BAB III. LEGENDA DANAU TELUK GELAM DALAM PERSPEKTIF
A. Analisis melalui Pendekatan Pandangan Dunia Tragik
2. Pandangan Mengenai Dunia
Pandangan dunia tragik memandang dunia sebagai segalanya dan
sekaligus bukan apa-apa. Manusia yang mempunyai pandangan dunia tragik
mengetahui keterbatasan dunia dan, karena itu, menolaknya. Akan tetapi,
pemahamannya dan – dengan demikian, mengenai keterbatasan nilai ketuhanan, hanya bisa diperolehnya dalam dunia itu sendiri. Oleh sebab itu, manusia tragik
menolak dunia sambil tetap berada di dalamnya (Goldman dalam Faruk (2012:
83).
Kehidupan tokoh utama, Pangeran Tapah di istana sebagai putra mahkota
tentunya menjauhkannya dari pengetahuan tentang kehidupan rakyat yang ada di
wilayah kerajaan Awang. kesedihannya karena kehilangan ibundanya saat masih
kecil membuat Raja Awang tidak tega memberikan pelajaran tentang kehidupan
rakyatnya dan apa yang harus dilakukan calon raja unutk mempertahankan
kedamaian di kerajaan dan daerah kekuasaannya. Kemudahan di istana jelas
berbanding terbalik dengan kehidupannya di alam sebagai orang buangan, yang
dijalani Pangeran Tapah setelah diusir akibat fitnah yang dibuat saudara tirinya
yang merasa iri karena kedudukannya. Penerimaan pangeran terhadap dunia
dunia. Memercayai dunia sebagai tempat bagi semua makhluk untuk percaya dan
menolak adanya dunia karena tidak seperti yang digambarkan.
Secara jelas penolakan Pangeran Tapah terhadap dunia terlihat pada apa
yang dimilikinya di istana. Meskipun, istana menyediakan apa yang
diinginkannya, namun dia lebih sering kehilangan dan menderita. Bahkan setelah
kehilangan ibunya dia melarikan diri dengan merawat binatang unutk tetap
mearasa hidup. Ketika pangeran dibuang, meskipun merasa kehilangan dia tetap
bisa berdiri dan menerima dunianya yang baru. Dia tetap bisa menerima, dan itu
semua terjadi karena dia telah mendekatkan dirinya dengan alam sejak awal.
Di bawah ini adalah tabel yang menyatakan kontradiksi mengenai ada dan
tidak adanya dunia dalam pengakuan manusia tragik dalam legenda Danau Teluk
Gelam berdasarkan pandangan mengenai dunia:
Tabel 5: Pandangan Mengenai Dunia
No Dunia Tidak Ada (istana) Dunia Ada (alam)
1 2
3
Ibunya sakit dan meninggal
Saudara tirinya iri karena posisinya sebagai putra mahkota
Pangeran di usir seperti seorang yang takberharga
Pangeran mengembara
Di tengah hutan Pangeran bertemu dengan putri Gelam
Pangeran hidup bertani dan beternak bersama istri dan anak-anaknya.
3.6 Dunia Tidak Ada
Dunia atau kehidupan yang dijalani Pangeran Tapah sebagai tokoh utama
dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam
menyiratkan bahwa keberadaan dunia yang banyak dianggap sebagai awal
kebahagiaan justru semakin menjadikan kehidupan sebagai ironi. Penyangkalan
akan keberadaan dunia menjadi cara termudah bagi Pangeran Tapah untuk
menjalani kesakitan dan kekecewaan akibat pembuangan. Penolakan akan
keberadaannya membuat keinginan untuk tetap menjalani hidup menjadi terasa
asing, demikian juga dengan keinginan untuk menghentikannya. Menghentikan
kehidupan dengan bunuh diri dianggap sebagai perbuatan nista yang akan dicela
oleh Tuhan. Sebagai manusia, yang dapat dilakukan oleh Pangeran Tapah
hanyalah menjalani bukannya menentukan kehidupannya.
Goldman dalam Faruk (2012: 83) Dengan sikap hidup dan kesadaran
seperti itu, manusia tragik sekaligus berada dalam transendensi yang imanen dan
imanensi yang trasenden. Kesadarannya adalah kesadaran akan dua
ketidakcocokan yang saling mengisi, yang secara timbal-balik mengondisikan dan
memperkuat diri. Dengan sikap paradoksal manusia sekaligus raja dan budak,
iblis dan malaikat. Demikian pula dunia. Elemen terakhir itu tidak cocok sebab
mendua dan tidak memuaskan, tetapi pada waktu yang bersamaan dunia
merupakan satu-satunya wilayah tempat manusia mencoba kekuatannya sekaligus
Kehidupan Pangeran Tapah di istana, sebagai putra mahkota seharusnya
membawa banyak kebahagiaan. Dengan hidup berkecukupan, memiliki derajat
yang tinggi, dihormati, dan dijadikan panutan tidak lantas membuat Pangeran
selalu bahagia. Bahkan meskipun tidak dapat disangkal di tempat kelahirannya
orang selalu merasa aman, namun kesedihan lebih sering menghampirinya
daripada kebahagiaan. Bahkan posisinya sebagai putra mahkota, calon raja
berikutnya justru membuatnya kehilangan semua yang dia cintai. Dia kehilangan
ibunya ketika masih kanak-kanak.
Suatu hari, ketika dia bersenda gurau dengan putranya Si Tapah Lanang, kondisi tubuhnya semakin lemas. Dia memanggil para inang untuk menggotongnya kembali masuk kamar. Para inang merasa khawatir dengan kesehatan beliau. Lalu, di sela ketegangan itu, sang permaisuri menarik tangan putranya yang saat itu baru berusia tujuh tahun. Dia sempat melontarkan pesan
baik kepada putranya maupun kepada para inang. “Anakku... seandainya ibu
harus dipanggil Sang Halik, kamu harus tabah menghadapi dunia yang serba fana ini. Kamu jangan menjadi manusia cengeng. Kamu harus berani menghadapi
berbagai tantangan hidup.” Saat itu sang raja sempat mendengar apa yang
diutarakan permaisurinya. Seakan dia telah mengetahui bahwa istrinya sudah di ambang kematian. Dia tidak sempat berkata apa-apa. Hanya air mata menitik perlahan membasahi pipinya yang tampak kuyu karena lelah san selalu sedih melihat kondisi permaisuri yang tak kunjung sembuh.
Suatu hari, dari istana berdentangan bebunyian kelupkup atau bunyi sebagai petanda di istana telah terjadi sesuatu musibah. Rupanya sang permaisuri telah mangkat. Semua rakyat merasa sedih dan haru serta kehilangan seorang ibu
yang baik, ramah dan pengasih sesama rakyatnya.
(Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 6-7) Sementara itu pangeran muda duduk bersimpuh di samping ibundanya yang sedang terbujur menahan rasa sakit yang dideritanya. Diusap kening
bundanya yang berkeringat dan tampak semakin pucat. “Bunda... jangan tidur
terus bunda. Orang-orang yang ada di ruangan itu tak satu pun yang mampu menahan haru mendengar apa yang diutarakan pangeran muda. Di wajah sang permaisuri masih terpencar kharisma anggun nan bijaksana. Dia masih tegar meskipun sekelilingnya mengkhawatirkan dirinya yang sedang jatuh sakit.
Gemuruh detak jantung orang di sekitar kamar itu terdengar kencang, Mak Ipah sang pengasuh pangeran sedari kecil langsung menyodorkan tangannya. Permausuri tak lagi mampu berkata apa-apa. Raja Awang pun hatinya gundah-gulana. Tiba-tiba mendadak jeritan dari mulut mungil pangeran muda memanggil bundanya. Sang permaisuri telah tiada.
(Putri Gelam adegan 8 dan 15)
Memandang dunia sebagai sebuah objek, sulit dilakukan apabila yang
terkandung dalam dunia itu tidaklah nyata. Seperti kedukaan, kekecewaan, atau
rasa sakit lain yang tidak dapat digambarkan secara nyata, dan hanya merupakan
emosi. Dunia yang dimiliki Pangeran Tapah adalah sebuah bentuk penghianatan
terhadap apa yang nyata dan tidak. Kenyataan telah kehilangan ibu yang sangat
dia cintai mengarahkan kehidupannya pada kehilangan yang kemudian terjadi.
Kehilangan itu karena saudara tiri yang merasa iri dengan posisinya sebagai putra
mahkota. Pangeran difitnah telah menghamili seorang perempuan di luar istana
oleh saudara tirinya sehingga diusir dari istana oleh ayahnya, tanpa pendamping
dan juga tanpa tujuan.
Suatu hari, Solim, putra tiri Raja Awang merasa iri melihat Pangeran Tapah Lanang, saudara tirinya mengenakan pakaian kebesaran sebagai pangeran yang pada suatu saat nanti akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Dia mulai menyusun strategi untuk memfitnah sang raja. Dia mengatakan pada sang raja bahwa pangeran telah berbuat mesum dengan seorang perempuan petani
di luar istana. Padahal, sang pangeran tidak pernah keluar istana sejak bundanya mangkat. Dengan memperlihatkan bukti ada noda darah pada selembar kain yang dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah keperawanan sang wanita yang dimaksudnya dalam fitnah kejam tersebut. Melihat kenyataan itu, sang raja yang selama ini dikenal bijak dan arif berubah menjadi sosok yang sangat murka. Dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya. Bahkan dia mengusirnya dari istana. Sebelum jauh meninggalkan pintu istana, dia sempat diantar oleh beberapa orang istana termasuk para inang pengasuhnya sejak kecil. Pangeran memohon pada hulu balang dan seorang inang pengasuh untuk menemani dia mampir ke pusara sang bunda. Betapa haru serta sedih para pengantarnya melihat sang pangeran dengan lembut mengelus pusara bundanya dengan isak tangis yang memilukan.
(Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 10) Pangeran Tapah Lanang selaku putra mahkota yang berhak mewarisi tahta kerajaan pada hari itu mengenakan pakaian kebesaran, sementara saudara tirinya hanya mengenakan pakaian sebagaimana penghuni istana lainnya. Hal ini tentu membuat hati kecilnya menaruh rasa iri menyaksikan pangeran yang begitu gagah dan diagung-agungkan.
Sejak peristiwa itu, saudara tiri pangeran selalu keluar istana dengan sembunyi-sembunyi. Dia menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya dengan orang-orang di luar istana. Pikirannya mulai dirasuki niat jahat untuk menyingkirkan sang pangeran dari istana.
Pangeran dituduh telah menghamili perempuan di luar istana. Hal ini sangat tabu bagi kerajaan, sama dengan mencoreng muka sendiri, aib pada segenap penghuni istana. Rupanya Raja Awang telah termakan oleh fitnah putra tirinya. Pangeran Tapah Lanang diperlakukan seperti hewan dan diusir dari istana. Melihat kejadian itu seluruh orang di sekitar istana merasa terpukul dan sangat tidak percaya kalau pangeran telah bertindak sehina itu. Mereka meyakini semua itu fitnah belaka.
Di atas telah diungkap tentang penghianatan kehidupan pangeran pada
kenyataan yang terjadi yang membawanya pada penderitaan hanya karena dia
terlahir sebagai putra mahkota. Seseorang yang seharusnya bahagia, memiliki
segalanya, namun pada dasarnya di tidak memiliki apa-apa. Dia kehilangan semua
yang dikenal dan disayanginya, rumah, orangtua, serta kerabat. Kehidupan
Pangeran di dalam istana tersebut sudah hancur sejak awal, penderitaan karena
kehilangan ibunya membuatnya tidak disipakan secara mental unutk menjalani
kehidupan di luar istana. Walaupun begitu, kecintaannya pada binatang dan alam
membuatnya bisa menjalani pembuangan dan kehidupan liar di alam bebas.
Menjauh dari prasangka buruk dan kejahatan serta yang sering dilakukan manusia
hanya karena kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Pangeran Tapah menolak istana sebagai dunia yang nyata karena dia tidak
bisa mendapatkan apa yang dia butuhkan. Setelah dia keluar dari istana, dia bisa
menganggap bahwa apa yang dimilikinya di istana sebagai putra mahkota adalah
kebohongan. Dia dihormati dan disayangi hanya karena status, dan perannya yang
dinantikan sebagai raja penerus. Ayahnya bijaksana dan menyayanginya karena
itulah yang harus dilakukan, bukan kecintaan tulusnya. Dalam pengembaraannya,
Pangeran Tapah mengatahui bahwa segala sesuatu yang pernah dimilikinya
hanyalah kekosongan dan kebohongan apabila tidak ada ketulusan untuk
mencintai sesama.
Dengan menyadari ketiadaan yang dimilikinya secara menyeluruh,
Pangeran Tapah menyerahkan kehidupannya secara total pada tujuannya.
penyerahan yang tanpa ragu-ragu maka akan ada suatu pelajaran yang akan dia
dapat. Totalitas penyerahan diri membawa pangeran dalam perjalanan yang
merujuk pada pemahamaan akan dirinya dan batasan-batasannya. Menurut Lukacs
(1978: 34 dalam Faruk, 2012: 91), totalitas adalah realitas utama yang formatif
terhadap setiap fenomena individual dan menyiratkan bahwa sesuatu yang
tertutup dalam dirinya sendiri dapat menjadi lengkap, lengkap karena sesuatu
terjadi dalam diri sendiri, tidak ada sesuatu apa pun yang lebih tinggi di luarnya,
lengkap karena segala sesuatu yang ada di dalamnya dipermatang untuk
kesempurnaannya sendiri dan, dengan mencapai dirinya, tunduk kepada
pembatasan-pembatasan.
Dengan demikian, dunia dan apa yang dimiliki bukan berarti ada secara
nyata, tetapi keberadaan itu justru adalah ketidaknyataan. Kehidupan seseorang
ditentukan bukan hanya dari apa yang diperbuat tetapi juga dari perasaannya.
Pangeran Tapah menolak dunia dalam istana dengan berpegang pada apa yang
terjadi, kesedihan dan penderitaan. Bukan dari kebebasan di dalam jiwanya.
3.7 Dunia Ada
Pandangan mengenai dunia dari manusia tragik yang tergambar pada
tokoh-tokoh dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau
Teluk Gelam, menganggap bahwa hubungan manusia dengan alam tidak hanya
didasari oleh kepedulian dan kelestariannya saja. Hubungan tersebut juga
yang menyatukan manusia secara nyata dan tidak dengan tempat tinggalnya.
Kepercayaan itu menyatu dalam kolektif tertentu dan mengarah pada respon
terhadap dunia masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang serta cara
menyikapinya. Begitulah yang dilakukan Pangeran Tapah setelah diusir dari
istana.
Goldmann telah menyatakan bahwa manusia menolak sekaligus tetap
berada di dunianya. Dalam penyampaian respon manusia terhadap dunia tersebut
mengaktualisasikan kehidupan Pangeran Tapah yang menerima pengembaraan
dan kehilangannya sebagai hukuman, maka dia tidak harus menganggap apa yang
terjadi sebagai hal yang nyata. Karena dengan penggambaran yang tidak nyata
itulah Pangeran Tapah mampu bertahan.
Sang pangeran mengembara entah kemana dia akan pergi. Berhari-hari dia menelusuri hutan belukar, akhirnya dia singgah di sebuah talang yang sekarang disebut daerah Talang Pangeran. Di daerah itu, sang pangeran merasa damai hidup sendiri. Karena dalam istana dia selalu bermain dengan berbagai jenis hewan, maka dia tidak merasa kesepian karena banyak hewan yang hidup di sekelilingnya.
(Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 11) Hari demi hari pangeran pergi mengembara dari satu daerah ke daerah lain. Akhirnya pangeran terdampar pada sebuah talang, dan menetap sambil bercocok tanam. Panghuni daerah talang itu hanya dia sendiri. Andai pun ada hanya orang-orang yang keluar-masuk hutan untuk berburu dan mengambil kayu bakar.
Dari penerimaan pangeran akan kehidupan barunya yang jauh berbeda,
namun dia lebih merasa bahagia. Kebahagiaan itu telihat dari bagaimana dia
menikmati kehidupannya yang menyatu dengan alam. Alam yang menydiakan
segalanya untuknya sekalgus dengan campur tangan dan upaya untuk
mendapatkannya. Sebuah perjuangan yang menuntun semangatnya untuk
menadapatkan tujuan hidupnya yakni kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang
libatkan kejujuran dan dirinya, yang merupakan tindakan atau aktivitas kehidupan
dan responnya pada apa yang dimilkinya saat ini.
Goldmann dalam Fannanie (1994: 12-13) mengungkapkan bahwa semua
aktivitas manusia merupakan respon dari subjek kolektif atau individu dalam
situasi tertentu yang merupakan kreasi atau percobaan untuk memodifikasi situasi
yang ada agar cocok dengan aspirasinya. Sesuatu yang dihasilkan merupakan
fakta hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dengan
dunia sekitarnya. Dalam hal ini manusia selalu mempunyai kecenderungan
perilaku yang bersifat alami karena manusia berusaha untuk beradaptasi dengan
alam dan lingkungan yang merupakan satu proses hubungan timbal balik.
Keseimbangan hidup dengan alam menjadikan Pangeran sebagai pribadi
yang lebih mandiri dan bisa menerima kehidupannya. Melihat semua yang terjadi
dalam kehidupan adalah hubungan timbal balik yang memang harus terjadi.
Sehingga pertemuannya dengan Putri Gelam tidak membuatnya terkejut dan
membuat keputusan langsung. Dia tidak hanya melihat dari fisik, tapi juga ke
hatinya. hal itu membuatnya tidak keberatan dengan wajah buruk Putri Gelam.
karena fitnah tentang perbuatan tercela yaitu zina, Pangeran menjadi lebih toleran
hingga pembebasannya dari tenung.
Berbulan mereka hidup bersahabat, namun belum pernah sang pangeran menyentuh tubuh wanita tersebut. Suatu ketika seakan ada gaib membisikkan pada sang pangeran agar dia mendekap sang wanita dari belakang. Saat itu, bertepatan dengan suara gemuruh halilintar yang menampar kemilau sinar api. Saat itu juga wanita itu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pangeran. Namun, rambut itu masih menutupi wajahnya. Karena persahabatan mereka berdua sudah kian akrab, tanpa segan sang pangeran mengelus rambut sang wanita dan menyibakkannya. Betapa terkejut sang pangeran, wajah yang dikenalnya sangat buruk dan menakutkan telah berubah menjadi yang sangat cantik jelita.
(Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 13)
Kesamaan nasib yang dialami dan rasa iba membuat pangeran hanyut dalam perasaannya, dan membuatnya lupa, tanpa disadari dia memeluk tubuh Putri Gelam. Mereka berdua sama menangis tenggelam dalam perasaannya masing-masing, kesamaan nasib yang tidak jauh berbeda.
Sejenak pangeran tersentak menyadari apa yang telah dia lakukan dan segera melepaskan pelukannya. Keajaiban telah terjadi, dia terperangah tak mampu berkata apa-apa. Di hadapannya terlihat sang putri yang buruk rupa menjelma menjadi seraut wajah nan cantik jelita.
(Putri Gelam adegan 32-33)
Perilaku tokoh utama yang ada dalam legenda PG dan ATDTG dapat
asumsikan bahwa apa yang terjadi merupakan sebuah roda kehidupan.
manusia dianggap wajar. Penggambaran akan respon yang baik terhadap perilaku
buruk dapat dimaknai sebagai perbaikan dari apa yang terlalaikan, maka dengan
begitu manusia yang menjalani kehidupan buruk, dapat berbuat baik demi
mendapat keseimbangan hidup dan pembelajaran untuk masa depan. Tokoh dan
pengungkap legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk
Gelam memaksudkan bahwa pembelajaran hidup dimulai dan diakhiri, dan
menjelaskan seseorang tidak akan menganggap sesuatu bernilai apabila dia tidak
pernah kehilangan.
Asumsi Goldmann yang menyatakan bahwa seorang pengarang pada
hakikatnya adalah seorang yang merespon lingkungan sosial budayanya dengan
upaya menciptakan satu keseimbangan baru. Keseimbangan yang dilandasi
hubungan rasionallitas akibat adanya respon terhadap lingkungannya, tendensi
untuk menciptakan pola tertentu yang berbeda dengan pola yang sudah ada, dan
usaha untuk bergerak ke arah transendensi (Fannanie, 1994: 17).
Pangeran Tapah dan Putri Gelam yang disatukan dalam kebahagiaan
sebagai suami-istri dan dikaruniai dua orang putra dan putri. Dia menjalani
kehidupan dengan berdampingan dengan alam dan mengolah bumi.
Sejak saat mereka mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga yang kemudian dari perkawinan mereka dikaruniai dua orang anak, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Kehidupan mereka dipenuhi oleh kegiatan bercocok tanam. Terkadang Pangeran Tapah Lanang membawa hasil kebun mereka ke desa-desa terdekat untuk ditukar dengan kebutuhan lain. Demikian keseharian mereka selalu disibukkan oleh kegiatan keluar masuk desa untuk menukar hasil kebun mereka.
(Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 14) Sejak peristiwa itu, mereka semakin akrab dan terjalin satu ikatan cinta kasih di antaranya. Akhirnya mereka menjadi satu pasangan suami istri. Mereka dikaruniai dua orang anak putra dan putri. Kehidupan yang bahagia penuh canda tawa dalam membina satu keluarga. Mereka hidup dengan bercocok tanam dan memelihara beberapa ekor hewan peliharaan dalam kesehariannya.
Kesuburan tanah tempat mereka tinggal tinggal akhirnya tercium juga oleh orang-orang dari daerah luar. Banyak orang menukar hasil kebun mereka dengan kebutuhan yang mereka perlukan.
Putra-putri mereka beranjak tumbuh menjadi seorang remaja. Pangeran Tapah Lanang dan istrinya, Putri Gelam sangat mencintai dan menyayangi keduanya. Hari begitu cerah, seperti biasanya pangeran dan istri sedang menggarap kebun yang letaknya tak jauh dari gubuk tempat tinggal mereka. Kedua anak kesayangannya itu sedang beristirahat sambil bercanda dengan riangnya di beranda gubuk mereka.
(Putri Gelam adegan 34-36)
Dengan melihat dan memahami alur kehidupan Pangran Tapah yang ada
dalam Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam, pembaca
diharapkan mengerti akan pesan yang disampaikan, bukan hanya nilai yang
terkandung tapi juga bagaimana kehidupan manusia harus selaras dengan alam
yang ditinggalinya. Dengan legenda, manusia lebih mudah menolerir hal-hal yang
seharusnya dipelihara dengan baik, seperti alam yang diharapkan akan dijaga
karena pentingnya bagi kehidupan manusianya. Misalnya, pengembaraan
Pangeran Tapah yang kemudian memberikan nama pada tempat yang disinggahi
membawa pembaca legenda tersebut mengenang dan melestarikan alamnya.
yang kemudian dinamai “Talang Pangeran”. Nama tempat tersebut digunakan untuk menguatkan legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk
Gelam dan kepercayaan masyarakat tentang keberadaan Pangeran Tapah, anak
dari Raja Awang.
Namun, kebahagiaan itu juga sirna begitu putra dan putri mereka
menghilang dari kehidupan mereka, seperti dunia yang dipandang oleh
orang-orang tragik. Kebahagiaan yang dimiliki mereka berdua seperti dunia yang
dianggap ada dan tidak ada. Kebahagiaan itu datang dalam wujud dua orang anak
dan pergi dengan terbunuhnya anak tersebut. Penolakan dan penerimaan akan
dunianya terlihat pada kehidupan mereka sebagai binatang. Mereka menolak
menerima penderitaan sebagai binatang seperti halnya ketika mereka diusir dan
dibuang layaknya binatang oeleh keluarganyanya, tetapi sebagai binatang mereka
menerima dunianya dan menjadi penghuninya dan tidak mampu untuk
meninggalkan dunia itu.
Suatu keajaiban terjadi, kubangan babi tersebut meluas hingga membentuk sebuah danau, dan munculah sosok yang menjelma seekor ikan besar sebagai jelmaan dari tubuh pangeran. Sementara sosok Putri Gelam tersangkut di pohon menjelma menjadi seekor burung putih berleher panjang.
Tahun terus berganti, setiap bulan purnama terjadilah pertemuan antara seekor ikan besar dan seekor burung di tepian danau tersebut. Setiap habis bulan purnama pulalah selalu terdapat hamparan telur burung yang kemudian jadi santapan orang para pemancing. Oleh orang setempat itu adalah telur burung gelam sebagai sebutan dari burung jelmaan si Putri Gelam. Di dalam danau para pemancing selalu bertamu dengan seekor ikan besar yang mereka sebut sebagai