• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan penulis terdiri dari dua aspek, yaitu aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif sebagai karyawan harian yang melakukan kegiatan teknis di lapangan. Aspek manajerial ialah kegiatan penulis sebagai tenaga supervisi/mandor dalam mempelajari manajerial dan administrasi kebun. Penulis dalam melakukan kegiatan di kebun, dibimbing oleh asisten divisi, mandor I, dan mandor.

Aspek Teknis

Pada aspek teknis, penulis bekerja aktif sebagai karyawan harian. Karyawan mulai bergerak menuju lapangan roll pagi pada pukul 06.00 WIB untuk menerima arahan kerja dari mandor berdasarkan jenis pekerjaan karyawan harian bersangkutan. Asisten divisi memimpin roll pagi dimulai dari pukul 05.45-06.00 WIB dan memberikan arahan kerja pada hari itu kepada mandor-mandor dan supervisor (kerani buah dan kerani kantor) untuk disampaikan ke karyawan atau berupa evaluasi pekerjaan kemarin dan memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi. Pada pukul 06.15-06.30 WIB, mandor-mandor melakukan roll pagi terhadap karyawan bawahannya sesuai dengan instruksi asisten divisi. Kemudian pukul 06.30-07.00 WIB dilakukan mobilisasi karyawan ke blok-blok target dengan menggunakan dump truck atau tractor. Jenis pekerjaan penulis yang dilakukan pada aspek teknis meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama, thinning out, pemupukan, rawat jalan, konservasi dan konservasi tanah , penunasan, potong buah (panen), dan transportasi TBS.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma merupakan kegiatan pemeliharaan yang utama di BPE. Hal ini dikarenakan pengendalian gulma memperlancar kegiatan operasional kebun lainnya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak

 

Secara umum, pengendalian gulma di BPE dilakukan pada piringan dan gawangan, sedangkan teknis pengendalian gulma dilakukan secara manual (gawangan manual dan piringan manual) dan kimia (gawangan kimia, piringan kimia dan semprot lalang). Pelaksanaan seluruh kegiatan pengendalian gulma di BPE sesuai dengan panduan penyusunan budget pengendalian gulma di Perkebunan Minamas Plantation pada Lampiran 10.

Gawangan adalah tempat/jalur di antara dua barisan tanaman kelapa sawit. Gawangan terdiri dari gawangan “pasar pikul” dan gawangan mati. Tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah mengurangi kompetisi unsur hara dan air, memudahkan kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya, dan menekan tanaman inang hama. Pemeliharaan gawangan di BPE dilakukan secara manual dan kimia. Rotasi pemeliharaan gawangan dalam satu tahun pada TM adalah satu kali secara manual dan tiga kali secara kimia. Pemeliharaan gawangan dibagi dalam dua jenis pekerjaan, yaitu gawangan manual dan kimia.

Gawangan manual adalah kegiatan pemeliharaan gawangan terhadap gulma berkayu. Gawangan manual meliputi babat tanaman pengganggu (BTP) dan dongkel anak kayu (DAK). Gawangan manual memerlukan cados, parang, dan batu asah. Teknis pelaksanaan gawangan manual dengan cara membabat gulma berkayu. Sasaran gulma berkayu adalah Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta (haredong), kentosan (anakan sawit liar), Lantana camara (tahi ayam) dan Melastoma malabathricum

(senduduk). Standar kerja gawangan manual di BPE adalah 0.5 ha/HK. Prestasi kerja penulis rata-rata 0.47 ha/HK selama dua hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 0.53 ha/HK. Kegiatan babat tanaman pengganggu (BTP) disajikan pada Gambar 1.

 

Gambar 1. Kegiatan Babat Tanaman Pengganggu (BTP)

Gawangan kimia merupakan penyemprotan dengan bahan kimia (herbisida) terhadap gulma yang berada di gawangan. Tidak semua gulma harus diberantas, misalnya rumput-rumput dan tanaman setahun lainnya yang berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi, seperti pakis kinta (Nephrolepis biserrata) di gawangan TM masih ditoleransi. Tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi yang merugikan. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer bermerek “Solo” bernozel kuning atau merah sesuai keadaan gulma. Herbisida yang digunakan adalah Metafuron 20 WP dengan bahan aktif Metil Metsulfuron dengan konsentrasi 0.016 % dan dicampur dengan Gramoxonedengan bahan aktif Diklorida Paraquat dengan konsentrasi 0.2 %. Standar kerja gawangan kimia ini adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis rata-rata 2.33 ha/HK selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 2.53 ha/HK.

Teknis pelaksanaan menerapkan pembuatan larutan induk dengan tujuan mempercepat pencampuran, mudah dibawa, dan tepat dosis. Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk pada gawangan kimia yaitu terlebih dahulu memasukkan Metafuron 20 WP sebanyak 250 gram ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan 2.5 liter air, kemudian ditambahkan Gramoxone sebanyak 3 liter dan larutkan dengan air sebanyak 3.7 liter. Lalu, ditambahkan air hingga volume jerigen penuh (± 20 liter). Aplikasi pengambilan larutan induk untuk gawangan kimia sebanyak 200 ml/kap dengan alat semprot knapsack sprayer bervolume 15 liter.

Piringan, jalan rintis (jalan panen), dan TPH merupakan beberapa sarana yang penting dari produksi dan perawatan. Piringan berfungsi sebagai daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan. Jalan rintis berfungsi sebagai jalan pengangkutan buah ke TPH dan menjalankan aktifitas operasional lainnya. TPH berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke pabrik kelapa sawit. Sarana tersebut memerlukan pemeliharaan berkesinambungan agar berfungsi sebagaimana mestinya.

Kondisi piringan, pasar rintis, dan TPH yang tidak terawat (ditumbuhi gulma) menjadi salah satu penyebab penurunan output (hasil panen) dan sumber kontaminasi. Kondisi tersebut juga menyebabkan permasalahan lainnya seperti kehilangan hasil (losses) yang tinggi dan kualitas buah menjadi rendah akibat aspek kebersihan tidak terjaga. Selain itu, pekerjaan kebun lainnya akan terhambat pula. Pemeliharaan piringan,

 

jalan rintis, dan TPH di BPE terdiri dari dua metode pemeliharaan, yaitu manual dan kimia.

Pengendalian gulma dengan piringan manual merupakan pembebasan secara menyeluruh dan bersih terhadap gulma yang berada pada piringan. Piringan manual ini menggunakan garuk yang terbuat dari besi, tetapi cados, parang dan batu asah tetap dibawa demi kemudahan pekerjaan. Teknis pelaksanaan piringan manual dengan babat merah atau digaruk dengan lebar jari-jari 2 meter (lebar jari-jari piringan TM). Standar kerja piringan manual di BPE adalah 0.2 ha/HK.

Pemeliharaan piringan, jalan rintis, dan TPH menggunakan alat semprot MHS (micron herbi sprayer), bervolume 5 liter, dan bernozel orange (lihat Gambar 2). Tujuan pengendalian rumput di piringan adalah mengurangi kompetisi unsur hara, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/pokok, untuk memudahkan kontrol pemupukan dan memudahkan pengutipan brondolan. Piringan kimia menggunakan herbisida Prima Up 480 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat dengan konsentrasi 4 % dan dicampur herbisida Starane 200 EC dengan bahan aktifFloroksipir dengan konsentrasi 1 %. Standar kerja di BPE adalah 5 ha/HK untuk piringan kimia. Prestasi kerja penulis rata-rata 3.15 ha/HK selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 3.35 ha/HK.

 

Gambar 2. Alat semprot MHS (Micron Herbi Sprayer)

Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk yaitu terlebih dahulu masukan Prima Up 480 AS EC sebanyak 4 liter ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan 8 liter air dan 500 ml Starane 200 EC. Lalu, tambahkan air hingga volume jerigen penuh ( 20 liter). Aplikasi pengambilan larutan induk untuk piringan kimia sebanyak 250 ml/kap.

Semprot lalang (Imperata cylindrica) merupakan metode pengendalian lalang di BPE dengan cara kimia. Pengendalian lalang menggunakan alat semprot knapsack sprayer bermerek “Solo” dan herbisida Prima Up 480 ASberbahan aktif Isopropilamina Glifosat dengan konsentrasi 0.5 % dan herbisida Starane 200 EC berbahan aktif Floroksipir dengan konsentrasi 0.33 %.

Pengendalian lalang yang sporadis (terpencar-pencar) akan lebih efektif jika diberantas dengan metode spot spraying, dan jika kondisi lalang telah menjadi sheet

(hamparan) yaitu dengan penyemprotan herbisida secara menyeluruh (blanket spraying). Pada kondisi populasi lalang yang sudah sangat sedikit diberantas dengan cara wiping

(diusap dengan kain yang dibalutkan di jari tangan). Pekerja menggunakan sarung tangan untuk keselamatan kerja dan safety health. Teknik wiping lalang dilakukan dengan menggunakan kain katun yang berukuran 3 x 12 cm dibalutkan pada tiga jari tangan. Standar kerja gawangan kimia ini adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis rata-rata 4 ha/HK selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 4.2 ha/HK.

Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk yaitu terlebih dahulu dimasukan Prima Up 480 AS EC sebanyak 750 ml ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan air sebanyak 250 ml, kemudian dicampurkan Starane 200 EC sebanyak 500 ml dan larutkan dengan air sebanyak 500 ml. Lalu, ditambahkan air hingga volume jerigen penuh (± 20 liter). Aplikasi pengambilan larutan induk untuk gawangan kimia sebanyak 200 ml/kap.

Pengendalian Hama

Sensus hama. Sensus hama dilakukan dengan latar belakang bahwa kejadian ledakan hama ulat api/kantong tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi bisa diduga dengan sistem pengamatan yang baik. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama akan semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal akan terbatas. Pada

 

yang mempunyai prilaku yang sama. Akan tetapi suatu sistem pengamatan dapat dimodifikasi untuk pemantauan perkembangan populasi hama lainnya. Gambar 3 merupakan skema pengamatan pada sensus hama.

Gambar 3. Skema Pengamatan Sensus Hama

Keterangan :

= Pokok Kelapa Sawit = Pokok Sensus

= Titik Sensus Pertama

= Alur Pengamatan Sensus Hama

TS TS TS  PS  TS  TS TS PS  TS 

 

Teknis pelaksanaan sensus hama yaitu (a) Tentukan jenis hama yang dominan pada kawasan yang akan diamati. (b) Jika hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea asigna, Susica sp. maka hama tersebut ditemui pada pelepah sample ke-9 sampai dengan ke-24. (c) Jika hama yang dominan adalah Darma trima, Thosea bisura, Thosea vetusta, Ploneta diducta dan golongan ulat kantung,maka hama tersebut ditemui pada pelepah sample ke-25 sampai dengan ke-40. (d) Gantol dan potong satu pelepah dari PS pada masing-masing TS yang ditaksir paling banyak ulatnya. (e) Tentukan jenis hamanya dan hitung jumlah ulat tau larva kemudian catat pada formulir sensus. (d) Jika jumlah ulat/pelepah diperkirakan 50 ekor maka perhitungan langsung dilakukan satu pelepah. (f) Jika diperkirakan > 50 ekor sampai 100 ekor, maka perhitungannya hanya dilakukan pada satu sisi pelepah saja. (g) Jika > 100 ekor, maka perhitungannya hanya dilakukan pada anak daunnya/lidi dengan selang 10 anak daun dan hasil rata-rata setiap anak daun dikalikan 10. (h) Hasil sensus dianalisis (dibandingkan dengan batas kritis masing-masing jenis hama), kemudian dilakukan tindakan sesuai hasil analisis tersebut. Sensus hama dilakukan oleh satu tim sensus yang terdiri 2 orang dengan prestasi kerja yaitu 1 blok/HK.

Pengendalian kimiawi. Pengendalian hama ulat api secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida Decis 2.5 EC berbahan aktif Deltametrin 25 g/l. Deltametrin merupakan jenis insektisida lambung dan kontak dan Agristick yang merupakan bahan perata dan perekat yang mengandung bahan aktif alkilaril poliglikol eter 400 ml/l. Konsentrasi decis dan agristick masing-masing yang digunakan adalah 100 ml untuk membuat sebanyak 10 liter larutan, kemudian dimasukkan ke dalam alat semprot puls fog.

Pengendalian biologi. BPE lebih memprioritaskan pengendalian secara biologis daripada secara kimia. Hal yang dilakukan dengan penanaman beneficial plant untuk mengendalikan hama ulat dan pemasangan nest box/sarang burung hantu (Tyto alba) untuk mengendalikan hama tikus.

Penanaman benefecial plant. Beneficial plant adalah jenis tanaman yang menghasilkan nektar sebagai daya tarik dan sumber makanan bagi serangga parasitoid dan predator yang merupakan musuh alami bagi hama tanaman kelapa sawit. Penanaman

beneficial plant merupakan salah satu cara pengendalian hama terpadu (PHT) yang dilakukan oleh BPE. Hal ini diambil pihak kebun karena cara perbanyakannya yang mudah dan murah dibandingkan dengan melakukan introduksi musuh alami dari hama tanaman kelapa sawit. Selain itu, penanaman beneficial plant ini bertujuan untuk

 

alaminya. Penanaman beneficial plant ini didahulukan pada blok-blok yang dianggap paling rawan terserang hama. Jenis beneficial plant yang dikembangkan di BPE yaitu

Turnera subulata, Cassia cobanensis dan Antigonon leptopus (dapat dilihat pada Gambar 4).

Gambar 4. Beneficial Plant : (A) Turnera subulata,(B) Cassia cobanensis, dan (C) Antigonon leptopus

Turnera subulata merupakan tanaman herba berkayu (semak) dapat dikembangkan dengan stek (biji tanaman ini sangat sulit diperoleh). Tanaman ini sering disebut tanaman bunga pukul delapan karena selalu mekar pada pukul delapan pagi. Stek ditanam pada media tanah dalam babybag dengan satu ruas buku tertanam di dalam tanah. Dalam setiap babybag ditanam 1-2 potong stek. Pembibitan stek dilakukan pada tempat yang teduh agar bibit tidak stress akibat terkena sinar matahari langsung. Bibit stek disiram setiap hari agar pertumbuhan tidak terhambat. Penanaman dengan biji dilakukan dengan menanam 2-3 biji pada media tanah dalam babybag, dan diperlakukan seperti pembibitan dengan stek. Bibit dapat dipindahkan dan ditanam ke lapangan setelah berumur 2-3 bulan atau dapat lebih cepat apabila pertumbuhan lebih baik dan dianggap sudah cukup kuat. Berdasarkan pengalaman stek Turnera subulata dengan bunga pada bagian pucuknya akan memiliki keberhasilan hidup yang lebih tinggi.

Cassia cobanensis merupakan tanaman herba berkayu (semak), dapat dikembangkan dengan biji maupun stek. Tanaman ini tidak menghasilkan bunga sepanjang tahun, tetapi tetap menghasilkan nectar melalui organ khusus berwarna kuning kehijauan yang terdapat pada ketiak daunnya. Perbanyakan tanaman Cassia cobanensis

dapat dilakukan seperti pada tanaman Turnera subulata.

A

 

Antigonon leptopus merupakan tanaman herba berkayu (semak) yang tumbuh merambat, dapat dikembangkan dengan biji maupun stek. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun. Penanaman tanaman ini di lapangan memerlukan lanjaran untuk merambat. Perbanyakan tanaman Antigonon leptopus pada dasarnya sama dengan Cassia cobanensis, tapi memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Oleh karena itu, dalam satu babybag perlu ditanam 2-3 stek. Mengingat jenis tanaman ini tumbuh merambat, maka pada setiap babybag perlu di pasang tiang untuk rambat yang terbuat dari bambu/kayu setinggi 50 cm dan bibit harus sudah dipindahkan sebelum saling melilit.

Pemupukan

Secara teknis, sistematika proses pemupukan di BPE dimulai dari roll pagi, berupa intruksi asisten divisi untuk rencana teknis pemupukan, pengambilan pupuk di gudang sentral, pembagian pupuk ke dalam untilan pupuk, untilan pupuk dinaikkan ke atas transport (truk atau traktor), mobilisasi ke blok target, diberikan ke suplai kecil, sebar pupuk oleh regu pemupuk (tim rayon), pengumpulan karung (jumlah karung harus sama dengan jumlah karung pupuk keluar gudang). Gambar 5 merupakan tumpukan pupuk urea yang telah diuntil.

Gambar 5. Untilan Pupuk Urea

Tujuan penguntilan yaitu menjamin setiap pokok mendapat dosis yang tepat, mengurangi dan mencegah adanya penggumpalan pupuk, tonase pupuk yang dibawa ke lapangan lebih tepat, lebih mudah dalam pengangkutan (memasukkan ke kendaraan dan

 

membawa dari gudang ke lapangan serta menurunkan dari kendaraan). pembukaan benang karung goni lebih baik dibanding di lapangan, dan tenaga laki-laki untuk mengecer di lapangan tidak diperlukan lagi sehingga tenaga pelangsir dan pengecer adalah tenaga wanita. Bobot untilan tergantung pada jenis pupuk dan dosis yang digunakan. Contoh, pupuk dolomit dengan dosis 2.5 kg/pokok, tiap satu untilan seberat 10 kg digunakan untuk 4 tanaman. Pupuk urea dengan dosis 1.5 kg/pokok, tiap satu untilan seberat 12 kg digunakan untuk 8 tanaman. Norma kerja yang berlaku di Bukit Pinang Estate adalah 1 500 kg/HK untuk jenis pekerjaan until pupuk, 3 ton/HK untuk pengeceran pupuk ke blok target, dan masing-masing 500 kg/HK untuk pelangsir ke pasar tengah dan penabur pupuk.

Jenis dan dosis pupuk. Jenis pupuk yang direkomendasikan di PT Bina Sains Cemerlang dibagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Jenis pupuk organik : solid basah, janjangan kosong, serta POME (palm oil mill effluent), sedangkan pupuk anorganik : Nitrogen (Urea), P2O4 (TSP), Kalium (MOP), Magnesium

(Kieserit dan Dolomit), serta Boron (HGBF).

Dari segi penggunaan jenis pupuk, BPE berbeda dengan SPE dari segi penggunaan pupuk organik. Hal ini tampak pada penggunaan pupuk organik yang sangat kurang karena hasil sekunder PKS (pabrik kelapa sawit) sedangkan jarak yang jauh dari areal pertanaman kelapa sawit di divisi (> 6 km). Hal tersebut menimbulkan ketidakefektifan aplikasi pupuk organik dari segi biaya transportasi (ekonomis) dan waktu. Pemanfaatan limbah organik seperti janjangan kosong dan decanter solid, diaplikasikan blok penanaman Turnera subulata dan Acasia cubanensis (beneficial plant) di jalan-jalan akses produksi.

Jenis dan dosis pupuk direkomendasikan oleh Departemen Riset Minamas di Riau berdasarkan hasil analisis kimia daun, status hara, kondisi tanah, tingkat produksi yang dicapai, dan analisis tanah (Tabel 5).

Tabel 5. Jenis dan Dosis Pemupukan Sesuai Rekomendasi Riset Tahun

Tanam

Jenis Pupuk

Total Urea RP KCl Dolomite HGFB Kieserit

  1992 2.52 0 3.12 1.67 0 0 7.31 1993 2.67 0.28 3.07 0.36 0 0 6.37 1996 2.55 0 3.01 1.75 0 0 7.31 1997 2.52 0 3 0.31 0 0 5.83 1998 2.26 0.21 2.74 0.79 0.04 0.07 6.1 2000 2.26 0.54 2.7 1.14 0.04 0 6.68

Sumber : Kantor Besar BPE (Juni, 2009)

Sebagai contoh pada tanggal 12 Febuari 2009, Divisi III BPE akan melakukan pemupukan Urea di blok F34 (tahun tanam 1998) dengan luas 20 ha, jumlah pokok adalah

2720 pokok (berdasarkan rekomendasi), jumlah pokok terakhir adalah 2711, dosis pemupukan 1.5 kg/pokok.

Contoh Perhitungan :

Kebutuhan Pupuk Urea untuk Blok F34 = 2711 x 1.5 kg = 4066.5 kg

Untuk per-sak karung pupuk 50 kg = 4066.5 kg : 50 kg/sak = 81.33 sak 82 sak Diasumsikan, per-baris = 32 pokok

Jadi 32 pokok x ½ pasar rintis = 16 pokok 16 pokok x 1.5 kg/pokok = 24 kg

Maka dalam penguntilan dibagi 2 until @ 12 kg/until pupuk urea Sehingga kebutuhan until pupuk = 4066.5 kg : 12 kg/until

=338.875 until 339 until

Waktu pemupukan. Pengaplikasian pupuk dilakukan per semester (6 bulan sekali). Pada TBM yaitu setelah hari hujan, sebab kanopi belum menutupi semua permukaan tanah, sedangkan TM pada setiap semester. Waktu pemupukan kapur pertanian (kaptan), dolomit dan abu janjang harus mempunyai selang minimal dua bulan setelah pemupukan urea agar tidak terjadi reaksi yang merugikan.

 

Teknis pelaksanan. Pelaksanaan di lapangan harus dihindari kekeliruan dalam aplikasi pupuk, maka tiap divisi setiap harinya hanya dibenarkan aplikasi satu jenis pupuk. Kebutuhan jumlah tenaga kerja harus pasti dan sesuai dengan luas areal yang akan dipupuk. Takaran yang dibawa oleh penabur pupuk harus sesuai dengan dosis yang akan digunakan. Oleh karena itu, asisten harus mengecek kembali kebenaran takaran yang akan digunakan. Penaburan pupuk pada masing-masing pokok harus dimulai dari jalan pengumpul (CR = collection road) menuju batas/rintis tengah blok (batas alam) sesuai arah barisan tanaman. Cara penempatan penaburan pupuk di gawangan mati. Norma prestasi penabur adalah 2 - 3.5 ha/HK atau 400 - 500 kg/HK tergantung dari dosis pupuk per pokok, topografi tanah, dan keterampilan penabur.

Thinning Out

Thinning out (TO) adalah penjarangan terhadap populasi pokok kelapa sawit dengan cara mematikan pokok secara mekanis (manual) atau kimia (peracunan) terhadap tanaman yang tidak dikehendaki atau tumbuh rapat dimana tanaman tersebut tidak dapat berproduksi optimal. Perlakuan thinning out bertujuan menghemat biaya perawatan tanaman secara umum, mengurangi tingkat persaingan antar pokok mendapatkan sinar matahari, unsur hara dan air dari dalam tanah, meningkatkan serapan sinar matahari pada indeks luasan daun kelapa sawit, dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi TBS kelapa sawit. Sasaran thinning out meliputi pokok non valuer

(pokok tidak berguna), pokok ganda/kembar, dan pokok close planting (pokok jarak tanam rapat < 7 m).

Rawat Jalan

Kelapa sawit termasuk kelompok heavy duty crop, karena produksi buahnya pertahun sangat tinggi (22 – 35 ton/ha/th). Hal ini sangat perlu pendukung jalan dan jembatan yang baik. Pembuatan dan perawatan jalan harus ditujukan atau diarahkan untuk mengendalikan dan mengelola lima faktor penyebab kerusakan jalan, yaitu air, bahan organik, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan struktur), bahan induk tanah dan beban (tonase) angkutan. Jalan yang jelek/kurang baik akan berpengaruh

 

terhadap mutu produksi dan biaya perawatan jalan/alat pengangkutan mahal (kendaraan cepat rusak akibat kondisi jalan).

Teknis perawatan jalan meliputi pengaliran air dengan mendalamkan parit jalan (cuci parit) dengan memperhatikan keadaan lapisan permukaan dan kemiringannya. Parit harus dipelihara untuk menjamin pengeringan air permukaan, aliran ke samping, sedangkan penimbunan harus dengan jenis tanah tanah yang cocok (biasanya dicampur dengan pasir dan kerikil), tanah humus/bahan organik (daun, pelepah sawit, ranting-ranting busuk) tidak boleh

dipakai untuk menimbun dan operasi road greader, bulldozer dan compactor

harus diorganisir oleh manajer kebun, agar dipakai pada tempat yang paling memerlukan (sesuai dengan data kondisi jalan).

Pemeliharaan jalan secara manual dengan cara semua rumput-rumputan di permukaan jalan harus dibabat mepet, lalu bekas babatan harus dibuang ke gawangan, memotong cabang pelepah/cabang pokok sawit yang menghalangi sinar matahari dan mengganggu lalu lintas kendaraan (tunas pasar). Bentuk jalan harus dipertahankan dengan kemiringan 2.5%, reparasi dan konsolidasi jalan pada musim hujan, pembuatan tali air untuk membuang genangan air dan penyusunan batu padas berdiameter > 10 cm untuk menimbun lubang pada badan jalan dan penimbunan lubang jalan menggunakan tanah laterit, krokos, atau sirtu (pasir dan batu), sebaiknya dilakukan pada musim kering. Gambar 6 adalah beberapa jenis alat berat yang digunakan : exavator, TLB (tracktor loader backhoe), road grader, dan compactor.

 

Gambar 6. Alat Berat : (A) Exavator, (B) Road Grader, (C) TLB, dan (D) Compactor.

Konservasi Tanah dan Air

Pengewatan tanah dan air di perkebunan kelapa sawit sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Pembangunan konservasi tanah dan air akan menekan kehilangan masa dan hara oleh aliran permukaan, meningkatkan efektivitas pemupukan, dan membantu kelancaran panen serta aktivitas pekerjaan lainnya. Pada prinsipnya konservasi tanah dan air terdiri dari tiga bentuk, yaitu mekanik, biologi dan kimia.

Upaya yang dilakukan oleh BPE dalam Konservasi tanah dan air adalah pembuatan Siltpit, menghindari clean weeding, pelaksanaan stecking pelepah memotong kemiringan, pembuatan mainhole (rorak) dan penanaman Vetiveria zizanioides (akar wangi). Prestasi kerja yang berlaku di BPE adalah 100 bibit/HK untuk penanaman

Vetiveria zizanioides dan 1.5 lubang/HK untuk Siltpit.

A

 

Gambar 7. Konservasi Tanah dan Air : (A) Penanaman Vetiveria zizanioides, dan (B) Silt Pit

Penunasan

Penunasan adalah kegiatan pembuangan daun-daun tanaman (pelepah) kelapa sawit yang tidak bermanfaat seperti pelepah tua, sengkleh dan sakit. Penunasan bertujuan mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan

Dokumen terkait