• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

D. Obat Depresan Susunan Saraf Pusat

Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat

13

tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu

hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma, dan mati, bergantung kepada dosis.

Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktifitas, menurunkan respons, terhadap

perangsangan emosi dan menenangkan (Mycek et al., 1997). Hipnotik adalah

obat-obat yang digunakan untuk menimbulkan efek mengantuk dan tidur,

sedangkan sedatif digunakan untuk menenangkan kecemasan dan kegelisahan

pasien, dapat menidurkan tanpa secara langsung menyebabkannya. Tidak ada

batas yang jelas antara kedua-duanya, dosis hipnotik yang kecil sering digunakan

sebagai sedatif. Namun sebaliknya dosis sedatif yang besar selain dapat

menimbulkan rasa kantuk dan tidur, dapat juga menimbulkan efek yang tidak

diinginkan seperti waktu tidur yang terlalu panjang (Bowman & Rand, 1980).

Pada manusia tujuan menggunakan hipnotik adalah untuk tidur normal

dimana pasien dapat bangun tanpa mengakibatkan hang over. Pada hewan

percobaan istilah hipnotik digunakan untuk suatu tingkat tekanan sentral obat

yang menginduksi ketidaksadaran berkaitan dengan hilangnya kekuatan otot dan

reflek balik badan. Banyak dari tes farmakologi didasari pada potensiasi induksi

waktu tidur oleh barbiturat atau agen sedatif lainnya (Vogel, 1999).

Obat depresan dapat memperpendek waktu induksi tidur dan

memperpanjang waktu lama tidur dibandingkan dengan kelompok kontrol yang

hanya diberi vehikulum. Potensiasi narkose disebut juga kemampuan obat untuk

memperpendek waktu induksi dan memperpanjang lama waktu tidur (Anonim,

14

Adapun obat depresan susunan saraf pusat yang dipakai dalam penelitian

ini yaitu:

1. Diazepam

a. Kimia.

Rumus molekul: C16H13ClN2O

Nama kimia :7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on

BM : 284,7

pKa : 3,7; 3,2

Kelarutan : dalam air sangat sedikit dan dalam alkohol yaitu 1 dalam 25

(Dollery, 1999)

Gambar 5. Struktur kimia diazepam

b. Mekanisme kerja. Mycek et al. (1997) menjelaskan bahwa diazepam

merupakan derivat dari benzodiazepin, yang kerjanya secara bersama-sama

dengan GABA meningkatkan afinitas terhadap sisi ikatannya tanpa perubahan

jumlah total sisi tersebut. Pengikatan GABA (asam gama aminobutirat) ke

reseptornya pada membran sel akan membuka saluran klorida, meningkatkan efek

konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi

N N

O

Cl

15

lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan

pembentukan kerja-potensial. Benzodiazepin terikat pada sisi spesifik dan

berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA.

Reseptor benzodiazepin terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar dengan

neuron GABA. Pengikatan benzodiazepin (diazepam) memacu afinitas reseptor

GABA untuk neotransmiter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang

berdekatan lebih sering terbuka. Keadaan tersebut akan memacu hiperpolarisasi

dan menghambat letupan neuron.

c. Farmakologi klinik. Diazepam dalam standar dosis klinik dapat

menyebabkan berkurangnya kecepatan respirasi dan kerja ventrikel kiri.

Diazepam untuk ansietas dan hipnotik hanya memberikan efek tidur REM.

Diazepam menyebabkan meningkatnya aktivitas β pada EEG (Dollery,1999). d. Farmakokinetika

Absorbsi oral 100%

Metabolisme prasistemik Tidak signifikan Waktu paruh dalam plasma

Kisaran 20-100 jam

rata-rata 30 jam

Volume distribusi 1,1 l/kg

Ikatan dengan protein plasma 97%

(Dollery,1999)

e. Metabolisme. Diazepam dimetabolisme di hati kemudian sebagian

besar diekskresi lewat urin. Terdapat 3 jalur biotranformasi, yaitu N-demetilasi,

hidroksilasi, dan konjugasi asam glukuronat; menghasilkan 3 metabolit aktif.

N-desmetildiazepam merupakan metabolit diazepam yang memiliki profil

16

yang lebih lama. Metabolit ini akan diubah dengan hidroksilasi menjadi oxazepam

Metabolit ketiga adalah temazepam, hasil hidroksilasi diazepam. Temazepam dan

oxazepam juga aktif namun waktu paruhnya lebih singkat dari diazepam.

Temazepam dan oxazepam kemudian dikonjugasi oleh asam glukuronat dan

dieliminasi lewat urin.

(Dollery, 1999)

f. Indikasi. Indikasi dari obat diazepam adalah sebagai berikut :

(1). Manajemen untuk ansietas. Diazepam digunakan sangat luas untuk

penanganan simtomatik dengan waktu pendek pada ansietas ringan, eksitasi,

agitasi, ketakutan, tingkah laku yang berlebihan, dan tekanan seperti

psikoneurosis, reaksi ansietas, kondisi stres, dan ansietas dengan ekspresi somatik.

(2). Penarikan kembali penggunaan alkohol akut. Diazepam mungkin berguna

dalam simtomatik pada agitasi akut, dan tremor.

(3). Untuk kejang otot skeletal. Diazepam dapat digunakan sebagai tambahan

bantuan untuk kejang otot skeletal karena reflek kejang patologi lokal seperti

inflamasi pada otot dan sendi atau trauma; spastisiti dikarenakan kekacauan saraf

neuron paling atas, kelumpuhan otak dan paraplegia.

(4). Basal sedasi. Diazepam diberikan secara parenteral ketika respon cepat dan

mungkin berguna dalam ansietas akut atau tekanan yang berhubungan dengan

kondisi stres dan kekacauan emosi non psikotik.

(5). Penanganan untuk keadaan epilepsi dan keadaan kejang.

(6). Keadaan eksitasi. Keadaan ini meliputi kadaan ansietas akut, ketegangan otot,

17

(7). Pramedikasi untuk prosedur operasi.

(Dollery, 1999)

g. Dosis. Dosis diazepam untuk ansietas menurut Dollery (1999) adalah

2-10 mg.

2. Natrium Tiopental

a. Kimia.

Rumus molekul : C11H17N2SNaO2

Nama kimia : garam

(R,S)-5Etildihidro-5-(1-metilbutil)-2-tiokso-4,6(1H,5H)-pirimidindion mononatrium

BM : 264,3

pKa : 7,6

Kelarutan : dalam air yaitu 1dalam 1,5 dan dalam alkohol yaitu 1

dalam 10 hingga 1 dalam 30

N NH O O H3CH2C H3CH2CH2CHC SNa CH3 (Dollery, 1999)

Gambar 6. Struktur kimia natrium tiopental

b. Mekanisme kerja. Tiopental termasuk golongan barbiturat, yang

kerjanya secara tepat masih belum diketahui (Dollery, 1999). Barbiturat

barangkali mengganggu transpor natrium dan kalium melewati membran sel. Ini

18

polisinaptik SSP dihambat. Barbiturat juga meningkatkan fungsi GABA

memasukan klorida ke dalam neuron, meskipun obatnya tidak terikat pada

reseptor benzodiazepin (Mycek et al., 1997)

c. Farmakologi klinik. Pada dosis yang cocok, tiopental akan

menginduksi anestesi dan penekanan pusat terjadi dalam waktu, 1 menit setelah

pemberian. Hilangnya ketidaksadaran terjadi secara perlahan, walau

kadang-kadang disertai dengan sedikit gerakan otot yang spontan. Konsentrasi plasma

yang dibutuhkan untuk anestesi pasien yang sehat adalah 40 μg/l (Dollery,1999). d. Farmakokinetika. Tiopental terikat dengan protein plasma dengan

derajat ikatan 50-80%. Karena sifatnya yang sangat larut lipid, molekul bebas

tiopental dapat mudah melintasi barier otak. Waktu paruh distribusi yaitu 8,5

menit dalam fase yang cepat dan 63 menit dalam fase yang lambat. Klirensnya

sebesar 3,4 ml/kg per menit. Waktu paruh eliminasi yaitu kira-kira 9 jam

(Dollery,1999).

e. Metabolisme. Metabolisme utama tiopental terdapat di hati.

Metabolisme berjalan lambat dengan oksidasi pada rantai 1-metil-butil menjadi

metabolit yang tidak aktif (Dollery,1999).

f. Indikasi. Indikasi dari obat natrium tiopental adalah sebagai berikut :

(1). Sebagai antikonvulsan.

(2). Induksi anestetika umum.

(3). Untuk pemeliharaan anestetika umum pada pemberian berkala atau infusi

19

(4). Dapat juga sebagai pencegah dan terapi dari iskemia otak.

(Dollery,1999)

g. Dosis. Dosis normal diberikan 4-5 mg/kgBB. Pada anak-anak dosis

diberikan 6-8 mg/kgBB, sedangkan pada manula dosis diberikan hanya 2-2,5

mg/kgBB (Dollery, 1999).

Dokumen terkait