• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

2. Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran sedangkan Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk mendampingi para peserta didik dalam

pertumbuhan dan perkembangannya (Subagya, 2010: 2). Tim Redaksi Kanisius (2008:41) mengemukakan bahwa model Paradigma Pedagogi Reflektif tidak lepas dari pola dinamika retret atau latihan rohani yang merupakan kerangka acuan dari Pedagogi Ignasian, yang juga menjadi ciri khas pendidikan Yesuit. Melalui Pedagogi Ignasian, model PPR muncul sebagai salah satu model pendidikan yang menekankan unsur-unsur pokok dalam proses pembelajaran, yakni konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

Tim PPR SD Kelompok Kanisius (2010) juga menjelaskan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan sebuah pola pikir (paradigma) dalam menumbuhkembangkan pribadi kristiani yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Pengertian lain dari PPR adalah pola pembelajaran yang mengintegrasikan pemahaman, masalah dunia dan kehidupan serta pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses yang terpadu, sehingga nilai-nilai itu muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik melalui refleksinya (Gema Kanisius, Oktober 2010:7). Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan suatu model pendidikan yang menyediakan solusi dalam pelayanan untuk mengarahkan manusia menuju pengembangan hidup sesuai dengan nilai-nilai Kristiani, yakni persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, dan mengasihi.

a. Ciri- ciri Paradigma Pedagogi Reflektf

Menurut (Subagya, 2010: 68) Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki ciri-ciri esensial yaitu: 1) Dapat diterapkan dalam semua kurikulum. 2) Fundametal untuk proses belajar mengajar. 3) Mempribadikan proses belajar dengan mendorong pelajar merefleksikan makna dan arti yang dipelajari.

b. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Tim Ignatian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) memiliki 2 tujuan yaitu diperuntungkan bagi pendidik dan bagi peserta didik. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) bagi pendidik antara lain (1) agar guru semakin memahami peserta didik; (2) semakin bersedia mendampingi perkembangannya lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya; (3) semakin meemperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral peserta didik; (4) semakin mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan; (5) mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai pendidik, pengajar, dan pendamping. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) bagi peserta didik antara lain: (1) membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang sesama; (2) menjadi manusia yang utuh; (3) menjadi manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka, untuk perkembangan religius; (4) menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai; (5) menjadi manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam pelayanannya pada orang lain (umat Allah); (6) menjadi manusia yang berkompeten dan berhati nurani

Competence adalah kualitas yang unggul bagi peserta didik (Masijo, 2009: 3). Berkaitan dengan kehidupan peserta didik maka tujuan di atas dapat diambil contoh kasus yang berkaitan dengan competence antara lain pada saat proses belajar mengajar peserta didik cenderung ramai, senang mengobrol dengan teman, serta kurang mendengarkan pendidik dalam menerangkan materi ajar sehingga peserta didik cenderung tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas maka akibatnya prestasi belajar peseta didik kurang memuaskan, sehingga penalaran

eksplorasi, kreativitas, dan kemandirian sangat diperlukan untuk mencapai kualitas yang unggul.

Concience adalah kepekaan dan ketajaman hari nurani (Masijo, 2009: 3). Jika diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik tujuan diatas dapat diambil contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah cenderung ramai, dan kurang disiplin dan kurangnya kerapian dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik. Compassion adalah sikap peduli terhadap sesama (Masijo, 2009: 3). Berkaitan dengan compassion peserta didik kurang berminat untuk mengambil bagian ketika bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok, peserta didik kurang peduli dalam menolong teman yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, dan peserta didik kurang peduli dalam memelihara lingkungan sekitarnya. Tujuan dari PPR di atas mengajak peserta didik menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai dan membentuk pemimpin pelayanan.

c. Pola Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

PPR dalam proses pengembangan nilai-nilai kemanusiaannya ditumbuhkan melalui konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Dalam proses pembelajaran berpola PPR menganggap setiap peserta didik itu unik, pribadi yang bernilai. Peserta didik itu subjek pembelajar bukan objek, maka dalam situasi apapun berhak dihargai dan mendapat rasa hormat.

Pendidik bukan satu-satunya sumber pengetahuan, pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, dan para ahli. Peserta didik sendirilah yang aktif belajar menemukan kebenaran. Sebagai peserta fasilitator, seorang pendidik berperan untuk menciptakan situasi sedemikian rupa

sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung. Pendidik hendaknya juga hadir memberikan stimulasi, memotivasi dan meneguhkan usaha anak untuk belajar. Dinamika pembeajaran model PPR menurut Subagyo (2010:65) :

Gambar 1. Dinamika Pradigma Pedagogi Reflektif

Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan diusahakan melalui dinamika konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan disertai evaluasi. Maka kelima unsurnya yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi merupakan suatu kesatuan yang utuh.

1). Konteks

Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan konteks siswa dan materi pelajaran. Konteks di sini maksudnya, guru harus menyesuaikan materi dan cara belajar yang disukai siswa sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi, kondisi sosial budaya, dan agama (Subagyo, 2005). Konteks materi pelajaran antara lain kompetensi dasar, ruang lingkup materi, sifat materi, keterkaitan materi dengan kehidupan nyata, dan mempelajarinya.

KONTEKS

PENGALAMAN EVALUASI

REFLEKSI AKSI

2). Pengalaman

Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan atau yang ingin dikembangkan dari bahan yang dipelajari (Subagyo, 2005:3). Pengalaman nilai yang ingin dikembangkan dapat berupa pengalaman langsung dan juga dapat berupa pengalaman secara tidak langsung. Contoh penerapan pengalaman lansung misalnya siswa ingin mengambangkan nilai persaudaraan dan kerjasama dalam diri para siswa, maka siswa belajar dalam kerja kelompok. Penerapan pengalaman tidak langsung dapat dilakukan degan cara siswa membayangkan, merenungkan, suatu peristiwa misalnya membaca berita dan melihat foto.

3). Refleksi

Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang lalu. Menurut (Subagyo, 2005), refleksi merupakan tahap dimana siswa menjadi sadar sendiri mengenai kebaikan, keenakan, manfaat, dan makna nilai yang diperjuangkan. Tujuannya adalah agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai yang diperjuangkan sampai pada keinginnan untuk bertindak. Untuk membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam pengalaman, guru menfasilitasi dengan berbagai cara, antara lain: (1) mengajukan pertanyaan terbuka; (2) memberi tugas kepada siswa untuk mengkomunikasikan pendapat/perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, atau gambar; (3) mengajak siswa untuk berdiskusi

4). Aksi

Perwujudan dari hasil pengalaman yang sudah direfleksi adalah sebuah aksi. Kegiayan aksi ini merupakan sikap atau perbuatan yang ingin dilakukan siswa atas kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai kemanusiaan yang ingin diperjuangkan. Menurut (Subagyo, 2005: 3 ), perkembangan nilai kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat kemaunnya sendiri. Sikap dan niat adalah aksi batin, sedangkan perbuaatan merupakan aksi lahir.

a. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap penentuan hasil belajar dari para siswa. Menurut Subagyo (2005:4), evaluasi perkembangan nilai kemanusiaan tidak dapat dilakukan dengan tes, tetapi dengan observasi. Guru mengobservasi perbuatan siswa yang spontan, yang menunjukkan perkembangan nilai kemanusiaan. Guru mencatat anekdot (peristiwa yang cukup mencolok). Perlunya observasi karena ciri khas nilai kemanusiaan adalah kebebasan, siswa berbuat dari kemauannya sendiri.

Dari uraian tentang unsur-unsur dinamika pembelajaran berpola PPR diatas, dapat disimpulkan bahwa karaskteristik PPR dalam pembelajaran ditunjukkan dengan adanya kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Susento,2010): (1) guru menyesuiakan nilai kemanusiaaan yang akan ditumbuhkan dengan konteks siswa dan materi pelajaran; (2) siswa mengalami nilai kemanusiaan dalam kegiatan pembelajaran; (3) siswa merefleksikan pengalaman terkait dengan nilai kemanusiaan; (4) siswa membangun niat untuk melakukan aksi untuk

mewujudkan nilai kemanusiaan; (5) guru mengevaluasi proses belajar nilai kemanusiaan pada diri siswa.

d. Kelebihan dan Kekurangan PPR

Menurut Tim PPR Kanisius (2010) terdapat kelebihan dan kekurangan dalam PPR. Kelebihan PPR (1) pemerataan perhatian oleh pendidik kepada setiap pribadi siswa; (2) PPR dapat diterapkan disemua kurikulum. PPR tidak menuntut tambahan apapun dalam rancangan kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah, selain pendekatan dan cara mengajar; (3) siswa memiliki hak untuk dihargai dan dihormati; (4) setiap siswa mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi serta dapat menemukan solusi atas bimbingan dari pendidik; (5) memperbaiki kelemahan peserta didik dengan tegas tetapi penuh cinta kasih; (6) Menumbuhkan sekaligus menerapkan semangat berbagi dalam proses pembelajaran; (7) mencakup semua aspek yang mendukung proses pembelajaran. Selain kelebihan, PPR juga memiliki kekurangan dalam penerapannya. Kekurangan PPR yaitu (1) hambatan pada jumlah siswa yang banyak dikarenakan pendidik kurang dapat memberikan perhatian secara menyeluruh pada setiap siswa. Guru dituntut untuk lebih bersabar dan tidak memilih-milih siswa dalam memberikan perhatiannya di dalam kelas, dan (2) tidak mudah menjalankan tugas sebagai pendidik sesuai dengan tujuan PPR yaitu pendidik merupakan panggilan hidup.

Berdasarkan uraian di atas, Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan refleksi dalam rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan dan dapat digunakan untuk

pijakan hidup. Tujuan dari PPR dibagi menjadi dua bagian yaitu bagi para pendidik dan bagi siswa. Bagi pendidik diharapkan guru semakin dapat memahami dan mendampingi perkembangan peserta didik selama proses belajar mengajar. Bagi siswa diharapkan menjadi manusia secara intelektual berkompeten, terbuka untuk perkembangan, dan religius. Pelaksanaan model pembelajaran PPR pun memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Kelebihan PPR adalah dapat diterapkan di semua kurikulum dengan menerapkan semangat berbadi dalam proses pembelajaran. Kelemahan PPR adalah kesulitan dalam memberikan perhatian secara menyeluruh kepada setiap siswa.

Dokumen terkait