• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

C. Pelaksanaan D Pengawasan

1. Alokasi waktu kegiatan 1.Memeriksa aktivitas unutk mencapai hasil yg telah dilakukan sesuai rencana sesuai rencana/tdk 2. Alokasi pengeluaran 2. Mencegah penyimpa utk pemenuhan pangan ngan yg terjadi dan non pangan sesuai 3. Membimbing agar rencana yg telah ditetap lebih meningkatkan kan terlebih dahulu kinerja

Komunikasi Pengambilan Keputusan OUTPUT Tingkat Kesejahteraan 1.Kriteria BPS 2005 2.Kriteria BKKBN

3. Kriteria Pengeluaran Pangan 4. Kriteria Persepsi Keluarga

Komunikasi

Pengambilan Keputusan Karakteristik Keluarga

1.Jumlah anggota 4.Pendapatan

2.Usia 5.Pendidikan

3.Kondisi Fisiologi 6.Pekerjaan

Karakteristik Lingkungan 1.Kelembagaan Sosial 2.Kebijakan Pemerintah 3.Lingkungan Tempat Tinggal 4.Aset

dengan masalah yang sangat subyekrtif Terdapat 23 indikator yang digunakan untuk mengklasifikasi keluarga ke dalam lima kategori yaitu: Pra KS, KS I, KS II, KS III, dan KS III plus. Untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga berdasarkan kriteria BKKBN, digunakan indikator ekonomi. Ukuran yang terakhir adalah persepsi keluarga. Persepsi keluarga tersebut dibangun di atas dua indikator yaitu: interpretasi subyektif dan kondisi obyektif dengan mengajukan 31 pertanyaan yang akan direspons oleh keluarga berdasarkan persepsi mereka tentang kesejahteraan yang mereka alami.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu: hipotesis umum dan hipotesis kerja. Hipotesis umum adalah bahwa kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh karakteristik demografi, karakteristik sosial ekonomi, dan faktor eksternal, sedangkan hipotesis kerja (hipotesis statistik) menurut Walpole (1995) adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Oleh karena keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan lain-lain maka penelitian terhadap populasi tidak mungkin dilakukan sehingga diambil contoh acak dari populasi yang diharapkan untuk memperoleh informasi dari contoh dan kemudian memutuskan apakah hipotesis tersebut benar/salah. Dalam penelitian ini dirumuskan 18 hipotesis. Black dan Champion (1992) mengatakan bahwa perumusan ini adalah untuk mengetahui kaitan antar variabel

H1 : Jumlah anggota berpengaruh terhadap kesejahteraan H2 : Usia berpengaruh terhadap kesejahteran

H3 : Pendidiian berpengaruh terhadap kesejahteraan H4 : Pekerjaan berpengaruh terhadap kesejahteraan H5 : Pendapatan berpengaruh terhadap kesejahteraan

H6 : Kepemilikian tabungan berpengaruh terhadap kesejahteraan H7 : Kepemilikan aset berpengaruh terhadap keejahteran

H8 : Pinjaman/kredit finansial berpengaruh terhadap kesejahteran H9 : Pinjaman/kredit barang berpengaruh terhadap kesejahteran H10: Bantuan langsung Tunai berpengaruh terhadap kesejahteran H11: Lokasi tempat tinggal berpengaruh terhadap kesejahteraan

H12: Lokasi tempat tinggal berpengaruh terhadap perencanaan dalam keluarga H13: Lokasi tempat tinggal berpengaruh terhadap pembagian tugas dalam keluarga H14: Pendapatan berpengaruh terhadap pengawasan dalam keluarga

H15: Perencanaan berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga H16: Pembagian tugas berpenga ruh terhadap kesejahteraan keluarga H17: Pengawasan berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga

H18: Indikator kesejahteraan BPS sama baiknya dengan indikator BKKBN, pengeluaran pangan, dan persepsi keluarga dalam menentukan tingkat kesejahteran

METODE

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional survey. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor Propinsi Jawa Barat. Pemilihan kedua wilayah ini dengan alasan bahwa: (a) proporsi kemiskinan di kedua wilayah ini cukup besar, (b) kedua wilayah ini merupakan daerah penyangga kota Jakarta, (c) kecamatan dan desa/keluarahan yang diambil sebagai sampel penelitian baik di Kabupaten Bogor maupun di Kota Bogor hanyalah mewakili wilayah miskin di kota dan miskin di desa, sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa desa lebih memiliki peluang sejahtera dari pada kota dan sebaliknya, (d) kedua wilayah ini relatif mudah dijangkau oleh peneliti baik melalui angkutan kota, bus, dan ojeg. Penelitian dilakukan bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007.

Teknik Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian adalah keluarga yang tinggal di Kabupaten dan Kota Bogor. Di Kabupaten Bogor dipilih tiga Kecamatan secara purposive yaitu Wilayah Barat, Wilayah Tengah dan Wilayah Timur. Wilayah Barat diambil Kecamatan Ciampea, Wilayah Tengah diambil Kecamatan Cisarua, Wilayah Timur diambil Kecamatan Gunungputri, sementara itu di Kota Bogor dipilih Kecamatan Bogor Tengah. Ke empat Kecamatan tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian secara

purposive berdasarkan jumlah kepala keluarga yang besar pada beberapa kategori tingkat keluarga sejahtera menurut BKKBN.

Selanjutnya tiap Kecamatan dipilih dua kelurahan/desa secara purposive

yang diambil dari hasil pendataan keluarga tahun 2005. Tiap desa/kelurahan di ambil keluarga contoh sebesar 30 contoh yang terdistribusi pada kriteria sejahtera menurut BKKBN yaitu Pra-KS, KS-1, KS-2, KS-3 dan KS-3+, sehingga jumlah sampel sebanyak 240 keluarga contoh. Penarikan contoh dilakukan secara proporsional (Proportional Stratified Random Sampling). Keuntungan dari pada menggunakan metode ini adalah bahwa (a) dapat mewakili semua kriteria, (b) dapat memperbandingkan satu kriteria dengan kriteria lainnya. Besarnya sampel yang di ambil dari tiap kriteria tidak berimbang, karena kriteria sejahtera dan tidak sejahtera tiap desa/kelurahan memang berbeda-beda secara kuantitatif. Karena itu, peneliti

menetapkan sendiri berapa besarnya persentase yang diambil untuk mewakili setiap kriteria secara proporsional.

Untuk memperoleh sampel dari setiap kriteria secara representatif, maka verifikasi dilakukan minimal tiga hari oleh peneliti dan enumerator melalui beberapa langkah sebagai berikut: (1) Diambil data komposisi keluarga contoh berdasarkan status kesejahteraan di PLKB kecamatan, (2) Data dari PLKB kecamatan, dibandingkan dengan data dari PLKB desa/kelurahan, untuk mengecek kebenaran data dari PLKB kecamatan dan desa/kelurahan, (3) Jika terjadi ketidaksesuaian antara data dari PLKB kecamatan dan PLKB desa/kelurahan maka peneliti dan enumarator mengecek secara langsung data dari PLKB desa/kelurahan dengan asumsi bahwa data dari kecamatan juga diperoleh dari PLKB desa/keluarhan, (4) Data dari PLKB desa/kelurahan tidak begitu saja dipercayai, karena itu kemudian dicek kembali data dari desa/keluarahan dibandingkan dengan laporan dari tiap RT/RW, (5) Perbandingan data dari PLKB desa/kelurahan dengan laporan dari tiap RT/RW inilah yang kemudian diambil persentase dan dijadikan sebagai sampel penelitian, (6) Andaikata ada kecocokan antara data dari PLKB kecamatan dan desa/kelurahan serta laporan dari tiap RT/RW maka data tersebut tetap dipakai. Hasil pendataan keluarga contoh oleh PLKB dan hasil verivikasi dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Hasil Pendataan Keluarga Contoh Tahun 2005 oleh PLKB dan Verifikasi

Kecamatan Desa/

Kel Status Kesejahteraan Pra KS KS-1 KS-2 KS-3 KS-3+ Verifi kasi PLKB Verifi kasi PLKB Verifi kasi PLKB Verifi kasi PLKB Verifi kasi PLKB Ciampea Tegal waru 126 254 1159 608 908 1459 465 466 146 18 Cicadas 161 275 1866 1588 191 568 8 38 - 4 Gunung

Putri Wana herang 152 152 1627 1627 1569 1569 1546 1607 217 217

Ciang sana 455 202 648 1091 476 1554 1379 1316 474 449 Cisarua Kopo 22 25 2264 2288 1361 1221 216 227 6 6 Cibe ureum 75 75 1930 1957 566 558 293 284 29 20 Bogor Tengah Gudang 32 7 959 1047 711 701 87 117 22 18 Bbkn Pasar - 1 1604 1204 437 853 57 233 - 12 Total 1023 991 12057 11961 6219 7932 4050 4288 894 745

Berdasarkan teori penarikan contoh bahwa bila semua kemungkinan contoh acak berukuran n diambil tanpa pemulihan dari suatu populasi terhingga berukuran

N yang mempunyai nilai tengah (median) dan standar deviasi maka sebaran penarikan contoh bagi nilai tengah contoh rata-rata (mean) akan menghampiri sebaran normal dengan nilai tengah dan standar deviasi (Walpole, 1995). Dalil ini dapat mendekati kebenaran kalau hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh variabel independent mendekati normal.

Pentingnya dalil ini terutama untuk membuat kesimpulan mengenai estimator dari sampel yang menurut dalil pusat (central limit theorem) mengikuti atau mendekati fungsi normal, apabila sample cukup besar yaitu kalau n menuju tak terhingga. Dalil ini dalam prakteknya sudah berlaku kalau n >30, sebab dalam keadaan seperti ini nilai dari Tabel t untuk alpha tertentu akan mendekati nilai dari tabel normal (Supranto, 2000). Adapun sebaran keluarga contoh pada Tabel 7

Tabel 7 Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Status Kesejahteraan BKKBN

Desa/ Kelurahan

Status Kesejahteraan Total Pra KS KS-1 KS-2 KS-3 KS-3+ Tegalwaru 1 10 11 5 2 30 Cicadas 1 22 4 1 - 30 Wanaherang 1 10 10 10 1 30 Ciangsana 4 6 4 13 8 30 Kopo 1 20 6 3 1 30 Cibeureum 1 18 7 4 1 30 Gudang 1 14 13 2 1 30 Babakan Pasar - 20 7 2 - 30 Total 10 120 62 40 8 240

Miskin Tidak Miskin 130 110

Jumlah keluarga miskin dan tidak miskin yang tertera pada Tabel 7 tersebut berdasarkan alasan ekonomi dan non ekonomi, tetapi kemudian pada saat analisis data, digunakan kemiskinan karena alasan ekonomi, sehingga angka di atas bergeser menjadi keluarga yang miskin lebih sedikit dari pada yang tidak miskin. Kemiskinan karena alasan ekonomi berdasarkan kriteria BKKBN terdiri dari enam unsur yaitu: (1) makan <dua kali sehari, (2) lantai sebagian besar dari tanah, (3) tidak mempunyai pakaian yang berbeda, (4) makan daging/telur/ikan minimal satu

minggu sekali, (5) membeli baju baru minimal sekali setahun, (6) luas lantai rumah rata-rata <8m2/anggota keluarga. Sesuai dengan pengklasifikasian BKKBN, Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dengan alasan ekonomi diklasifikasikan sebagai keluarga miskin, sedangkan Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga Sejahtera III Plus diklasifikasikan menjadi keluarga tidak miskin.

Jenis Data dan Cara Pengumpulannya

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Riduwan dan Lestari (2001), mengemukakan bahwa data primer adalah data yang langsung dari responden melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kues ioner. Wawancara yang dilakukan adalah terutama untuk ungkapan-ungkapan verbal dari anggota keluarga. Jika pertanyaan itu menyangkut suami, isteri, atau anak maka diadakan wawancara dengan anggota keluarga tersebut. Wawancara pada anak-anak dilakukan pada anak-anak yang berusia 15 tahun ke atas sesuai kriteria BKKBN (1998) dan anak-anak yang belum menikah. Ritzer (1992) mengatakan bahwa observasi yang dilakukan adalah terutama untuk memahami realitas

intersubjective dan intrasubjective dari tindakan dan interaksi sosial. Teknik yang paling ringan adalah observasi yang bersifat eksplorasi. Teknik ini paling subyektif sifatnya dan pemakaiannya berhubungan erat dengan rencana observasi yang sebenarnya. Biasanya teknik observasi dipergunakan terutama untuk mengamati tingkah laku aktual, dan obyek yang dapat dilihat dan diraba. Data sekunder meliputi tingkat kesejahteran menurut kriteria BKKBN melalui rekapitulasi hasil pendataan rumahtangga tingkat desa/kelurahan yang dicatat oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Data penunjang lainnya diperoleh melalui kajian dokumentasi dan kepustakaan dari publikasi/laporan instansi terkait seperti: BPS, BKKBN, dan sebagainya. Jenis data dan cara pengumpulan seperti pada Tabel 8

Standarisasi Metode Pengumpulan Data

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan dalam mengumpulkan data yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Dengan demikian perlu dijelaskan “validasi metode”.

Tabel 8 Jenis Data dan Cara Pengumpulannya

No Jenis Data Cara Pengumpulan 1 Karakteristik Demografi: usia, jenis kelamin,

jumlah anggota

Wawancara dengan menggunakan

angket 2 Karakteristik Sosial Ekonom i: pekerjaan,

pendapatan, pendidikan, fisiologi, konsumsi pangan,dan aset

Wawancara dengan menggunakan

angket

3 Faktor Eksternal:

a. Kelembagaan sosial

b, Kebijakan/program pemerintah c. Lingkungan tempat tinggal

-Wawancara dg menggunakan angket -Obsevasi

4 Tingkat Kesejahteraan 1. BPS (2005)

<150.000/kap/bln adalah miskin untuk Kabupaten Bogor

<175.000/jap/bln adalah miskin untuk Kota Bogor

2. Pengeluaran pangan

>70% pendapatan digunakan untuk kebutuhan pangan

3. BKKBN

a. Kebutuhan akan makan (frekuensi makan dan makan daging/telut/ikan b. Kebutuhan akan pakaian (memiliki

pakaian berbeda dan membeli baju baru sekali setahun)

c. Kebutuhan akan rumah (lantai dan luas rumah)

4. Persepsi Keluarga

Kesejahteraan keluarga secara subyektif menggambarkan evaluasi individu terhadap kehidupannya, yang mencakup kebahagiaanm kondisi emosi yang gembira, kepuasan hidup dan relatif tidak adanya semangat dan emosi yang tidak menyenangkan, Pendekatan subtektif mendefinisikan kemiskinan berdasarkan pemahaman penduduk mengenai standar hidup mereka dan bagaimana mereka mengartikannya, Penduduk mungkin mempunyai pandangan sendiri tentang apa arti kemiskinan yang mungkin bisa berbeda dengan pandangan obyektif. Dengan demikian, terdapat perbedaan pandangan berdasarkan wilayah regional maupun geografi serta nilai sosial budaya yang ada di masyarakat. Garis kemiskinan dalam pendekatan ini didasarkan pada penilaian subyektif masyarakat dan hubungannya dengan kondisi masyarakat tertentum tetapi pendekatan ini lebih cocok untuk studi-studi mikro karena biasanya menggunakan ukuran kualitatif (Raharto dan Romdiati dalam WKNPG, 2000)

-Wawancara dg menggunakan angket

-Wawancara dg menggunakan angket

-Wawancara dg menggunakan angket -Observasi

Validasi Metode Angket

Keabsahan (validitas) merujuk kepada keabsahan isi (content validity) daripada instrument yang digunakan dalam menjaring data. Validitas isi angket yang digunakan dipandang representative untuk menjaring semua aspek yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam aplikasinya, ternyata semua data yang dikumpulkan melalui kerangka konsep yang telah disusun dapat mengukur data, baik menggunakan skala ordinal, rasio, nominal dan interval. Demikian pula kebsahan angket telah mampu mengelaborasi analisis baik yang bersifat narasi (deskriptif) maupun analisis statistic. Singarimbun dan Effendi (1989).mengatakan bahwa data yang dijaring melalui angket tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil angket itu. Dengan alasan tersebut maka angket merupakan instrumen inti dalam pengumpulan data kuantitatif dan di dukung dengan observasi.

Validasi Metode Observasi

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa keabsahan (validitas) merujuk kepada keabsahan isi (content validity) daripada instrument yang digunakan dalam menjaring data. Validitas isi angket juga telah mampu memaparkan apa yang ingin dilhat atau diamati seperti kondisi lingkungan tempat tinggal, aset yang dimiliki dan lain-lain sebagainya melalui kerangka konsep yang telah disusun. Berbeda dengan penelitian yang amat kualitatif (grounded research) dalam mengamati perilaku religiusitas keluarga sebagaimana yang digunakan dalam kriteria BKKBN untuk mengukur kesejahteraan. Penelitian semacam ini memerlukan observasi partisipasi dalam mengamati keterlibatan ritual dan keterlibatan intelektual keluarga dalam mengikuti ritual keagamaan seperti solat, ke gereja dan lain-lain maupun mengikuti pengajian, sekolaj minggu, membaca al-Qur’an, membaca al-Kitab, dan sebagainya. Oleh Karena itu, peneliti harus menjadi bagian dari keluarga dalam arti, membaur, bergaul bersama keluarga, berceritra dan lain-lain. Dalam situasi seperti ini angket tidak dapat digunakan karena akan menimbulkan prasangka orang yang akan diteliti. (Bodgan dan Taylor, 1993). Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka variabel ibadah dan kepercayaan menurut agama masing-masing sesuai kriteria BKKBN dieliminasi dalam penelitian ini, karena akan menemukan tingkat

kesulitan yang sangat besar. Kalaupun hal ini dilakukan maka membutuhkan waktu yang lama, artinya bahwa peneliti harus mengamati perilaku religiusitas sampai pada tingkat kejenuhan atau tidak ada informasi atau perilaku baru yang muncul. Dengan demikian maka menurut penulis, penelitian tersebut mengandalkan observasi partisipasi dan didukung dengan angket. Dalam kasus seperti ini Bodgan dan Taylor (1993) memandang metode angket tidak layak dipakai karena metode ini memiliki potensi bias yang cukup besar. Alasannya adalah bahwa dengan menggunakan angket dalam menjaring data kualitatif, ada kemungkinan peneliti sangat terikat dan ditentukan oleh prasangka yang dibuat oleh peneliti lewat angket, konsekuensinya kemudian adalah peneliti bisa menggiring responden untuk mengikuti format pemikiran yang dibangun oleh peneliti. Sementara itu, data kualitatif seperti disebutkan di atas, justru menunggu dan mengamati. Penelitian semacam ini, lazim digunakan oleh para antropolog, sosiolog, dan psikolog dalam mengamati perilaku manusia.

Pertentangan diametral antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif seperti inilah, maka muncullah polarisasi paradigma, yang terkesan seolah-olah merupakan dua garis lurus yang tidak pernah akan bertemu pada satu titik seperti digambarkan dalam paradigma penelitian dibawah ini. Dari kerangka konsep tersebut, paradigma penelitian survey berangkat ke lapangan dengan membawa teori, hipotesis dan konsep, kemudian mengumpulkan data, dan berdasarkan data, apakah teori dan hipotesis diterima atau ditolak. Dengan perkataan lain, paradigma penelitian survey berangkat dengan teori dan berakhir dengan teori. Dalam penelitian ini penulis berada dalam kajian kerangka wilayah paradigma penelitian survey atau pemairan.

Gambar 4 Kerangka Fikir Pendekatan Survey, Sumber: Schlegel A. Stuart (1986) Berbeda dengan penelitian yang amat kualitatif (grounded research). Paradigma penelitian grounded ke lapangan dengan tidak membawa teori, hipotesis dan konsep, tetapi membawa proposal sebagai alat bantu saja untuk mengumpulkan data. Uraian dan konsep-konsep berdasarkan data, kemudian teori mana yang

DATA TEORI

HIPOTESIS KONSEP

TEORI & HIPOTESIS DITERIMA/DITOLAK

relevan untuk menerangkan data. Dengan perkataan lain, paradigma grounded

berangkat dengan data dan berakhir dengan teori seperti pada Gambar 5.

Gambar 5 Kerangka Fikir Pendekatan Grounded, Sumber: Schlegel A. Stuart (1986)

Variabel Penelitian dan Indikator

Singarimbun dan Efendi (1995) mengatakan bahwa variabel tidak lain dari pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut. Peubah yang akan diukur dalam penelitian ini adalah peubah bebas (Independen Variable) dan peubah terikat (Dependen Variable). Peubah bebas yang digunakan adalah: jumlah anggota keluarga, umur suami, umur isteri, pendidikan suami, pendidikan isteri, pendapatan, pekerjaan suami, pekerjaan isteri, kepemilikan aset, tempat tinggal, akses pinjaman uang pada lembaga finansial, bantuan langsung tunai, kredit barang/peralatan, dan lain-lain, sedangkan peubah terikat adalah kesejahteraan. Seluruh variabel dijabarkan dalam indikator sebagaimana dipaparkan di atas, kemudian ditentukan parameternya.

Menurut Fusco (2002), indikator merupakan alat untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh melalui cara yang berbeda-beda (angka, grafik, dan lain-lain) dari suatu fenomena kompleks yang memiliki arti luas. Secara sederhana indikator adalah sesuatu yang bisa membantu seseorang memahami dimana mereka berada, kemana akan menuju dan berapa jauh mereka berada dari tempat yang akan dituju tersebut. Indikator yang baik akan memberikan peringatan dini munculnya permasalahan sebelum menjadi lebih parah dan juga berguna dalam mengenali apa yang harus dilakukan. Dengan mencermati indikator yang dikemukakan di muka, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai landasan untuk menentukan parameter. Parameter adalah cara atau metode yang digunakan untuk mengukur indikator berdasarkan aturan tertent, misalnya menggunakan angka dan lain-lain. DATA URAIAN DAN KONSEP-KONSEP BERDASARKAN DATA TEORI MENERANGKAN DATA

Steven (1951) dalam Black dan Champion (1992) mengatakan bahwa pengukuran adalah angka terhadap sejumlah obyek atau peristiwa berdasarkan aturan tertentu. Setelah suatu variabel diketahui indikatornya dan telah ditetapkan parameternya, kemudian parameter tersebut di-angka-kan. Dengan demikian menurut Muslich (1993) angka menjadi begitu penting dalam analisis kuantitatif. Steven membagi tingkat ukuran kedalam empat kategori yaitu: ukuran nominal, ukuran ordinal, ukuran interval, dan ukuran rasio. Adapun variabel dan indikatornya dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9 Pengukuran Variabel dan Indikator

Variabel Indikator

Jumlah anggota keluarga Suami, isteri, anak, dan anggota lainnya

Umur suami Produktif/tidak produktif

Umur isteri Produktif/tidak produktif

Pendidikan suami Lama pendidikan

Pendidikan isteri Lama pendidikan

Pendapatan Semua penghasilan dihitung dalam bentuk uang

Akses pinjaman uang Semua pinjaman dalam bentuk uang

Bantuan langsung tunai Bantuan dalam bentuk uang

Kredit barang/peralatan Mobil/sepeda motor dll

Pakaian Kayu

Lokasi tem pat tinggal Kabupaten dan Kota Bogor

Status pekerjaan isteri Bekerja dan tidak bekerja

Pekerjaan suami sbg pedagang Usaha produktif/komersial

Pekeraan suami s bg buruh Usaha jasa

Kepemilikan asset Kepemilikan rumah

Luas rumah Kepemilikan ternak Kepemilikan kendaraan Kepemilikan alat elektronik Kepemilikan mebel

Kepemilikan alat rumahtangga

Kepemilikan tabungan Uang

Perencanaan Kepemilikan rencana

Pembagian tugas Pembagian tugas pada anggota

Pengawasan Kontrol kegiatan anggota

Sumber: Data Primer

Definisi Operasional

1. Jumlah anggota keluarga adalah total dari anggota yang terdiri dari suami, istri, anak, orang tua, mertua dan lainnya yang tinggal dalam satu rumah 2. Pekerjaan adalah aktivitas produktif baik bersifat komersial maupun

kriteria BKKBN (1998), dimana sebagian besar waktunya digunakan untuk bekerja dalam mendapatkan penghasilan dilakukan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu bertutur-turut dan tidak terputus sesuai ukuran Susenas (1997). Pekerjaan tersebut baik sebagai PNS, pedagang, wiraswasta, petani, dll

3. Pendapatan adalah total uang yang diterima keluarga dari seluruh anggota yang bekerja dan memperoleh upah baik melalui pekerjaan utama maupun sampingan yang dihitung dalam rupiah perbulan

4. Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditempuh selama beberapa tahun oleh anggota keluarga

5. Konsumsi pangan adalah pola konsumsi keluarga yang terdiri dari frekuensi makan, kebiasaan makan bersama dalam keluarga, waktu makan bersama dalam keluarga, keutamaan dalam pembagian makanan ke seluruh anggota keluarga, dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga setiap hari

6. Keluarga Berencana (KB) yang dimaksud adalah pemanfaatan sarana kesehatan oleh PUS apabila anaknya sakit, keikutsertaan keluarga dalam ber KB, berapa jumlah anak, jumlah anak yang pernah dilahirkan (hidup, meninggal dan penyebabnya). Untuk mendukung KB ini, dihadirkan Posyandu dan Bidan Desa, tenaga medis dan paramedis, peralatan dan obat-obatan, Puskesmas, Puskesmas Keliling dan Puskesmas Pembantu. 7. Aset adalah kepemilikan berupa kepemilikan rumah, kepemilikan ternak,

kepemilikan kenderaan, kepemilikan alat elektronik, kepemilikan mebel, dan kepemilikan alat rumahtangga.

8. Sumberdaya fisik adalah sumberdaya yang menyangkut lingkungan tempat tinggal keluarga contoh seperti tipe tempat tinggal, sumber air minum/mandi,tempat buang sampah, tempat buang air besar, kepemilikan kamar mandi, penerangan di rumah, bahan baker untuk masak dan atap rumah.

9. Kelembagaan sosial adalah lembaga-lembaga finansial yang meliputi:. KUD, BRI, BPR, BAZIS, dan lain-lain yang tersedia dan dapat di akses oleh keluarga berupa kredit/pinjaman,

10. Policy regional/program pemerintah adalah kebijakan dan program pemerintah yang menyangkut pemberian raskin, JPS, dana kompensasi BBM, IDT, kredit finansial dan lain-lain.

11. Tujuan hidup adalah cita-cita yang ingin dicapai oleh keluarga dengan memenuhi akan kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan akan status sosial, kebutuhan akan perlindungan dan keamanan serta kebutuhanakan fisik

12. Sumberdaya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan keluarga yang terdiri dari uang (Rp), dan waktu (jam/hr), serta pemilikan aset.

13. Sumberdaya waktu adalah saat atau lamanya waktu yang digunakan oleh keluarga dalam kegiatan ekonomi, kegiatan domestik dan kegiatan sosial kemasyarakatan

14. Sumberdaya uang adalah sumberdaya yang memiliki nilai tukar yang dapat

Dokumen terkait