mampu mengakomodir aktivitas kota dan dapat dipedomani oleh setiap stakeholder d alam
pembangunan kota.
Faktor yang menentukan dan menjadikan kegiatan peninjauan kembali rencana
tata ruang menjadi suatu aktivitas yang penting untuk dilakukan secara berkala d alam
proses penataan ruang adalah karena adanya perubahan atau ketidaksesuaian atau adanya penyimpangan yang mendasar antara rencana dengan kenyataan yang terjadi d i
lapangan, baik karena faktor internal, maupun faktor eksternal.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3
Cukup Jelas Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Cukup Jelas Pasal 11 Cukup Jelas Pasal 12 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)
Definisi KKOP atau kawasan keselamatan operasional penerbangan berdasarkan peraturan menteri perhubungan km no.44 tahun 2005 tentang pemberlakuan SNI 03-7112-2005 mengenai kawasan keselamatan operasional penerbangan sebagai
standart wajib adalah wilayah daratan/dan atau perairan dan ruang udara di sekit ar
bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan
Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 13 Cukup Jelas Pasal 14
Fungsi Jalan arteri sekunder ditetapkan berdasarkan Kepmen PU No. 630 tahun tahun 2009 tentang Penetapan Ruas ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 1 dan Kepmen PU No. 631 Tahun 2009 tentang status jalan nasional. Sedangkan penetapan jalan kolektor sekunder ditetapkan berdasarkan SK Gubernur.
Pasal 15 Ayat (1)
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 65 Tahun 1993 yang dimaksud dengan :
Halte adalah tempet pemberhentian kendaraan umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan penumpang;
Trotoar adalah bagian dari badan jalan yang khusus disediakan untuk pejalan kaki ;
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara;
Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3)
Zebra cross merupakan marka berupa 2 garis utuh melintang jalur lalu lintas dan/atau berupa rambu perintah yang menyatakan tempat penyeberangan pejalan kaki.
Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5)
Berdasarkan Keptusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 272/HK.105/DRJD/96 :
a. Yang dimaksud dengan Sistem Parkir on street adalah parkir yang memanfaatkan badan jalan.
Penentuan sudut parkir on-street ditentukan oleh : lebar jalan; volume lalu lint as
pada jalan yang bersangkutan; karakteristik kecepatan; dimensi kendaraan; sifat peruntukkan lahan disekitarnya dan peranan jalan yang bersangkutan.
Pola parkir on-street dibedakan menjadi : pola parkir pararel; dan pola parkir meyudut.
Larangan parkir on-street pada badan jalan antara lain : sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan; sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang dari 500 meter; sepanjang 50 meter sesudah jembatan; sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah
perlintasan sebidang; sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan, sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung; sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau sumber air
sejenis; sepanjang tidak menimbulkan kemacetan dan menimbulkan bahaya.
b. Sedangkan yang dimaksud dengan Sistem Parkir off street adalah parkir di luar badan jalan dan/atau di gedung ataupun tempat parkir khusus.
Fasilitas parkir off street untuk umum adalah tempat yang berupa gedung parkir atau taman parkir untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan tersendiri.
Fasilitas parkir off street sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang berupa gedung parkir atau taman parkir yang disediakan untuk menunjang
kegiatan pada bangunan utama.
Kriteria penyediaan taman parkir antara lain : rencana umum tata ruang daerah (RUTRD), keselamatan dan kelancaran lalu lintas, kelestarian lingkungan, kemudahan bagi pengguna jasa, tersedianya tata guna lahan, letak antara jalan akses utama dan daerah yang dilayani.
Kriteria penyediaan gedung parkir antara lain : tersedia tata guna lahan; memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang-undangan yang berlaku; tidak menimbulkan pencemaran lingkungan; memberikan kemudahan bagi pengguna jasa.
c. Penetapan tarif parkir adalah salah satu cara pengendalian lalu-lintas, Perhitungan tarif parkir tidak didasarkan atas perhitungan pengembalian biaya investasi dan operasional;. juga tidak semata -mata untuk memperoleh
keuntungan material dan/atau finansial.
Kriteria tarif parkir golongan A : parkir pada badan jalan (on-street) tanpa unt uk
maksud pengendalian parkir; daerah dengan frekuensi parkir relatif rendah (1,5 kendaraan/SRP/hari); parkir dengan waktu yang lama; daerah perumahan, parkir dapat tanpa pembayaran atau dengan tarif yang rendah; daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas rendah.
Kriteria tarif parkir golongan B : parkir pada badan jalan (on-street) tanpa unt uk
maksud pengendalian parkir; daerah dengan frekuensi parkir relatif tinggi (20 kendaraan/SRP/hari); daerah komersil atau pertokoan, tarif parkir dapat
diberlakukan relatif tinggi, untuk mengendalikan lalu-lintas; daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi.
Kriteria tarif parkir golongan C : kawasan parkir pada fasilitas parkir umum dengan maksud pengendalian parkir; keluar masuk kendaraan yang
dikendalikan melalui karcis dengan waktu tercatat, dapat diberlakukan tarif park ir
secara progresif, yang dapat, meningkat sesuai dengan lamanya parkir; daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi.
Pasal 16 Cukup Jelas Pasal 17
Cukup Jelas Pasal 18 Cukup Jelas Pasal 19 Cukup Jelas Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Ayat (1)
Pengolahan limbah dengan on-site system merupakan sistem pembuangan air
limbah yang dilakukan secara individual atau perorangan melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat.
Ayat (2)
Sanimas adalah sanitasi masyarakat, merupakan suatu program berbasis masyarakat yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Pasal 23
Proses pemisahan sampah organik dan non organik harus dilakukan mulai dari hulu sampai hilir. Hulu mempunyai arti kawasan penghasil sampah seperti kawasan permukiman, kawasam perdagangan dan jasa maupu kawasan untuk fungsi kegiatan fasilitas umum. Hilir mempunyai arti tempat pengolahan sampah mulai dari depo TPS TPA. Program 3R meliputi Reduce, Re-use dan Recycle. Reduce adalah
mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan. Re-use adalah pemakaian kembali. Recycle adalah mendaur ulang barang.
Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3)
Incenerator (Medical Waste Incinerator) adalah mesin yang digunakan untuk membakar sisa sampah dari limbah medis Rumah Sakit atau Pelayanan kesehatan seperti Puskesmas.
Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5)
Peran serta masyarakat mulai dari sumber (rumah tangga) antara lain pengurangan dan pemilahan Ayat (6) Cukup Jelas Ayat (7) Cukup Jelas Pasal 24 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 25 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 26 Ayat (1)
Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 27 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4)
Kepanjangan dari Rusunawa adalah rumah susun sederhana sewa. Ayat (5)
Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas Ayat (7)
RP4D (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah) merupakan acuan kerja untuk mengatur penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur, terencana dan terorganisasi.
Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 29 Cukup Jelas Pasal 30 Cukup Jelas Pasal 31 Cukup Jelas Pasal 32 Ayat (1)
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan.
Kebun bibit adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau Kota yang digunakan sebagai tempat penangkaran bibit pohon pelindung dan bibit tanaman hias.
Taman kota adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Ruang Terbuka
Hijau Kota yang mempunyai batas tertentu, ditata dengan serasi, lestari dan inda h
dengan menggunakan material taman, material buatan dan unsur-unsur alam untuk menjadi fasilitas sosial kota, pengaman sarana kota dan mampu menjadi areal penyerapan air.
Jalur Hijau adalah Ruang Terbuka Hijau untuk keserasian lingkungan dengan tujuan konservasi tanah, lingkungan peresapan air, perlindungan areal khusus dan
penyegaran udara yang terletak disepanjang jalan. Ayat (2)
Penghijauan adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk memelihara,
mempertahankan dan meningkatkan kondisi lahan beserta semua kelengkapannya dengan melakukan penanaman pohon pelindung, perdu/semak hias dan rumput/ penutup tanah dalam upaya melestarikan tanaman dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas
Ayat (6) Cukup Jelas Ayat (7) Cukup Jelas Ayat (8) Cukup Jelas Ayat (9) Cukup Jelas Ayat (10)
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang telah mengatur tentang luasan RTH yang disyaratkan untuk kawasan perkotaan sebesar 30% dari luasan kota, dimana dalam penyediaannya 20% merupakan RTH publik dan 10%
merupakan RTH privat. Saat ini RTH publik di Malang Tengah hanya seluas
1.169.260,91 M2 (13,24 %) dan RTH privat seluas 1.073.249,56 M2 (12,15 %) dari luasan Malang Tengah sebesar 883 Ha (=8.830.000 M2).
Ayat (11)
Kawasan ruang terbuka non hijau merupakan kawasan yang yang secara fisik bukan berbentuk bangunan gedung dan tidak dominan ditumbuhi tanaman ataupun
permukaan berpori, dapat berupa perkerasan, badan air ataupun kondisi tertentu lainnya.
Ayat (12) Cukup Jelas Pasal 33 Cukup Jelas Pasal 34 Cukup Jelas Pasal 35 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)
Yang dimaksud bangunan dengan fungsi fungsi penunjang kawasan lindung antara lain meliputi bangunan pengontrol ketinggian air di sempadan sungai, bangunan talud atau pengaman sungai, dll.
Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas Ayat (7) Cukup Jelas Ayat (8) Cukup Jelas Ayat (9) Cukup Jelas Pasal 36 Ayat (1) Cukup Jelas
Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 37 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)
Kajoetangan straat merupakan koridor sepanjang Jalan Basuki Rahmat. Kajoetanganstraat-Semeroestraat merupakan koridor Jalan Semeru. Ayat (3)
Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5)
Definisi eksporasi atau penelitian upaya untuk melakukan eksporasi atau peneliti an
terhadap variabel/elemen/unsur yang mempunyai nilai sejarah dan memiliki karakte r
khusus sehingga dapat dijadikan acuan untuk melakukan upaya pelestarian terhadap bangunan dan lingkungan cagar budaya.
Definisi preservasi adalah tindakan atau proses penerapan langkah-langkah dalam mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan/struktur, serta bentuk tanaman yang ada dalam tapak. Tindakan ini dapat disertai dengan menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping pemeliharaan material bangunan bersejarah tersebut
Definisi konservasi adalah Memelihara dan melindungi tempat-tempat yamg indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar. Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan.
Definisi restorasi adalah kegiatan mengembalikan suatu lingkungan atau benda cagar-budaya ke kondisi awalnya secara lengkap dan utuh untuk pemakaian yang sama seperti semula.
Definisi rehabilitasi adalah sebuah proses mengembalikan obyek agar berfimgsi kembali, dengan cam memperbaiki agar sesuai dengan kebutuhan sekarang, seraya melestarikan bagian-bagian dan wujud-wujud yang menonjol (penting) dinilai dari aspek sejarah, arsitektur dan budaya
Definisi renovasi adalah kegiatan membangun-kembali suatu lingkungan atau benda cagar-budaya ke kondisi yang menyerupai awalnya untuk pemakaian yang berbeda dari semula.
Definisi rekonstruksi adalah kegiatan membangun-kembali suatu lingkungan atau benda cagar-budaya yang sebagian besar telah hancur tidak berbentuk lagi
Definisi adaptasi/revitalisasi adalah Meningkatkan kegiatan social dan ekonomi lingkungan bersejarah, yang sudah kehilangan vitalitas fungsi aslinya
Definisi addisi adalah Menempatkan/ membuat bangunan/elemen bangunan baru yang sesuai dengan karakter kawasan.
Definisi gentrifikasi adalah kegiatan menghidupkan-kembali kegiatan di suatu lingkungan yang telah ditinggalkan penghuninya
Definisi demolisi adalah Penghancuran atau perombakan suatu lingkungan binaan yang sudah rusak atau membahayakan
Pasal 38 Cukup Jelas Pasal 39 Cukup Jelas Pasal 40 Cukup Jelas Pasal 41
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern :
Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar;
pa
bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang;
Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan;
Pasal 42 Cukup Jelas Pasal 43 Cukup Jelas Pasal 44 Cukup Jelas Pasal 45 Cukup Jelas
Pasal 46 Cukup Jelas Pasal 47 Cukup Jelas Pasal 48 Cukup Jelas Pasal 49 Cukup Jelas Pasal 50 Cukup Jelas Pasal 51 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)
Kawasan strategis yang dimaksud meliputi kawasan cagar budaya (kawasan kayu tangan) dan kawasan strategis ekonomi (kawasan Pusat Kota, kawasan Pasar Besar dan sekitarnya serta kawasan strategis lainnya yang mempunyai nilai ekonomi cuku p tinggi) Pasal 52 Cukup Jelas Pasal 53 Cukup Jelas Pasal 54 Cukup Jelas Pasal 55 Cukup Jelas Pasal 56
ATM ( Automatic Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri) adalah sebuah alat elektronik yang mengijinkan nasabah bank untuk mengambil uang dan mengecek rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang teller manusia. Pasal 57
Pasal 58 Cukup Jelas Pasal 59 Cukup Jelas Pasal 60 Cukup Jelas Pasal 61 Cukup Jelas Pasal 62 Cukup Jelas Pasal 63 Cukup Jelas Pasal 64 Cukup Jelas Pasal 65 Cukup Jelas Pasal 66 Cukup Jelas Pasal 67 Cukup Jelas Pasal 68 Cukup Jelas
Pasal 69 Cukup Jelas Pasal 70 Cukup Jelas Pasal 71 Cukup Jelas Pasal 72 Cukup Jelas Pasal 73
Pasal 68 ini hanya menjelaskan tentang jenis ijin pemanfaatan ruang
besertaketentuan umum perijinan pemanfaatan ruang berdasarkan PP No. 15 Tahun 2010, permendagri no. 1 tahun 2008 dan permendagri no. 50 tahun 2009.
Sedangkan proses atau mekanisme dari ijin pemanfaatan ruang ini akan dijelaskan lebih detail dalam Peraturan walikota.
Pasal 74 Cukup Jelas Pasal 75 Cukup Jelas Pasal 76 Cukup Jelas Pasal 77 Cukup Jelas Pasal 78 Cukup Jelas Pasal 79 Cukup Jelas Pasal 80 Cukup Jelas Pasal 81 Cukup Jelas Pasal 82 Cukup Jelas
Pasal 83 Cukup Jelas Pasal 84 Cukup Jelas Pasal 85 Cukup Jelas Pasal 86
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 : Ayat (1)
Koordinasi adalah upaya mencapai suatu kesatuan sikap pandangan dan gerak langkah melalui kegiatan yang meliputi penentuan pembagian pekerjaan, hubungan kerja dan penyaluran tanggung jawab masing-masing unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan suatu tugas untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dan/atau tumpang tindih.
Ayat (2)
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang disingkat BKPRD adalah Badan yang bersifat ad-hoc di Provinsi dan di Kabupaten/Kota dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas
Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas Ayat (7) Cukup Jelas Ayat (8) Cukup Jelas Ayat (9) Cukup Jelas Pasal 87 Cukup Jelas Pasal 88 Cukup Jelas Pasal 89 Cukup Jelas Pasal 90 Cukup Jelas Pasal 91 Cukup Jelas
Lampiran 15
Tahapan Indikasi Program Pembangunan di Kecamatan Klojen Tahun 2010 - Tahun 2030
Program Pengembangan (Aspek)
Lokasi Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan Program
No. Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Perkiraan Biaya Sumber Biaya
(Tahun 2010-2011) (Tahun 2011-2016) (Tahun 2016-2020) (Tahun 2020-2025) (Tahun 2025-2030) 1 Transportasi
Program pelebaran jalan untuk menyesuaikan fungsi jalan
.
Melakukan fisibility study (studi kelayakan) pelebaran jalan
Jalan Panglima Sudirman, Jalan Laksamana
Jalan Pasar Besar (dan beberapa ruas jalan yang ada di kawasan Pasar Besar)
300 jt APBD II
Dinas Perhubungan, Bappeda, Dinas PU . Penyusunan Amdal Lalin 250 jt APBD II
Dinas Perhubungan, Bappeda, Dinas PU
.
Sosialisasi dan pembebasan lahan
100 jt APBD II
Dinas Perhubungan, Bappeda, Dinas PU . Pelaksanaan pembangunan 450 jt APBD I, APBD II Dinas PU Program pepembangunan sarana dan prasarana jalan 50 jt . Pembangunan Halte, Jembatan penyebrangan, dan zebra cross serta pot dan lampu penerangan di sepanjang
kayutangan, di Jalan Veteran, Jalan Kawi, di sekitar Pasar Besar, di Pasar Comboran, Jalan Myjen Panjaitan, Jl. Trunojoyo, di sekitar Alun-alun Merdeka dan di sekitar Alun-alun Tugu.
75 jt/tahun APBD II
Dinas Perhubungan, Dinas PU , Dinas Kebersihan dan Pertamanan
.
Pelebaran trotoar dan perbaikan trotoar Pelebaran (di Alun - alun Merdeka dan sekitarnya serta kawasan Pasar Besar) dan
Perbaikan (di semua ruas jalan)
50 jt/tahun APBD II
Dinas PU, Dinas Kebersihan dan Pertamanan
.
Studi Revitalisasi Pasar Besar untuk
menampung kapasitas
parkir di area sekitarnya Kawasan Pasar
Besar
250 jt APBD II
Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan Daerah, Bappeda, Masyarakat dan Swasta
(pengusaha) sekitar, Dinas Pasar
.
Sosialisasi parkir bersama di lokasi Pasar Besar
Kawasan Pasar Besar
75 jt APBD II
Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan Daerah, Bappeda, Masyarakat dan Swasta
(pengusaha) sekitar, Dinas Pasar
Program Pengembangan (Aspek)
Lokasi Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan Program
No. Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Perkiraan Biaya Sumber Biaya
Instansi Terkait / Pelaksana
(Tahun 2010-2011)
(Tahun 2011-2016) (Tahun 2016-2020) (Tahun 2020-2025) (Tahun 2025-2030) . Sosialisasi Pengembalian Rute Angkutan Umum sesuai dengan rute yang seharusnya
Kawasan Pasar Besar
75 jt APBD II
Dinas Perhubungan, Bapeko, Paguyuban Angkutan Umum .
Sosialisasi sistem tarif progresif dan parkir berlangganan
Kawasan Pasar Besar
75 jt APBD II
Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan Daerah, Bappeda, Masyarakat , Dinas Pasar .
Studi Parkir Bersama di sekitar Pasar Comboran Kawasan Pasar Comboran 150 jt APBD II
Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan Daerah, Bappeda, Masyarakat dan Swasta
(pengusaha) sekitar, Dinas Pasar
.
DED dan pelaksanaan pembangunan Parkir Bersama di sekitar Pasar Comboran Sekitar Pasar Comboran
300 jt APBD II
Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan Daerah, Bappeda, Masyarakat dan Swasta
(pengusaha) sekitar, Dinas Pasar
.
Pemasangan rambu-rambu dilarang parkir on street
di semua jalan arteri primer, jalan arteri sekunder dan jalan kolektor
200 jt APBD II
Bappeda, Dinas PU, masyarakat sekitar 2
Kependudukan Manajemen Kependudukan
.
Sosialisasi peningkatan kualitas SDM berupa peningkatan
keterampilan dan pendidikan non formal lainnya Di seluruh kelurahan yang didalamnya terdapat permukiman padat 75 jt/tahun APBD II Bappeda, Dinas
Ketenagakerjaan dan Sosial, Aparat kecamatan dan
kelurahan, Tokoh masyarakat, masyarakat sekitar
.
Sosialisasi keterlibatan semua program
pembangunan fisik dan non fisik pada
masyarakat
Di seluruh kelurahan yang ada di wilayah perencanaan
75 jt/tahun APBD II
Bappeda, Dinas
Ketenagakerjaan dan Sosial, Aparat kecamatan dan
kelurahan, Tokoh masyarakat, masyarakat sekitar . Sosialisasn dan pelaksanaan Manajemen Penduduk (pelatihan tentang kependudukan, regristasi penduduk, pelanggaran, dll) Di seluruh kelurahan yang ada di wilayah perencanaan
75 jt/tahun APBD II
Bappeda, Dinas
Ketenagakerjaan dan Sosial, Aparat kecamatan dan
kelurahan, Tokoh masyarakat, masyarakat sekitar
3
Fasilitas
Program Peningkatan (kualitas dan kuantitas) Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan
Program Pengembangan (Aspek)
Lokasi Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan Program
No. Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Perkiraan Biaya Sumber Biaya
Instansi Terkait / Pelaksana
(Tahun 2010-2011)
(Tahun 2011-2016) (Tahun 2016-2020) (Tahun 2020-2025) (Tahun 2025-2030) . Sosialisasi peningkatan kualitas fasilitas pendidikan (peningkatan mutu tenaga kependidikan dan manajemen kependidikan) baik pendidikan formal maupun non formal Di seluruh unit fasilitas pendidikan mulai TK sampai SMA baik milik swasta atau pemerintah
50 jt/tahun APBD II
Dinas Pendidikan, Bappeda .
Sosialisasi peningkatan kualitas fasilitas kesehatan (baik formal maupun non formal
termasuk sosialisasi PHBS ke masyarakat) Di seluruh unit fasilitas kesehatan baik swasta ataupun pemerintah
50 jt/tahun APBD II
Dinas Kesehatan, Bappeda .
Pelaksanaan pembangunan dan perbaikan fasilitas pendidikan (sarana dan prasarana fasilitas pendidikan)
Di seluruh unit fasilitas pendidikan baik swasta ataupun pemerintah 500 jt/lima tahun APBD II dan Investor Dinas Pendidikan, Swasta/investor . Pelaksanaan
pembangunan dan perbaikan fasilitas kesehatan
Di seluruh unit fasilitas kesehatan baik swasta ataupun pemerintah 500 jt/lima tahun APBD II dan Investor Dinas Pendidikan, Swasta/investor Program Penyediaan Fasilitas Perumahan . Sosialisasi Rusunawa/Rusunami Di kawasan permukiman yang berada di sepanjang Sungai Brantas
100 jt APBD II
Bappeda, Dinas PU, Tokoh Masyarakat
.
Studi Kelayakan untuk pembangunan
apartemen (kelas menengah keatas) Di sekitar Kawasan Alun - alun Tugu dan sekitar kawasan Pasar Besar
150 jt APBD II
Bappeda, Dinas PU, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu .
Studi Kelayakan untuk pembangunan
apartemen (pelajar dan mahasiswa)
Di sekitar kawasan pendidikan
(Kelurahan Penanggungan)
150 jt APBD II
Bappeda, Dinas PU, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu . Pelaksanaan Pembangunan Rusunawa/Rusunami Di kawasan permukiman yang berada di sepanjang Sungai Brantas 1 M APBD II dan APBN Dinas PU . Pelaksanaan Pembangunan apartemen (kelas menengah keatas) Di sekitar Kawasan Alun - alun Tugu dan sekitar kawasan Pasar Besar
10 M Swasta/Investtor Swasta/Investtor . Pelaksanaan Pembangunan
apartemen (pelajar dan mahasiswa) Di sekitar kawasan pendidikan (Kelurahan Penanggungan) 5 M Swasta/Investtor Swasta/Investtor Program Peningkatan Fasilitas RTH
Program Pengembangan (Aspek)
Lokasi Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan Program
No. Prioritas Kegiatan Program Tahap Persiapan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Perkiraan Biaya Sumber Biaya
Instansi Terkait / Pelaksana
(Tahun