• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Dalam dokumen KONSERVASI TANAH DAN AIR (1) (Halaman 30-53)

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual maupun kimia. PT SLS telah melaksanakan sistem zero-chemist sehingga dalam pengendalian gulma di lapangan diterapkan cara manual tanpa bahan herbisida. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada piringan (cyrcle), gawangan hidup (path), dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Tumbuhan pakis (Nephrolepis biserata) merupakan gulma yang tidak diberantas di PT SLS, namun dikendalikan pertumbuhannya. Pihak proteksi tanaman perusahaan menganggap tumbuhan ini berfungsi sebagai tanaman inang musuh alami (Sycanus sp.) bagi hama pemakan daun seperti ulat api serta dapat menjadi penutup tanah yang mengurangi erosi.

Gulma pada perkebunan kelapa sawit antara lain Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, Gleichenia linearis, Asystasia gangetica,

Clidemia hirta, Micania micrantha, Pennisetum polystachion, dan anak sawit (kentosan). Tenaga kerja yang melaksanakan pengendalian gulma sebagian besar merupakan karyawan harian sistem borongan dan karyawan kebun.

Piringan secara manual. Kegiatan ini sering juga dinamakan cyrcle weeding manual. Piringan secara manualmerupakan kegiatan pengendalian gulma yang tumbuh di areal piringan tanpa adanya aplikasi herbisida. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengefektifkan pemupukan dan proses pemanenan, menghindari persaingan pemanfaatan unsur hara, pupuk dan air serta untuk memudahkan pemeliharaan dan pengawasan. Piringan yang dibersihkan selebar dua meter sejak dari pokok kelapa sawit. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah cangkul garuk. Norma pekerjaan ini yaitu 41 piringan/HK.

Garuk jalur manual. Kegiatan ini disebut juga buka pasar angkong. Garuk jalur manual merupakan kegiatan pengendalian gulma yang tumbuh di sepanjang gawangan hidup khususnya jalur angkong. Jalur yang dibersihkan

19

selebar satu meter sepanjang blok panen. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendukung lancarnya pekerjaan panen serta memberantas gulma yang terdapat pada gawangan hidup. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang. Norma pekerjaan ini adalah 300 meter/HK.

Rawat TPH. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan TPH dari segala gulma agar memudahkan peletakan TBS dan brondolan. Tiap TPH harus memiliki parit drainase di sebelah kiri dan kanannya yang berguna sebagai saluran pembuangan air hujan sehingga TPH tidak tergenang. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang. Norma pekerjaan ini adalah 20 TPH/HK.

Dongkel anak kayu. Pekerjaan ini merupakan kegiatan pengendalian gulma secara selektif dengan cara mencabut semua jenis gulma berkayu beserta akarnya dan dibuang ke gawangan mati dengan posisi akar menghadap ke atas. Pekerja berjalan sampai ke pasar tengah lalu pindah ke pasar pikul sebelahnya. Jenis-jenis gulma berkayu antara lain: Melastoma malabathricum, Clidemia hirta,

Chromolaena odorata serta kentosan (anak sawit). Kendala yang dijumpai dalam kegiatan DAK yaitu pada lokasi dengan populasi gulma yang terlalu rapat sehingga norma kerja sering tidak tercapai. Norma kerja DAK 0.5 ha/HK dan prestasi kerja penulis 0.3 ha/HK. Pekerjaan DAK dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Dongkel Anak Kayu

Babat gawangan. Pekerjaan ini merupakan kegiatan pengendalian gulma di sekitar gawangan mati dan gawangan hidup. Alat yang digunakan adalah parang babat. Pembabatan dilakukan setiap pekerja untuk tiap jalan pikul lalu pindah ke jalan pikul selanjutnya sampai norma kerja tercapai. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan ini adalah karyawan harian lepas (KHL). Sistem kerja

20

yang digunakan yaitu sistem kerja harian target dengan upah Rp 44 880,-/hari dengan lama kerja 7 jam/hari. Norma yang digunakan untuk babat gawangan adalah 1 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.5 ha/HK. Kendala yang sering dalam babat gawangan, yaitu kondisi gulma yang sudah terlalu tinggi dan tidak merata sehingga menyebabkan hasil kerja sering tidak mencapai target. Pengawasan yang kurang juga menyebabkan hasil kerja di tengah blok di bawah kualitas yang diharapkan.

Pengelolaan Tajuk

Pengelolaan tajuk atau sering juga disebut pruning. Pruning merupakan proses kerja pembuangan atau pemotongan pelepah daun tua yang dianggap tidak produktif lagi dari tanaman kelapa sawit. Tujuan pelaksanaan pruning ini antara lain mempermudah pelaksanaan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah serta mendorong penyaluran zat hara yang diserap tanaman pada daun-daun yang lebih produktif.

Permasalahan yang sering ditemukan dalam kegiatan pruning antara lain

under-pruning dan over-pruning. Under-pruning adalah jumlah pelepah yang berlebihan dari yang seharusnya pada pokok kelapa sawit. Hal ini dapat menyebabkan difisit unsur hara dan mempengaruhi proses munculnya buah. Over-

pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Jumlah pelepah yang kurang dari standar karena dipruning terlalu berat akan menyebabkan tanaman lebih banyak menghasilkan bunga jantan. Untuk menghindari permasalahan tersebut, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat dan penggunaan alat yang tepat. Tabel 4 menerangkan jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit.

Tanaman yang berumur 3-8 tahun, pruning dikerjakan dengan menggunakan dodos, sedangkan tanaman yang telah berumur di atas 8 tahun, pekerjaan pruning dilakukan dengan menggunakan egrek. Pekerjaan pruning merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan dengan rotasi dua kali dalam setahun, pada bulan April dan Oktober. Pekerjaan pruning dilakukan oleh karyawan panen itu sendiri. Ancak yang harus dipruning merupakan ancak panen mereka masing-

21

masing. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem kerja borongan dengan norma kerja 40 pokok/HK.

Tabel 4. Standar Jumlah Pelepah pada Kelapa Sawit

Sumber : Bagian Tanaman PT SLS (Mei, 2010)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama adalah pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh serangga atau mamalia yang dapat menurunkan hasil dan secara ekonomis merugikan manusia. Sementara itu penyakit adalah faktor pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang secara ekonomis dapat menurunkan hasil.

Sistem pengendalian yang diterapkan perusahaan adalah sistem pengendalian hayati. Pengendalian hayati merupakan pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan musuh alami yang terbagi menjadi 3 macam, yaitu parasitoid, predator serta patogen. Laboratorium HPT perusahaan mengembangbiakkan Sycanus spp sebagai predator ulat api serta menanam tanaman bermanfaat seperti Turnera subulata dan Antigonon sebagai tanaman inang dan sumber nectar bagi imago parasitoid. Beberapa hama yang menyerang tanaman kelapa sawit beserta pengendaliannya antara lain:

Ulat pemakan daun. Hama ulat pemakan daun yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah ulat api yaitu: Setora nitens, Thosea asigna, Thosea bisura, Darna trima, Ploneta diducta dan ulat kantong yaitu: Mahasena corbetti,

Metisa plana.

Hama ini dapat menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM) dan merupakan hama yang bersifat permanen, sehingga setiap saat populasinya siap meledak. Akibat serangan ini daun kelapa

Umur (Tahun)

Jumlah pelepah yang harus dipertahankan TBM III/TM I 64 4-7 60-64 7-10 56-60 10-15 48-56 >15 48

22

sawit menjadi berlubang dan jika serangan berat, daun yang diserang akan tinggal lidinya, sehingga proses asimilasi akan terganggu dan produksi akan menurun sampai 5% dari total produksi per tahun.

Pengendalian yang dilakukan di kebun sejauh ini hanya pada tingkat serangan ringan dan sedang. Hal ini karena kebun menggunakan agen hayati dalam pengendaliannya, sehingga pertumbuhan hama ini dapat ditekan. Pada TBM dengan luas serangan sampai dengan 50 ha dilakukan dengan pengutipan ulat (Hand Picking). Jika luas serangan telah mencapai lebih dari 50 ha, harus dilakukan penyemprotan.

Tikus (Rattus tiomanicus). merupakan hama penting pada kelapa sawit karena dapat menyerang tanaman yang belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan. Tanaman yang baru ditanam (TBM) akan diserang bagian umbutnya dengan cara mengerat batang, apabila serangan terjadi pada titik tumbuh maka tanaman dapat mati. Pada tanaman yang telah menghasilkan akan diserang bunga jantannya, karena tikus mencari telur dan larva dari serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus. Selain itu tikus juga memakan daging buah baik buah muda maupun yang sudah matang.

Pada awalnya pengendalian hama tikus dilakukan dengan menggunakan ular kobra. Namun penggunaan ular kobra ini memiliki banyak kekurangan yaitu keamanan BHL dan pemanen pada saat bekerja serta kemampuan ular kobra dalam memangsa tikus relatif sedikit. Pengendalian hama tikus yang dilakukan perusahaan saat ini yaitu dengan menggunakan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu secara spesifik memangsa tikus di dalam kebun. Seekor burung hantu dewasa mampu mengkonsumsi 5 - 8 ekor tikus per hari, sehingga sepasang burung hantu membutuhkan tikus sebanyak kurang lebih 3 000 - 7 000 ekor tikus dalam setahun. Daya jelajah burung hantu dalam sehari mencapai 25 ha. Dengan demikian, untuk areal pertanaman kelapa sawit seluas 25 ha cukup ditempatkan satu kandang burung hantu. Aplikasi kandang burung hantu dapat dilihat pada Gambar 2.

Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros Linn.) Kumbang tanduk sering menggerek pucuk kelapa sawit sejak tanaman ditanam sampai tanaman berumur 3 tahun. Serangan ini biasanya terjadi di daerah pengembangan karena banyak sisa-

23

sisa batang tanaman yang telah lapuk dan yang merupakan medium paling baik untuk perkembangbiakan kumbang tersebut. Pada tanaman yang terserang terlihat adanya bekas gerekan pada bagian pangkal batang mengarah ke titik tumbuh tanaman. Selanjutnya pelepah daun muda putus dan membusuk atau kering. Tanaman akan mati apabila titik tumbuhnya habis termakan oleh kumbang ini.

Pengendalian hama kumbang tanduk dilakukan dengan menggunakan Fero-trap yaitu sejenis perangkap yang terbuat dari ember plastik atau kaleng yang di tengahnya dipasang kisi atau sekat. Pada kisi tersebut digantungkan feromon, yaitu hormon yang akan menarik kumbang tersebut untuk datang. Kumbang selanjutnya akan menabrak kisi tersebut dan terjatuh ke dalam ember atau kaleng. Pengendalian hama kumbang secara kimia menggunakan Marshall dengan dosis 5 gr/pohon dengan cara ditaburkan pada ketiak daun yang langsung mengelilingi daun pupus. Aplikasi fero-trap dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) fero-trap (b) sarang burung hantu Gambar 2. Pengendalian Hayati

Penyakit busuk pangkal batang. Penyakit ini disebabkan oleh jamur

Ganoderma Sp. dengan gejala serangan daun patah dan menggantung, mengering dan mati, mulai muncul miselium pada pangkal batang, terdapat tubuh buah (basidiocarp) pada pangkal batang serta lebih dari dua daun tombak tidak membuka.

Pengendalian penyakit ini antara lain dengan memusnahkan tubuh buah yang ditemukan pada pangkal batang tanaman, Menumbang tanaman yang sudah

24

tidak ekonomis, membongkar dan eradikasi gumpalan sistem perakaran yang melekat dibonggol, titik tanaman kosong dan areal tanaman terinfeksi dibuat parit isolasi mengelilingi pokok infeksi sedalam 60 - 80 cm dengan jarak 1.5 -2 m dari pokok infeksi atau sesuai kanopi daun, menjaga sanitasi dengan menaburi parit isolasi dengan belerang secara merata kurang lebih 3 kg kemudian ditutup dengan tanah bekas galian selama 1 minggu. Setelah 1 minggu kemudian parit dibuka sedalam kurang lebih 40 cm dan dibiarkan terbuka selama 1 minggu. Penaburan cendawan antagonis ganoderma setelah perlakuan pemberian belerang, yaitu 150 gram Gliocadium sp. atau Trichoderma sp. dalam tiap pokok terinfeksi.

Satuan Contoh Daun

Satuan contoh daun atau Leaf sampling unit (LSU) merupakan satuan pengambilan contoh daun kelapa sawit yang mewakili luasan areal tertentu. Contoh daun selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan kebutuhan pupuk tanaman dalam areal tersebut. Kegiatan pengambilan contoh daun ini akan menghasilkan rekomendasi pemupukan oleh Departemen Riset Astra Agro Lestari.

Kegiatan diawali dengan persiapan anggota khusus sebanyak 2 orang dan 1 orang koordinator (mandor proteksi tanaman). Pemberian tanda baris LSU dan pokok LSU dengan cat berwarna biru. Karyawan ke lapangan menuju LSU yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan membawa perlengkapan. Perlengkapan yang dibawa antara lain egrek, pisau pemotong, meteran, dan plastik kresek. Pokok sampel LSU diukur tingginya dengan menggunakan egrek yang telah diberi ukuran dan menggantungkannya pada pelepah 17. Bila tinggi tanaman melebihi panjang egrek maka pada egrek ditambahkan meteran. Alasan pemilihan daun ke- 17 karena daun ke-17 menggambarkan status hara tanaman tersebut dan sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam status hara tanaman. Data tinggi tanaman dicatat pada formulir yang telah disiapkan beserta gejala defisiensi hara tanaman tersebut.

Potong pelepah ke-17 kurang lebih 1.5 m dari ujung batang pohon. Pelepah yang jatuh diperiksa suntilnya untuk diambil 4 helai daunnya (2 sebelah kanan 2 sebelah kiri). Empat helai daun tersebut diambil bagian tengah daunnya

25

tanpa tulang daun dengan panjang kurang lebih 25 cm dan dimasukkan ke dalam plastik kresek dan diberi form khusus sebagai tanda bloknya dan dilakukan di bawah pukul 12.00 WIB. Sampel diiris-iris menjadi potongan kecil dengan menggunakan pisau dan dibawa ke tempat pengeringan selambat-lambatnya 12 jam setelah pengambilan sampel. Sampel kemudian dikeringkan pada suhu ± 85 ºC selama 10 jam. Sampel yang telah kering diberi keterangan yang mencantumkan nama PT, nama afdeling, tahun tanam, no blok dan luasnya serta tanggal pengambilan samplenya. Sampel siap dikirim untuk dianalisis di laboratorium.

Norma yang berlaku pada kegiatan ini adalah 1 blok/HK untuk dua orang anggota tersebut. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah anggota tersebut belum kompeten untuk menentukan daun ke-17, sehingga hasil akan mempengaruhi analisis laboratorium. Pengirisan daun juga tidak boleh terlalu tipis karena dapat menyebabkan daun tersebut gosong di dalam oven.

Pemupukan

Pemupukan adalah penambahan unsur hara ke dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu semester I (Februari - Juni) dan semester II (Agustus - Desember). Jenis-jenis pupuk yang diaplikasikan pada semester I adalah NPK,

Rock phosphate (30% P2O5), Muriate of Potash (60% K2O), Kieserite (27% MgO), dan Dolomite (60% CaCO3). Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan hasil analisis daun atau leaf sample unit (LSU) yang dibuat oleh head office (HO). Rekomendasi disampaikan kepada kebun pada awal tahun dan digunakan sebagai acuan pemupukan tahun tersebut.

Pemupukan akan dapat mencapai sasaran jika dalam pelaksanaannya dilakukan dengan prinsip 5 T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu serta tepat tempat. Kegiatan pemupukan juga menjadi sangat penting karena 50 - 60% biaya perawatan berasal dari pemupukan. Kebutuhan tenaga pupuk disesuaikan dengan tonase pupuk yang akan diaplikasikan berdasarkan kalibrasi. Alat yang digunakan dalam pemupukan adalah ayakan dan takaran pupuk, dapat dilihat pada Gambar 3.

26

Kegiatan pemupukan diawali dengan persiapan piringan dan gawangan yang telah siap dipupuk, dengan standar piringan bersih gulma dan gawangan dapat dilalui. Persediaan pupuk di gudang mencukupi dan dilakukan kegiatan penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan mengemas ulang pupuk berdasarkan dosis/pohon yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai dasar penguntilan. Satu karung untilan biasanya berisi 12.5 kg pupuk. Pupuk yang diuntil dimasukkan ke dalam karung dan diikat dengan menggunakan tali. Norma kerja penguntilan sebesar 1.25 ton/HK. Kesalahan dosis penguntilan banyak terjadi di lapangan. Penguntil tidak menimbang pupuk secara akurat karena mengejar waktu agar norma kerja tercapai. Pekerja juga tidak menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan baik kulit maupun pernafasan.

Pelangsiran pupuk ke lapangan dilakukan dengan mobil truk. Pelangsiran dilakukan pagi hari sebelum KHL pupuk apel pagi. Apel pagi dilakukan untuk membagi kelompok dan menjelaskan kembali aturan pemupukan. Pupuk dilangsir dengan cara dijatuhkan dari atas truk ke setiap baris pokok pada pinggiran blok. Dengan mengetahui dosis/pokok serta jumlah pokok dalam satu baris, maka akan diketahui berapa jumlah untilan yang dibutuhkan tiap baris blok tersebut. KHL yang telah dibagi menjadi beberapa pasangan diberikan nomor urut untuk mempermudah pembagian baris blok. KHL mengecer pupuk ke dalam blok.

Penaburan pupuk dilakukan setelah pengeceran ke dalam blok sudah dilakukan seluruhnya. Pengawasan pemupukan menggunakan sistem “Gang” yang berarti semua supervisi yang terdiri dari kepala afdeling beserta mandor rawat dari semua afdeling dalam rayon kebun yang sama harus datang dan mengawasi pelaksanaan pemupukan afdeling tersebut. Sistem ini memiliki kelebihan dalam hal pengawasan sehingga pelaksanaan pemupukan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai.

Cara penaburan dengan menuangkan pupuk ke takaran lalu diisi ke dalam ayakan dan digoyangkan dengan tangan sehingga pupuk tersebar secara merata di piringan dengan radius 1.5 meter dari pokok tanaman. Proses penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 3.

27

(a) ayakan dan takaran (b) penaburan pupuk Gambar 3. Alat dan Penaburan Pupuk.

Penaburan tidak boleh di atas bongkahan kayu, mengenai pelepah dan pokok, atau pada piringan yang masih bergulma. Setelah kegiatan pemupukan selesai, karung-karung bekas pupuk dikumpulkan dan diantar kembali ke gudang dengan mobil transport KHL. Sistem kerja pemupukan dilakukan dengan target harian 7 jam kerja dengan prestasi kerja 200 kg/hk tergantung kondisi areal kebun.

Sensus Produksi

Sensus produksi terdiri dari sensus produksi empat bulanan, sensus produksi bulanan dan sensus produksi harian. Sensus produksi empat bulanan dilakukan dengan cara menghitung seluruh buah yang ada. Sensus dilaksanakan pada minggu ke-IV pada bulan Desember, April, dan Agustus setiap tahun. Sensus empat bulan digunakan untuk menghitung taksasi produksi, kebutuhan pemanen dan transportasi empat bulan ke depan.

Sensus produksi bulanan dilakukan dengan menghitung kembali buah- buah merah yang akan dipanen bulan depan. Pelaksanaan taksasi bulanan dilakukan setiap bulan minggu ke-IV. Sensus bulanan ini akan mengoreksi proporsi bulanan hasil sensus empat bulan. Sensus produksi harian dilakukan oleh mandor 1 untuk menghitung produksi ke-esokan harinya berdasarkan kriteria buah masak. Sensus harian dipergunakan untuk mengatur tenaga pemanen dan transportasi. Pelaksanaan sensus produksi harian dilakukan satu hari sebelum panen.

Sensus produksi dilakukan dengan cara mengamati keadaan buah dan menghitung jumlah pokok pada blok yang disensus tersebut. Pengambilan sampel pokok sensus sebanyak sepuluh persen dari total jumlah pokok dalam satu blok.

28

Data sensus akan menjadi acuan pihak Head Office (HO) untuk menentukan target produksi bulanan. Norma kerja sensus produksi yaitu 60 ha/HK atau sekitar dua blok/HK.

Pemanenan

Pemanenan adalah pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit. Tugas utama tenaga kerja panen yaitu menurunkan buah dari pokok dengan tingkat kematangan yang telah ditetapkan dan mengantarkannya ke TPH dengan cara dan waktu yang tepat. Tujuan kegiatan pemanenan adalah untuk mendapatkan produksi dan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang rendah. Keberhasilan panen terletak pada tenaga pemanen, alat panen serta sistem panen yang diterapkan.

Sistem panen yang digunakan akan mempengaruhi pembagian hanca panen, penentuan tenaga panen, pengawasan panen, serta pengangkutan TBS. Afdeling menggunakan sistem hanca giring tetap. Sistem ini merupakan kombinasi dari kedua sistem panen. Melalui sistem ini, TBS dapat keluar ke TPH lebih cepat dan pembagian hanca yang tetap sehingga akan mempermudah pengawasan panen. Pemanen harus menyelesaikan blok panen secara tuntas tanpa ada pengulangan.

Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen yang sama. Seksi panen adalah luasan areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan rotasi panen yang dijalankan. Satu seksi panen biasa dikerjakan tuntas dalam satu hari. Pelaksanaan di kebun biasa menggunakan rotasi 6/7 yang artinya areal dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari. Rotasi panen bisa berubah tergantung kondisi kerapatan buah. Rotasi panen 9/10 biasa digunakan pada saat kerapatan buah sedang rendah.

Kriteria panen merupakan indikasi saat yang tepat kapan buah harus dipanen. Kriteria umum yang digunakan adalah warna tandan buah dan jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Buah dikatakan matang apabila berwarna merah orange dan memenuhi kriteria fraksi dua. Fraksi dua artinya terdapat dua buah

29

brondolan di piringan dalam setiap kilogram bobot tandan. Kriteria ini berlaku untuk kondisi buah yang normal dan sehat.

Alat-alat panen yang digunakan antara lain dodos (tinggi pohon kurang dari 4 meter), egrek (tinggi pohon lebih dari 4 meter), angkong sebagai alat angkut TBS dan brondolan ke TPH, gancu sebagai alat bongkar TBS , dan tomasun. Tomasun merupakan kapak khusus Astra Agro Lestari untuk memotong tangkai tandan buah yang panjang sehingga membentuk “cangkem kodok” atau huruf V pada bekas potongannya. Alat dan perlengkapan panen harus dibawa saat apel pagi sebelum kegiatan panen dimulai. Peralatan panen harus diasah pada sore harinya sehingga tidak mengganggu kegiatan panen. Kapak tomasun beserta hasil potongannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tomasun dan Cangkem Kodok

Pelaksanaan kegiatan panen diawali dengan apel pagi yang diikuti oleh semua pemanen dari tiap kemandoran. Supervisi yang mengikuti apel pagi adalah mandor I, mandor panen, asisten afdeling dan terkadang juga asisten kebun. Supervisi memberikan arahan, evaluasi kegiatan panen yang telah dilaksanakan serta pembagian hanca panen. Setelah apel pagi selesai, pemanen masuk ke hanca yang telah dibagikan dengan membawa angkong, gancu, egrek, dodos, dan tomasun. Pemanen menuju pohon dan setelah memastikan buah matang, pemanen memotong pelepah dengan memperhatikan management canopy yang telah

Dalam dokumen KONSERVASI TANAH DAN AIR (1) (Halaman 30-53)

Dokumen terkait