• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI TENTANG EKARISTI,

A. Sakramen Ekaristi

4. Orang Muda

a. Istilah Kata Orang Muda

Istilah kata kaum, golongan, kelompok orang muda memiliki arti yang bermacam-macam tergantung sudut pandang dan konteks. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dimaksud dengan orang muda adalah anak-anak manusia yang berusia 15-24 Tahun. Menurut UU Perkawinan RI, Tahun 1974, orang muda adalah muda-mudi yang telah melewati umur kanak-kanak dan belum mencapai umur untuk dapat menikah sesuai dengan peraturan UU Perkawinan. Laki-laki minimal berumur 19 Tahun dan perempuan minimal berumur 16 Tahun. Demikian pula dalam organisasi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi anggota dengan umur minimal yang telah ditentukan antara 15-40 Tahun. Di dunia politik, budaya, ekonomi dan keagamaan yang dimaksud dengan orang muda yaitu mereka yang relatif belum lama bergerak atau berperan penting dalam bidang tertentu. Khawatir akan terjadi salah pengertian, pemahaman orang muda merujuk pada suatu kaum, golongan atau kelompok orang yang muda usia. Dengan demikian orang muda berarti laki-laki dan perempuan yang berumur 15-21 tahun. Ilmu psikologi memahami orang muda sebagai remaja, adolescent, mencakup laki-laki dan perempuan yang masih dalam usia Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) dan Perguruan Tinggi (PT) semester I-IV (Mangunhardjana, 1986:11).

b. Perkembangan Orang Muda

Maunhardjana (1986: 12) dalam tulisannya menguraikan bahwa pada usia transisi masing-masing pribadi orang muda sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan yang dimaksud dalam hal fisik, mental, emosional,

sosial, moral dan rohani melalui berbagai masalah yang mereka alami dari dalam maupun luar diri. Berikut akan dijelaskan secara singkat perkembangan dari masing-masing aspek :

1) Pertumbuhan secara Fisik

Pertumbuhan secara fisik merupakan aspek yang paling cepat terlihat dari pertumbuhan lainnya. Laki-laki yang tumbuh secara fisik akan semakin memperlihatkan jadi dirinya sebagai laki-laki dan demikian pula dengan perempuan akan tumbuh untuk menegaskan dirinya sebagai perempuan. Situasi tahap ini pada umumnya memberi dampak kecemasan bagi mereka, entah karena cepatnya pertumbuhan, tidak ideal atau tidak sesuai dengan pertumbuhan yang mereka harapkan. Misalnya tinggi badan, berat badan, bentuk tubuh, identitas sebagai wanita dan pria tidak yang kurang ideal. Secara fisik mereka telah tumbuh, namun secara mental mereka belum siap menerima perubahan yang mereka rasakan secara fisik maupun sosial serta belum mampu untuk mengatasi berbagai masalah yang dialami. Singkatnya secara biologis mereka telah mampu dalam pengalaman seksual, namun secara psikologis mereka belum mampu bertanggungjawab dalam komitmen perkawinan (Mangunhardjana, 1986:12-13).

2) Perkembangan Mental

Perkembangan mental terlihat dari perubahan-perubahan yang terjadi dari segi intelektual dan kedewasaan dalam berpikir. Masa kanak-kanak konsep berpikir konkret, sedangkan orang dewasa konsep berpikir menjadi lebih abstrak, terlihat melalui pemilihan kata yang digunakan dalam berbicara. Selain itu orang dewasa memandang dan memutuskan sesuatu lebih kritis serta penuh

pertimbangan matang. Cara berpikir demikian membuat mereka dapat merumuskan jati diri, peranan, panggilan hidup, peranan dan masa depan yang mereka harapkan. Situasi ini menjadi masalah yang cukup berat bagi masing- masing pribadi orang muda, maka pada tahap ini mereka sering terlihat murung, gelisah dan sering melamun (Mangunhardjana, 1986: 13).

4) Perkembangan Emosional

Perkembangan emosional berkaitan dengan perkembangan fisik orang muda. Dengan terjadinya perubahan fisik, maka akan terjadi perubahan keseimbangan hormon-hormon dalam tubuh. Perkembangan emosional orang muda ditandai dengan semangat yang tinggi, suasana hati yang dapat dengan cepat berubah, kecenderungan sikap berpusat pada diri sendiri dan tingkah laku yang tidak jarang membuat suasana menjadi gaduh. Perasaan yang sering tidak menentu tersebut, mereka menjadi semakin peka terhadap berbagai emosi dan kata-kata yang berhubungan dengan perasaan-perasaan positif dan juga negatif misalnya, bahagia, puas, berani, optimis, cinta, percaya diri, terharu, termotivasi, bangga, merasa diterima, marah, senang, sedih, jenuh, bingung sepi, apatis, cemas dan tidak percaya diri. Tantangan yang dihadapi orang muda pada tahap ini, bagaimana mereka dapat menilai tindakan yang diambil baik atau buruk, mengarahkan dan mengontrol emosi yang keluar dalam menghadapi situasi tertentu. Pada umumnya ketika diterpa masalah masing-masing dari mereka memiliki berbagai cara dalam mengatasinya, sekedar untuk menghindar atau melupakan (Mangunharjana, 1986: 13-14).

5) Perkembangan Sosial

Pada tahap perkembangan sosial, orang muda berusaha menjalin relasi seluas-luasnya dengan banyak orang. Seiring dengan perkembangan fisik yang mereka alami, berdampak pada pergaulan yang tidak hanya terbatas dalam lingkungan keluarga tetapi meluas ke teman-teman sebaya, teman-teman di lingkungan tempat tinggal dan masyarakat luas. Sehubungan dengan perkembangan sosial, terdapat masalah-masalah sosial terkait pergaulan yang mereka hadapi, misalnya cara diterima, bergaul, bersikap, menghadapi pengaruh dan peranan dalam kelompok tertentu. Kelompok tertentu pada umumnya memiliki cara penerimaan anggota baru, penghargaan kelompok dan kewajiban untuk terlibat bagi seluruh anggota kelompok (Mangunhardjana, 1986:14).

6) Perkembangan Moral

Perkembangan moral orang muda terlihat melalui segala pertimbangan akan baik, buruk dan akibat dari tindakan yang diambil bagi orang-orang di sekitar, misalnya guru, orangtua, keluarga dan masyarakat. Segala tindakan yang ingin mereka lakukan harus memiliki dasar yang jelas baik atau buruknya dan ingin tahu mengapa orang atau kelompok tertentu memiliki wewenang atau kewibawaan untuk menentukan suatu tindakan baik atau buruk. Semakin luas pergaulan, maka pemahaman dan ukuran tentang sesuatu yang baik dan buruk berbeda-beda sehingga berakibat pula pada sikap dan tanggapan yang tidak sama dari masing-masing orang. Orang muda pada tahap ini sedang mencari dasar dan pedoman moral agar dapat menentukan hal yang baik dan buruk, selanjutnya dapat menjadi pedoman dalam hidup. Masalah-masalah moral yang dimaksud

tidak terbatas hanya pada individu, tetapi meluas pada persoalan moral dalam masyarakat, misalnya keadilan, kebebasan beragama, HAM, kepentingan umum dengan menuntut keterlibatan dari masyarakat. Melihat kenyataan hidup dan tuntutan untuk mengambil keputusan membuat orang muda sering merasa tertekan batin (Mangunhardjana, 1986: 14-15).

7) Perkembangan Rohani

Perkembangan ini menggambarkan hubungan orang muda dengan yang Maha Kuasa. Pada masa kanak-kanak, menjalani kegiatan keagamaan atas dorongan orangtua dan mereka yang berpengaruh dalam lembaga keagamaan. Berbeda ketika seseorang dalam masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa, menuntut penjelasan mengapa mereka harus melakukan tindakan tersebut. Sikap ini bukan sebuah pemberontakan, melainkan sikap untuk memperoleh kejelasan sehingga mereka dapat mencapai relasi sejati dengan yang Maha Kuasa dan tanpa paksaan dari luar diri. Terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk bertanya, yakni dengan langsung bertanya atau dengan sering melalaikan kewajiban

menjalankan praktek keagamaan yang seharusnya dilakukan. Mereka

membutuhkan penjelasan mendalam terkait yang Maha Kuasa, hubungan-Nya dengan manusia dan dunia, peran-Nya dalam hidup sekarang dan yang akan datang. Mencari tahu arti agama, arti hidup, agama dan ibadat, agama dan hidup, kejahatan dan arti hidup setelah kematian. Masing-masing orang muda memiliki cara tersendiri untuk mencari penjelasan. Utamanya mereka membutuhkan pendampingan dengan tujuan, materi program, teknik dan metode yang memadai

agar proses pertumbuhan semakin terarah dan dalam mengatasi masalah lebih mudah (Mangunhardjana, 1986: 15-16).

Pemahaman tentang identitas dan peranan orang muda diuraikan dalam

Dekrit Apostolicam Actuositatem, menyebutkan bahwa orang muda merupakan kekuatan besar bagi masyarakat saat ini. Masa perkembangan kepribadian yang semakin matang, semangat kerja keras yang tinggi, mampu mengemban tugas dan tanggungjawab serta terlibat aktif dalam kehidupan sosial budaya. Jika semangat dan kerja keras yang dimiliki diteguhkan oleh semangat Roh Kudus dalam bentuk sikap patuh dan kasih terhadap para Gembala Gereja, maka tentu akan membuahkan hasil melimpah. Mereka akan menjadi rasul-rasul pertama dikalangan orang muda. Dengan demikian harapannya orang dewasa dapat menjalin relasi yang dekat dengan orang muda dan saling berbagi kekayaan satu sama lain. Orang dewasa dapat menjadi teladan, memberi nasihat-nasihat agar orang muda terdorong untuk menjadi rasul-rasul awam dimana pun mereka berada. Demikian juga orang muda melatih diri untuk memiliki sikap rohmat dan percaya kepada orang dewasa. Meskipun orang muda memiliki banyak ide dan kreativitas baru, namun tetap harus menghargai tradisi-tradisi Gereja (Dok. Konsili Vatikan II, 2013, Dekrit AA, art. 12).

Dokumen terkait