• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis teks citra Aburizal Bakrie terkait pemilihan presiden 2014 akan dilakukan dengan analisis framing yang merujuk pada konsep Gamson dan Modegliani. Dalam konsep ini, frame dipandang sebagai cara bercerita (story line) yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana.

Laporan utama Majalah TEMPO edisi 25 November-1 Desember 2013 yang berjudul “Siasat Aburizal” mengupas dalam tentang wacana Aburizal sebagai calon presiden 2014. Ada tiga teks dengan alur narasi yang TEMPO sajikan, selebihnya satu teks dialog dengan Aburizal dan ada tiga berbagai opini yang mendukung laporan utama tersebut.

Mula-mula teks dipilih untuk melihatcoreframe atau elemen inti berita. Selanjutnya peneliti akan melihatframing devices atau perangkat framing,dengan menganalisis methapors, catchphrases, exemplar, depiction, dan visual

image.sertareasoning devices atau perangkat penalaran dengan menganalisisroots,

appeals to principle, danconsequences. Selanjutnya hasil analisis teks akan

dideskripsikan dengan merujuk pada bingkai yang dibawanya untuk mengetahui seperti apa citra Aburizal dikonstrusi.

4.1 Hasil

Analisis Teks 1

Judul : Calon Presiden Satu Digit

Halaman : 34-38

Frame : Usaha Mengerek Elektabilitas Aburizal Tak Berhasil

Sejak ditetapkan sebagai calon presiden dari Partai Golkar dalam Rapat Pimpinan Nasional Golkar pada Juni 2012 di Bogor lalu, Aburizal terus memacak diri. Majalah TEMPO dalam teks ini menjabarkan beragam permasalahan serta persiapan Aburizal guna memantaskan dirinya sebagai calon presiden periode 2014-2019.

Elemen Inti Berita (Idea Element/ Core Frame)

Dalam teks ini, citra dari seseorang yang akan maju dalam pertarungan pemilihan presiden harus dibentuk dari sosok diri. Masyarakat kini mulai cerdas akan media, sekuat apapun Aburizal menguasai media di Indonesia bukan jaminan jalannya yang mulus menuju pemilihan presiden 2014. Dalam teks ini dijabarkan usaha keras Aburizal dalam mencitrakan dirinya melalui media yang dibawahi perusahaannya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks berikut:

Wajah Aburizal Bakrie muncul setiap waktu di stasiun televise miliknya. Kadang pagi buta dan lain kali menjelang tengah malam. Catatan Komisi Penyiaran Indonesia menunjukkan pariwara Ketuua Umum Partai Golkar itu dipasang di TV One kepunyaanya bervariasi sejak pukul 03.00 hingga 23.00. Selain itu, berita-berita tentang dia ditayangkan stasiun televise yang sama setiap hari.

Teks di atas menekankan usaha keras Aburizal dalam mencitrakan dirinya melalui media yang dimilikinya.Namun usaha kerasnya tak bersambut baik dengan hasil sementara yang banyak dikeluarkan lembaga-lembaga survey yang mengukur elektabilitas dari para bakal calon yang kiranya maju pemilihan presiden 2014. Sebagimana dalam teks berikut:

Sementara waktu pemilihan presiden semakin dekat, aneka lembaga survey yang relative independen menyimpulkan tingkat kepopulerannya masih satu digit.

Pemikiran atau ide lain yang mencuat dalam teks berita ini adalah tentang Tim Sukses yang bertugas khusus memermak tampilan dan performa Aburizal, adalah Tim ARB yang dipimpin Rizal Malarangeng dan Fuad Hasan Mansyur. Seperti dalam teks berikut:

Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Golkar Indra Jaya Piliang mengatakan tim-tim sukses itu bergerak bebas mendongkrak citra dan elektabilitas Ical sesuai dengan tugas masing-masing.Di kalangan internal Partai Beringin, dibentuk Badan Koordinasi Pemenangan Pemilu yang dipimpin Cicip.

Nyatanya Aburizal tak kehilangan seribu akal untuk menangani masalah elektabilitasnya yang rendah. Hasil survey lembaga yang independen pun dibalas dengan hasil survey yang ia sewa sendiri. Lebih jauh pergerakan Aburizal selain terus menerus mengkampanyekan dirinya dan bersafari keseluruh hampir wilayah di Indonesia, Aburizal juga telah mendekati dan meminang beberapa nama besar untuk mendampinginya maju sebagai calon presiden, salah satunya Gubernur JawaTimur yang telah menolak ajakan sang Ketua Umum Partai Golkar ini.

Perangkat Pembingkai (Framing Devices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu didukung dengan pemakaian simbol tertentu untuk menekankan arti yang hendak dikembangkan dalam teks berita.Simbol itu dipakai untuk memberi kesan atau efek penonjolan makna yang disajikan.Simbol itu dapat diamati dari pemakaian kata, kalimat, grafis, atau pemakaian foto dan aksentuasi gambar tertentu.Semua elemen itu dipakai dalam teks, dan dipahami dalam analisis framing bukan sebagai perangkat tulisan berita, melainkan sebagai suatu strategi wacana untuk menekankan makna atau mengedepankan pandangan tertentu agar lebih diterima oleh khalayak.

Semua elemen dalam perangkat pembingkai itu dipakai untuk memberikan citra tertentu atas seseorang atau peristiwa tertentu. Dalam teks berita

ini,perangkat pembingkai itu paling tidak dipakai dengan tujuan memberikan citra yang buruk akan usaha pencalonan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden. Dalam teks digambarkan usaha apapun akan ditempuh guna memenuhi segala rencana yang telah ditetapkan. Citra ini dilakukan misalnya seperti kutipan teks ini:

Golkar mematok target perolehan suara minimal 20 persen kursi Dewan dalam Pemilu 2014 agar bisa mengajukan Ical dalam pemilihan presiden. Bila target tercapai, Partai Beringin bebas memilih calon pendamping jagonya. Tapi, kalau perolehannya di bawah target, Golkar bakal berkoalisis dengan partai lain yang mengajukan calon wakil presiden. “Kalau Golkar mendapat 30 persen, bisa mengatur siapa musuh yang hendak kami hadapi,” kata Cicip.

Ini ditulis untuk menekankan bahwa apapun hasil pemilu legislatife nantinya tidak akan mempengaruhi rencana usulan Aburizal sebagai calon presiden dari Partai Golkar nantinya. Teks ini didukung dengan salah satu foto yaitu ketika Aburizal tersenyum memberikan pidato politiknya dengan poster bertuliskan “ARB SUKA nomor 2” yang mengisyaratkan kelak ia akan menjadi calon presiden dengan nomor urut 2.

Citra buruk usaha Aburizal dalam mencalonkan diri sebagai presiden tersebut dengan dituliskannya dalam teks tersebut adalah usahanya membuat survey ‘sendiri’ untuk mengukur tingkat elektabilitas calon presiden yang kiranya akan maju dalam pemilihan presiden 2014 ini. Toh, pada akhirnya Aburizal juga tak unggul di lembaga survey manapun. Sebagaimana dalam teks tersebut:

Pengusaha senior ini tak kurang akal.Ia meminta survey “yang lebih realistis”, yaitu mengukur tingkat keterpilihan “calon presiden yang mungkin”.Jokowi disingkirkan karena belum pasti dicalonkan PDI Perjuangan. Adapun Prabowo dikeluarkan karena partainya dianggap tidak akan memperoleh tiket pencalonan dalam pemilihan tahun 2014.

Nyatanya elektabilitas pengusaha beberapa media massa nasional ini tak sebaik usahanya ketika menayangkan iklan maupun berita baik tentang sosoknya guna mempropagandai masyarakat agar memilihnya. Kendati demikian,

media-media massa miliknya tetap konsisten dalam menjalankan usahanya untuk memperkenalkan sang pemilik sebagai calon presiden yang baik.

Perangkat Penalaran (ReasoningDevices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu didukung dengan seperangkat penalaran untuk menekankan kepada khalayak bahwa “versi berita” yang disajikan dalam teks itu adalah benar.Sebuah berita tidak semata-mata sebuah gagasan.Ia adalah kumpulan dari fakta yang dijejer yang pada hasil akhirnya berupa, bukan hanya paparan atas suatu informasi, melainkan juga suatu bingkai informasi dengan perspektif dan pandangan tertentu. Karena itu, fakta yang dipilih secara tidak langsung dalam pandangan ini untuk memperkuat bangunan perspektif yang telah disusun oleh wartawan.

Dalam teks berita, perangkat penalaran itu disajikan dengan beberapa pola. Citra buruk atas usaha Aburizal guna mendongkrak popularitasnya sebagai calon presiden pilihan masyarakat ditekankan lewat roots: Elektabilitas bukan layaknya sebuah saham perusahan yang dapat dibeli dengan mudah asal ada uang. Masyarakat akan menilai seseorang dari figur dan latar belakang kehidupannya. Faktanya elektabilitas Aburizal masih rendah, meski berbagai upaya telah dilakukan. Beragam citra baik yang telah Ia iklankan melalui media miliknya pun tak kunjung membawa angin segar baginya. Begitu pula hasil survei lembaga yang sengaja ia sewa.

Penalaran yang lain yakni berbagai usaha Tim ARB yang memermak Ical sedemikian rupa dari cara berbicara, duduk hingga jadwal kampanye sehari-hari Ical. Jelas di sini mengisyaratkan segala tingkah polah Aburizal yang selama ini kita lihat adalah merupakan “setting-an” guna mendapat simpatik rakyat agar terpesona pada sosoknya dan sepakat memilihnya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Frame: Usaha Mengerek Elektabilitas Aburizal Tak Berhasil

Framing Devices Reasoning Devices

Metaphors: (Tidak ditemukan) Roots: Elektabilitas bukan layaknya sebuah

saham perusahan yang dapat dibeli dengan mudah asal ada uang. Masyarakat akan menilai seseorang dari figur dan latar belakang kehidupannya. Faktanya

elektabilitas Aburizal masih rendah, meski berbagai upaya telah dilakukan. Beragam citra baik yang telah Ia iklankan melalui media miliknya pun tak kunjung membawa angin segar baginya. Begitu pula hasil survei lembaga yang sengaja ia sewa.

Exemplars: Menurut Wakil Ketua Umum

Golkar Sharif Cicip Sutardjo, Aburizal belum begitu kuat pengaruhnya di media

onlinedan televisi. Menteri Kelautan dan

Perikanan ini mengakui iklan ARB di TV Onedan ANTVcukup bagus,”Tapi penonton televisi lain lebih banyak.”

AppletoPrinciples: Dengan elektabilitas

yang baik maka akan mempermudah Aburizal menjadi calon presiden dan memenangkan pemilu presiden nantinya.

Catcpharases: Ia kalah jauh dibanding

Gubernur Jakarta Joko Widodo dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. Elektabilitas Aburizal juga kalah jauh dibandingkan dengan tingkat keterpilihan Partai Golkar yang ia pimpin sejak 2009.

Consequences:. Aburizal tidak layak maju

menjadi calon presiden karena tidak memiliki elektabilitas yang rendah.

Depiction: Sementara waktu pemilihan

presiden semakin dekat, aneka lembaga survey yang relative independen

masih satu digit.

Visual Image: Foto Aburizal yang tengah berpidato meresmikan posko pemenangan ARB wilayah Sulawesi Selatan. Foto ini menekankan berbagai upaya telah dilakukan untuk menaikkan citra Aburizal sebagai calon presiden.

Teks II

Judul : Layar Tersendat Sang Kandidat

Halaman : 40-41

Frame : Aburizal Bakrie Gagal Memimpin Partai Golkar

Beragam permasalahan Aburizal tidak hanya dari persoal fakta elektabilitas untuk menuju kursi calon presiden 2014.Dalam Teks ini Tempo berhasil mewawancarai beberapa elit politik Partai Golkar.Perpecahan suara dan pendapat terjadi di dalam tubuh partai sendiri. Salah satunya bahkan hasil rapat pleno yang mengusung sang pimpinan partai maju sebagai calon presiden.

Elemen Inti Berita (Idea Element/ Core Frame)

Berikut satu paragraf yang berada di awal teks:

“Menurut Akbar, mesin partai belum berjalan baik. Buktinya, kerja pengurus pada saat pemilihan kepala daerah tidak berjalan. Sejumlah daerah yang selama ini disebut sebagai kantong suara Golkar, seperti Jawa Timur, Sumatera, , Maluku Utara dan Banten, kata ketua umum 1999-2004 itu, tak digarap maksimal.

Partai Golkar telah pecah dan tak pernah satu suara belakangan menjadi isu yang santer diberbagai media massa nasional. Dalam berbagai putusan, gaya kepemimpinan Aburizal jauh berbeda dengan gaya kepemimpinan pendahulunya.

Seringnya, Ia mengambil tindakan sendiri tanpa membuat konvensi. Aburizal sendiri memiliki pendirian bahwa konvensi hanya akan menimbulkan perpecahan.

Begitupun dengan hasil putusan Partai Golkar yang akan mengusung dirinya sebagai calon presiden. Terdapat dua kelompok yang pro dan kontra akan putusan ini. Akbar Tandjung, Ketua Umum Partai Golkar periode lalu sebagaimana tertuang dalam teks berikut ini:

“Meski telah dilobi, pidato Akbar tetap keras mengkritik atau menyindir.Ia mengingatkan soal elektabilitas Ical yang tak berbanding lurus dengan dengan safari yang dilakukannya. Karena itu, Ia menyarankan sebaiknya ada”strategi baru dan uji elektabilitas” untuk mendongkrak tingkat keterpilihan Aburizal.”

Sikap ini yang terus dilawan Aburizal sebagaimana pantun yang ia bacakan dalam pidato rapat pimpinan nasional, “Sudah kukembangkan layarku, pantang bagiku surut kembali.”

Perangkat Pembingkai (Framing Devices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu didukung dengan pemakaian simbol tertentu untuk menekankan arti yang hendak dikembangkan dalam teks berita.Simbol itu dipakai untuk memberi kesan atau efek penonjolan makna yang disajikan.Simbol itu dapat diamati dari pemakaian kata, kalimat, grafis, atau pemakaian foto dan aksentuasi gambar tertentu.Semua elemen itu dipakai dalam teks, dan dipahami dalam analisis framing bukan sebagai perangkat tulisan berita, melainkan sebagai suatu strategi wacana untuk menekankan makna atau mengedepankan pandangan tertentu agar lebih diterima oleh khalayak.

Semua elemen dalam perangkat pembingkai itu dipakai untuk memberikan citra tertentu atas seseorang atau peristiwa tertentu. Dalam teks berita ini,perangkat pembingkai itu paling tidak dipakai dengan tujuan memberikan gambaran bahwa Aburizal Bakrie tidak baik dalam memimpin Partai Golkar metafora (metaphors) seperti:

“Menurut Ketua Goolkar Yorrys Rweyai, gaya kepemimpinan Aburizal mengubah budaya Golkar selama ini dekat dengan tentara. “Sekarang tak ada satupun eks-tentara di Dewan Pimpinan Pusat,” ujarnya.Ia menilai Aburizal

memimpin Golkar seperti mengelola perusahaan. “Orientasinya pada hasil, tak peduli proses,” kata Yorrys.Ia mencontohkan, banyak keputusan strategis yang tidak dibahas dalam rapat pleno.”

Ini ditulis untuk menekankan bahwa ada kelompok-kelompok bahkan internal yang tidak sependapat dan sejalan dengan gaya Aburizal memimpin Partai Golkar.

Permasalahan semakin terang selepas pengikraran Aburizal menuju pencalonan untuk mendapatkan kursi nomor satu di negeri ini. Meski usaha internal dalam partai telah menggaung, pun kisruh terjadi sampai pada saat ini sahnya Jusuf Kalla sebagai wakil presiden Joko Widodo sedang oleh Aburizal Partai Golkar menyatakan dukungan pada Prabowo Subianto.

“IskandarMandji wakil sekretaris jenderal pada era Ketua Umum Jusuf Kalla, menilai pidato Akbar yang keras itu menggambarkan kekisruhan situasi dalam partai.Selama ini, kata dia, kritik Kalla dan Akbar dianggap sebagi perlawanan atas pencalonan Ical.”

Perangkat Penalaran (ReasoningDevices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu didukung dengan seperangkat penalaran untuk menekankan kepada khalayak bahwa “versi berita” yang disajikan dalam teks itu adalah benar.Sebuah berita tidak semata-mata sebuah gagasan.Ia adalah kumpulan dari fakta yang dijejer yang pada hasil akhirnya berupa, bukan hanya paparan atas suatu informasi, melainkan juga suatu bingkai informasi dengan perspektif dan oandangan tertentu. Karena itu, fakta yang dipilih secara tidak langsung dalam pandangan ini untuk memperkuat bangunan perspektif yang telah disusun oleh wartawan.

Dalam teks berita, perangkat penalaran itu disajikan dengan beberapa pola.Bahwa semakin banyak permasalahn Aburizal untuk maju sebagai calon presiden saja bahkan di luar faktor internal sosok Aburizal juga eksternal prestasi yang muncul dimasyarakat, roots: Kondisi internal partai sendiri yang pecah dan tidak satu suara dalam mengajukan Pimpinan partainya untuk menjadi calon presiden berakibat buruk bagi upaya Aburizal untuk meyakinkan masyarakat.

Penalaran yang lain yakni Bagaimana akan memimpin sebuah negara jika memimpin satu partai saja tidak berhasil.

Kodifikasi Teks II

Frame: Aburizal Bakrie Gagal Memimpin Partai Golkar

Framing Devices Reasoning Devices

Metaphors: Ia menilai Aburizal memimpin

Golkar seperti mengelola perusahaan. “Orientasinya pada hasil, tak peduli proses,” kata Yorrys. Ia mencontohkan, banyak keputusan strategis yang tidak dibahas dalam rapat pleno.

Roots: Kondisi internal partai sendiri yang

pecah dan tidak satu suara dalam mengajukan Pimpinan partainya untuk menjadi calon presiden berakibat buruk bagi upaya Aburizal untuk meyakinkan

masyarakat.

Exemplars: Kondisi semakin panas ketika

Aburizal ditetapkan sebagai calon presiden pada Rapat Pimpinan Nasional II di Hotel Mercure, Ancol, Juli 2012. Keputusan penetapan calon presiden dinilai Yorrys terburu-buru, sementara konsolidasi partai tak sepenuh struktur pemenangan hingga ke tingkat provinsi dan daerah pemilihan.

AppletoPrinciples: Menurut Akbar, mesin

partai belum berjalan baik. Buktinya, kerja pengurus pada saat pemilihan kepala daerah tidak berjalan. Sejumlah daerah yang selama ini disebut sebagi kantong suara Golkar, seperti Jawa Timur, Sumatera, Maluku Utara, dan Banten, kata ketua umum 1999-2004 itu, tak digarap maksimal.

Catcpharases: Meski telah dilobi, pidato

Akbar tetap keras mengkritik atau menyindir. Ia mengingatkan soal elektabilitas Ical yang tak berbanding lurus dengan safari yang dilakukannya.

Consequences:. Bagaimana akan memimpin

sebuah negara jika memimpin satu partai saja tidak berhasil.

Depiction: IskandarMandji wakil sekretaris

jenderal pada era Ketua Umum Jusuf Kalla, menilai pidato Akbar yang keras itu

menggambarkan kekisruhan situasi dalam partai. Selama ini, kata dia, kritik Kalla dan Akbar dianggap sebagi perlawanan atas pencalonan Ical.

Visual Image: Selain soal pencalonan, gesekan di tubuh Golkar bersumber pada model kepemimpinan Aburizal. Struktur kepengurusan partai yang gemuk-hampir 400 orang-membutuhkan waktu lama untuk konsolidasi.

Teks III

Judul : Nyawa Sembilan ‘Petarung Jalanan’

Halaman : 44-46

Frame : Sukses Mengelola Berbagai Perusahaan Justru Membawa Citra Buruk Pada Aburizal Bakrie

Jauh sebelum kita mengenal sosok Aburizal Bakrie sebagai Menteri Perekonomian di Kabinet Indonesia Bersatu dan Pemimpin Umum Partai Golkar, ia adalah pengusaha sukses. Bisnisnya tersebar hampir diseluruh wilayah di Indonesia.Tak ayal pada 2007 Majalah Forbesmenempatkannya sebagai orang terkaya di Indonesia dan nomor empat di Asia Tenggara. Pada teks ini TEMPO menyajikan data berbagai perusahaan yang telah atau tengah Aburizal jalankan serta berbagai dampak dari usaha yang ia geluti.

Elemen Inti Berita (Idea Element/ Core Frame)

Aburizal dikenal sebagai seorang pengusaha yang tangguh.Meski kerap diberitakan berbagai bisnisnya dirundung timbunan hutang dan krisis ekonomi kelihainnya memainkan persepsi justru menampilkan keadaannya yang sebaliknya pada masyarakat. Sebagaimana telah diakui dalam teks:

“Menurut pengamat pasar modal Yanuar Rizky, jurus bertahan Bakrie dalam bisnis adalah pandai mengelola persepsi”

Sehingga keadaan yang buruk justru akan tampak baik-baik saja oleh persepsi yang Aburizal bangun sendiri.Usahanya pun pernah membawanya pada sebuah kerugian teramat besar yang tidak hanya merugikan pihak perusahaannya tetapi masyarakat juga.Tentu tidak ada yang asing dengan kejadian lumpur lapindo yang tak henti menyembur di salah satu daerah di Jawa Timur yaitu Sidoarjo. Selain itu, kasus penggelapan mafia pajak Gayus Tambunan pun membawa nama perusahaan Bakrie.

Masyarakat mulai melihat sebelah mata pada sosok Aburizal. Meski Ia mau menanggung Rp 9 Triliun untuk korban lumpur Sidoarjo tapi ingatan masyarakat akan bencana yang banyak memakan korban tentu tak bisa dihilangkan. Inilah salah satu aspek sulitnya elektabilitas seorang Aburizal tinggi di mata masyarakat Indonesia.Masyarakat menilai jika Aburizal menjadi pemimpin negeri ini tentu terbesit tujuan-tujuan agar lebih mempermudah jalan bisnisnya.

Perangkat Pembingkai (Framing Devices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu didukung dengan pemakaian simbol tertentu untuk menekankan arti yang hendak dikembangkan dalam teks berita.Simbol itu dipakai untuk memberi kesan atau efek penonjolan makna yang disajikan.Simbol itu dapat diamati dari pemakaian kata, kalimat, grafis, atau pemakaian foto dan aksentuasi gambar tertentu.Semua elemen itu dipakai dalam teks, dan dipahami dalam analisis framing bukan sebagai perangkat tulisan berita, melainkan sebagai suatu strategi wacana untuk menekankan makna atau mengedepankan pandangan tertentu agar lebih diterima oleh khalayak.

Semua elemen dalam perangkat pembingkai itu dipakai untuk memberikan citra tertentu atas seseorang atau peristiwa tertentu. Dalam teks berita ini,perangkat pembingkai itu paling tidak dipakai dengan tujuan memberikan citra yang buruk akan usaha seorang Aburizal menjadi pemimpin negeri ini sedang dilain pihak ia juga banyak memimpin berbagai perusahaan juga. Citra ini dilakukan misalnya dengan pemakaian metafora (metaphors) seperti:

“Pengamat ekonomi Lin Che Wei pernah menyebutkan Bakrie punya nyawa Sembilan karena bisnisnya tetap eksis kendati dihajar badai kanan-kiri.”

Teks ini didukung dengan sebuah bagan yang disajikan Tempo di satu halaman penuh untuk menunjukkan perusahaan apa-apa saja yang tengah Aburizal jalani.Sejarah panjang Aburizal mengelola perusahaan besar juga dinarasikan secara apik dalam teks ini. Jatuh bangun bisnis keluarga Bakrie diceritakan runut dan detail, salah satu prestasinya tersurat dalam teks berikut ini:

“Bonanza itu membuat keluarga Bakrie membeli kembali saham Bakrie & Brothers hingga 40 persen.Oleh majalah Forbes, pada 2007, Aburizal ditempatkan sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia dan nomor empat di Asia Tenggara.Hartanya Rp 12 Triliun.“Ini sejarah ada pengusaha pribumi jadi terkaya di Asia,” katanya.”

Perangkat Penalaran (ReasoningDevices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu didukung dengan seperangkat penalaran untuk menekankan kepada khalayak bahwa “versi berita” yang disajikan dalam teks itu adalah benar.Sebuah berita tidak semata-mata sebuah gagasan.Ia adalah kumpulan dari fakta yang dijejer yang pada hasil akhirnya berupa, bukan hanya paparan atas suatu informasi, melainkan juga suatu bingkai informasi dengan perspektif dan oandangan tertentu. Karena itu, fakta yang dipilih secara tidak langsung dalam pandangan ini untuk memperkuat bangunan perspektif yang telah disusun oleh wartawan.

Dalam teks berita, perangkat penalaran itu disajikan dengan beberapa pola. Citra buruk atas usaha Aburizal guna mendongkrak popularitasnya sebagai calon presiden pilihan masyarakat ditekankan lewat roots: Jauh sebelum masuk dalam dunia perpolitikan Aburizal Bakrie karena berbagai usaha besarnya yang hampir

Dokumen terkait