• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO KISARAN INDEKS

Dalam dokumen RPIJM Kabupaten Majalengka (Halaman 35-44)

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

NO KISARAN INDEKS

RATA-RATA KECAMATAN KELAS KETERANGAN

1 1.64 – 2.01 Kertajati – Ligung – Dawuan dan Kasokandel – Jatiwangi

D Kurang

Berpotensi 2 2.01 – 2.31 Palasah – Leuwimunding - Panyingkiran –

Majalengka – Cigasong – Sukahaji dan Sindang – Bantarujeg dan Malausma– Talaga – Cingambul

C Potensi Sedang

3 2.31 – 2.61 Sumberjaya – Rajagaluh – Maja – Lemahsugih

– Banjaran B Berpotensi

4 2.61 - 3.14 Kadipaten – Sindangwangi – Argapura –

Jatitujuh – Cikijing A Sangat Berpotensi

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

2.5.3 GEOLOGI

Kondisi geologis dan geografis menunjukkan bahwa di Kabupaten Majalengka terdapat sesar baribis yang dicurigai merupakan patahan rawan gempa. Gempa bumi yang terjadi pada 6 Juli 1990 dengan kekuatan 5,1 skala Richter (BMG) atau 5,8 Mb dengan kedalaman 3,3 km diperkirakan berkaitan dengan local extention di volcanik arc pada lajur sesar Baribis yang berarah Barat Laut Tenggara. Litologi geologinya terutama untuk daerah Selatan dan Timur menunjukkan ciri rawan gerakan tanah.Hal ini terbukti dari jumlah kejadian bencana akibat gerakan tanah yang terjadi di daerah Selatan dan Timur wilayah Kabupaten Majalengka. Jenis litologi gunung api muda aluvial ternyata potensial untuk air tanah.

1. Aluvium, seluas 17.162 ha (14,25%) terdapat di Kecamatan Cikijing, Dawuan Jatijutuh, Jatiwangi, Kadipaten, Kertajati, Ligung, Sumberjaya, Talaga, Palasah, dan Cingambul.

2. Pleistocene Sedimentary Facies, merupakan batuan endapan yang berumur.

Pleistocene seluas 13.716 ha (13,39%) terdapat di Kecamatan Agrapura, Bantarujeg, Jatitujuh, Kertajati, dan Lemahsugih.

3. Miocene Sedimentary Facies, merupakan batuan endapan berumur.

Miocene seluas 23.480 Ha (19,50%) terdapat di Kecamatan Agrapura, Bantarujeg, Cikijing, Dawuan, Kadipaten, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Talaga, Panyingkiran, Banjaran dan Cingambul.

4. Undifferentioned Volcanic Product, merupakan batuan endapan hasil

Gunung Api Muda berupa andesit seluas 51.650 ha (42,89%) tersebar di 20 Kecamatan kecuali Kecamatan Cikijing, Kertajati, dan Banjaran.

5. Pliocene Sedimentary Facies, merupakaan batuan endapan yang berumur Pliocene seluas 3.870 ha (3,22%) terdapat di Kecamatan Bantarujug, Dawuan, Lemahsugih, Leuwimunding, Maja, Majalengka, Rajagaluh, Sukahaji, Payingkiran, Cigasong, dan Sindangwangi.

6. Lipanite Dasite, seluas 179 ha (0.15%) terdapat di Kecamatan

Leuwimunding

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

Gambar 2.5

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

8. Old Quartemary Volcanic Product, merupakan batuan endapan gunung api

tua yang berumur quarter seluas 10.283 ha (8.54%) terdapat di Kecamatan Argapura, Bantarujeg, Cikijing, Ligung, Talaga dan Banjaran.

Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Jenis tanah memegang peranan penting dalam menentukan sifat dan tingkat kesuburan tanah dalam menunjang kegiatan pertanian di suatu daerah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu bahan induk, topografi, vegetasi dan waktu yang akan menghasilkan jenis-jenis tanah yang berbeda sifat dan tingkat kesuburannya. Berdasarkan penyebarannya jenis tanah di Kabupaten Majalengka dapat dikategorikan ke dalam 15 jenis tanah sebagai berikut : (Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2.6)

1. Asosiasi podsolik kuning dan hidromorf kelabu seluas 10.767 Ha (8,94 %)

yang tersebar di lima Kecamatan yaitu Jatiwangi, Kertajati, Jatitujuh, Ligung dan Palasah.

2. Grumosol kelabu seluas 14.137 Ha atau sebesar 11,74 % terdapat di Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg dan Malausma, Maja, Panyingkiran, Kertajati dan Jatitujuh.

3. Asosiasi grey humus rendah dan aluvial kelabu seluas 10.609 Ha (8,81 %)

terdapat di Kecamatan Kadipaten, Dawuan dan Kasokandel, Kertajati, Jatitujuh dan Ligung.

4. Asosiasi mediteran coklat dan grumosol seluas 9.781 Ha (8,2 %) terdapat

di Kecamatan Cigasong, Sukahaji dan Sindang, Sindangwangi, Leuwimunding, Jatiwangi, Dawuan dan Kasokandel, Sumberjaya dan Palasah.

5. Asosiasi regosol kelabu, regosol coklat keabuan dan latosol terdapat di Kecamatan Argapura, Rajagaluh, Sindangwangi dan Dawuan,Kasokandel. Merupakan jenis tanah yang paling sedikit yang ada di Kabupaten Majalengka dengan luas 846 Ha atau sekitar 0,70 %.

6. Asosiasi regosol coklat dan regosol coklat terdapat di Kecamatan Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding dan Sumberjaya dengan luas 5.469 Ha (4,54 %).

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

7. Asosiasi latosol coklat dan regosol coklat hanya terdapat di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Rajagaluh, Sindangwangi dan Kertajati seluas 3.883 Ha (3,22 %).

8. Komplek podsolik merah kekuningan, podsolik kuning dan regosol seluas 10.573 Ha (8,78 %) terdapat di Kecamatan Bantarujeg dan Malausma, Cikijing, Cingambul, Maja dan Majalengka.

9. Latosol coklat kemerahan terapat di 3 Kecamatan yaitu di Kecamatan Cikijing, Cingambul dan Talaga, seluas 6.499 Ha (5,40 %).

10. Asosiasi landosol coklat dan regosol coklat seluas 13.023 Ha (10,81 %) terdapat di Kecamatan Lemahsugih, Banjaran, Argapura, Maja, Sukahaji,Sidang, Rajagaluh dan Sindangwangi.

11. Asosiasi podsolik merah seluas 1.987 Ha (1,65 %) terdapat di Kecamatan Bantarujeg,Malusma, Talaga dan Jatiwangi.

12. Latosol coklat merupakan jenis tanah yang paling banyak terdapat di Kabupaten Majalengka dengan luas 16.327 Ha ( 13,56 %) terdapat di Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma,Talaga, Banjaran, Argapura, Maja, Majalengka, Cigasong, Jatiwangi, Kadipaten, Panyingkiran dan Dawuan serta Kasokandel.

13. Regosol coklat seluas 3.057 Ha (2,54 %) terdapat di Kecamatan Argapura, Maja, Majalengka, Cigasong dan Sukahaji serta Sindang.

14. Aluvial kelabu seluas 11.378 Ha (9,70 %) terdapat di Kecamatan Cikijing, Talaga, Sukahaji, Sindang, Jatiwangi, Kadipaten, Panyingkiran, Dawuan,Kasokandel , Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya dan Palasah.

15. Grumosol kelabu kekuningan, regosol kelabu dan mediteran kekuningan terdapat di Kecamatan Talaga, Kadipaten dan Dawuan,Kasokandel seluas 1.788 Ha (1,48 %).

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

2.5.4 KLIMATOLOGI

Kondisi iklim suatu wilayah dapat dilihat dari keadaan curah hujan, hari hujan, temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan itensitas penyinaran matahari.

1. Curah Hujan

Curah hujan disuatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografis dan perputaran/pertemuan arus udara. Sepanjang tahun 2012 Kabupaten Majalengka diguyur hujan hampir setiap bulan kecuali bulan Juli, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember 2012 yang mencapai 494 mm dengan jumlah hari hujan 22, dan terendah pada bulan Agustus yaitu 44 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 1.

Kecepatan angin di wilayah Kabupaten Majalengka rata-rata berkisar antara 4 knot sampai 5 knot dan kecepatan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 20 knot. Faktor lain yang mempengaruhi hujan dan arah/kecepatan angin adalah perbedaan tekanan udara.

a. Curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi adalah curah hujan > 351 mm/bln, kondisi ini terjadi pada pada bulan Januari-Februari, April, dan November – Desember.

b. Curah hujan dengan intensitas sedang adalah curah hujan 131 - 350 mm/bln, kondisi ini terjadi pada bulan Mei, Juni, dan Oktober.

c. Curah hujan dengan intensitas rendah adalah curah hujan < 130 mm/bln, kondisi ini terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September.

2. Temperatur

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jarak dari pantai. Pada tahun 2012 suhu udara di Kabupaten Majalengka rata-rata berkisar antara 26,7°C sampai 29,7°C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Oktober yaitu 35,4°C, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Juni dengan suhu sebesar 22,7°C.

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

Gambar 2.5 Peta Geologi

3. KelembabanRelatif

Sepanjang tahun 2012 kelembaban relatif rata-rata 61 % - 86 % sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Mjalengka termasuk daerah dengan kelembaban relatifnya sedang. Kelembaban relatif wilayah Kabupaten Majalengka cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 86 % pada tahun 2012 Pada bulan Januari-Maret, April-Mei, November-Desember merupakan bulan-bulan dengan tingkat kelembabannya berada diatas rata-rata, sedangkan tingkat kelembaban relatif rendah bulan agustus-oktober berada di bawah rata-rata yaitu berkisar.

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

1. Kecepatan Angin

Kecepatan angin di wilayah Kabupaten Majalengka rata-rata berkisar antara 3 knot sampai 6 knot dan kecepatan tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 22 knot. Faktor lain yang mempengaruhi hujan dan arah/kecepatan angin adalah perbedaan tekanan udara.

2. Itensitas Penyinaran Matahari

Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan penyinaran matahari pada tiap bulannya. Itensitas penyinaran matahari di Kabupaten Majalengka selama tahun 2011 berkisar 32 % - 96%,hal ini berarti rata-rata efektifitas lama penyinaran yang terjadi di Kabupaten Majalengka berkisar 60% hari tiap bulannya.

Tabel 2.24

Keadaan Cuaca Di Kabupaten Majalengka Tahun 2011

Bulan Temperatur (

0C )

Rata-rata Maximum Minimum

(1) (2) (3) (4) Januari 26,7 31,6 24,0 Februari 27,0 32,1 24,0 Maret 26,9 32,3 23,9 April 27,7 33,0 24,3 Mei 27,9 33,2 23,9 Juni 27,2 32,9 22,7 Juli 27,4 33,2 22,8 Agustus 27,7 34,0 22,9 September 28,6 35,1 23,9 Oktober 29,7 35,4 24,8 November 28,7 34,0 24,9 Desember 27,1 32,3 24,4

Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Jatiwangi , Data Sektoral Kab.Majalengka 2013

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

2.5.5 DATA RISIKO BENCANA ALAM

Secara umum dilihat dari kondisi geografis, wilayah Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan terjal dengan ketinggian 400 - 500 m diatas permukaan laut dan berhawa relatif panas.

Berdasarkan posisi tersebut di atas, maka hampir seluruh Kabupaten Majalengka mempunyai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi setiap saat dan sangat sukar diperkirakan kapan dan dimana persisnya bencana tersebut akan terjadi. Kabupaten Majelengka termasuk daerah rawan terjadinya bencana seperti halnya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain kondisi geologisnya menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat perbukitan dan aliran sungai yang cukup besar.

Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka yang kondisi geologisnya terdiri dari pegunungan dan perbukitan sangat berpotensi terjadinya longsor bencana pergeseran tanah di daerah ini, sesuai hasil pemetaan Badan Vulkanologi dan Mitigasi Jawa Barat.

Sedangkan wilayah utara yang merupakan dataran rendah sangat berpotensi terjadinya bencana banjir, dan abrasi sungai, hal ini sebagai konsekwensi adanya beberapa aliran sungai yang cukup besar serta banyaknya sungai – sungai kecil yang bermuara di sungai – sungai besar. Curah hujan yang cukup tinggi menjadi penyebab utama timbulnya bencana abrasi dan banjir.

Selain hal tersebut di atas Kabupaten Majalengka mendapat julukan Kota Angin karena sepanjang tahun hembusan angin yang cukup kencang sering terjadi.Hal ini dapat menyebabkan terjadinya puting beliung yang melanda Kabupaten Majalengka dan sering menimbulkan kerugian harta benda masyarakat.

Peristiwa bencana tersebut tidak mungkin dihindari tetapi yang dapat kita lakukan adalah memperkecil terjadinya korban jiwa, harta benda maupun lingkungan. Banyaknya korban jiwa maupun harta benda peristiwa bencana yang selama ini terjadi, lebih sering disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman pemerintah maupun masyarakat terhadap potensi kerentanan bencana serta

RPIJM Kabupaten Majalengka2015-2019

upaya mitigasinya.Mengamati fenomena-fenomena diatas, Kabupaten

Majalengka yang relatif tidak aman dari bencana, namun demikian harus tetap waspada agar dampak negatifnya berupa korban jiwa dan harta benda dapat diminimalisir.

Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.25

Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka

Dalam dokumen RPIJM Kabupaten Majalengka (Halaman 35-44)

Dokumen terkait