawabnya melalui presentasi.
Konfirmasi
Siswa melakukan tanya jawab tentang materi diskusiyang dipresentasikan dengan bantuan guru sebagai fasilitator. Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi dan mencatat
hal-hal yang penting dari materi yang telah 60’
54
dipresentasikan.
Guru memberi klarifikasi pada jawaban yang kurang tepat dan memberi penguatan pada jawaban yang benar.
Guru memberikan refleksI, manfaat dan nilain yang diperoleh setelah mempelajari materi
3. Penutup
• Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas yaitu tentang Peran Badan Konstituante Pada Masa Pemerintahan Liberal 1955-1959.
• Siswa diberi kesempatan untuk mencatat kesimpulan dari hasil diskusi.
• Guru dan siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan manfaat serta nilai-nilai yang diperoleh setelah mempelajari materi yang telah didiskusikan.
• Guru memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran kepada siswa (tugas terstruktur dan tugas mandiri) dan rencana pembelajaran berikutnya.
15’
B.Tugas terstruktur
Siswa dalam kelompok kecil berdiskusi tentang : 1. Apa peran Badan Konstituante?
2. Mengapa Badan Konstituante dibubarkan? 3. Sebutkan isi Dekrit Presiden 1959?
4. Menyusun hasil diskusi dalam bentuk laporan tertulis. C.Tugas mandiri tidak terstruktur
Siswa secara individual mencari di perpustakaan dan internet artikel-artikel mengenai Dekrit Presiden 5 Jul 1959
VII.Sumber / Alat / Bahan Belajar • Sumber :
I Wayan Badrika, 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Adnan Buyung Nasution, 1995. Aspirasi Pemerintahan Kostitusional di Indonesia, Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959. Jakarta: PT. Intermasa
Kahar Hari Sumarno, 1984. Manusia Indonesia Manusia Pancasila. Jakarta: Ghalia Indonesia
Malian Sobirin, 2001. Gagasan Perluna Konstitusi Baru Pengganti UUD 1945. Yogyakarta : UII Press.
Muhammad Yamin, 1959. Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 jilid 1. Jakarta : Yayasan Prapanca.
Muhammad Yamin, 1956. Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demikrasi. Jakarta; Djambatan.
Nazaruddin Sjamsuddin, 1984 ,Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek. Jakarta: Rajawali Pers.
• Alat :
LCD, OHP, Kartu Soal, Kartu Nomor Soal, Peta dan Gambar. • Bahan :
Power point, Kertas transparansi, Kertas, Spidol, dan Kapur tulis. VIII.Penilaian
1. Aspek Kognitif (Terlampir) 2. Aspek Afektif (Terlampir)
3. NA = 70% Kognitif + 30% Afektif 4. Tindak lanjut
• Siswa dinyatakan berhasil apabila tingkat pencapaian KKM 75
• Memberikan program remidi untuk siswa yang tingkat pencapaiannya kurang dari 75
• Memberikan program pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapaiannya lebih dari 75.
Yogyakarta, 4 Desember 2012
Guru Mata Pelajaran
Florianus Nelson Marius Sedik
56
Lampiran Materi Pembelajaran
A. Proses Awal Pembentukan Bada Konstituante 1. Lahirnya Badan Konstituante
Badan Konstituante merupakan lembaga negara Indonesia yang ditugaskan untuk membentuk undang-undang Dasar atau konstitusi baru untuk menggantikan UUDS 1950. Pembentukan UUD baru ini diamanatkan dalam Pasal 134 -139 UUDS 1950. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut maka pada tahun 1955 diselenggarakan pemilu pertama bangsa Indonesa saat pemerintahan Kabinet Baharuddin Harahap. Pemilu ini berlangsung dua periode, untuk periode pertama berlangsung pada tanggal 29 september 1955 bertujuan membentuk badan perwakilan dan untuk periode kedua berlansung pada tanggal 15 Desember 1955 bertujuan membentuk Badan Konstituante. Jumlah kursi dewan perwakilan yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Terpilihnya 520 anggota Konstituante langsung diikuti oleh pelantikannya pada tanggal 10 November 1956 oleh Presiden Ir. Soekarno.
2. Struktur Organisasi Badan Konstituante
Terbentuknya Badan Konstituante UUD 1950 tidak mengatur struktur organisasi Konstituante, tetapi Pasal 136 menetapkan bahwa semua pasal dalam UUD 1950 tentang DPR dapat diterapkan pada Konstituante. Dalam struktur organisasinya tertera dalam PTTK yang terdiri dari Sidang pleno, Pemimpin, yakni ketua dan wakil-wakil ketua, Panitia Persiapan Konstitusi, Komisi-komisi konstitusi, Panitia Musyawarah, Panitia Rumah Tangga, panitia-panitia lain (sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 40 (2) PTTK dan (viii) Sekretariat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
B.
Peran Badan Konstituante1. Penegasan Komitmen Terhadap Demokrasi
Usaha Badan Konstituante mulai dari perumusan prosedur dan pemilihan kepemimpinannya, penyusunan peraturan tata-tertib, penyusunan agenda, perdebatan dan keputusan, hingga pemungutan suara terakhir terhadap usul Pemerintah untuk kembali ke UUD 1945 merupakan perwujudan demokrasi.
2. Penegasan Komitmen Terhadap HAM
Pada tanggal 4 November 1957 mendiskusikan dibentuk Panitia Perumus untuk menyimpulkan hasil perdebatan tentang HAM dan merumuskan rancangan keputusan tentaug HAM yang akan diambil oleh sidang pleno. Laporan Panitia Perumus disampaikan pada tanggal 19 Agustus 1958. Laporan ini berisi 88perumusan yang menyangkut 24 hak asasi yang berasal dari daftar I; 18 hak warga negara; 13 hak tambahan yang belum diputuskan apakah akan dimasukkan sebagai hak asasi manusia atau hak