• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

E. Pembahasan

Hasil analisis diatas akan dipakai untuk melihat gambaran integrasi ego subjek. Hal yang pertama akan dilihat adalah hasil narrative tone subjek. Rd memiliki narrative tone stabil yang bersifat optimistik. Tidak banyak perubahan yang terjadi, khususnya perubahan status emosi pada stuktur naratifnya. Sedangkan Sn, narrative tonenya adalah progresif. Sn mengalami banyak kejadian yang tidak menyengkan pada masa lalunya. Kemudian seiring dengan pertumbuhannya, narasi cerita Sn mulai bergerak kearah yang lebih positif dan lebih baik.

Hal kedua yang ingin dilihat adalah imagery subjek. Rd memiliki imagery yang positif baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Rd cenderung memiliki konsep diri yang positif dan menjadi pribadi yang hangat

bagi orang lain sebagai konsekuensi dari adanya imagery yang positif tersebut. Lain halnya dengan Rd, Sn memiliki imagery yang positif terhadap dirinya namun imagery terhadap orang lain cenderung negatif. Hal ini membuat Sn menjadi pribadi yang menutup diri dan cenderung membatasi hubungan sosial meskipun dia memiliki konsep diri yang positif.

Dari hasil analisis naratif diatas dapat disimpulkan bahwa Rd memiliki Integritas ego yang baik, sedangkan Sn memiliki integritas ego yang kurang baik. Keduanya memiliki narrative tone dan imagery yang berbeda. Rd mencapai integritas ego karena narrative tone Rd bersifat stabil dan optimistik. Rd juga memiliki imagery yang positif terhadap diri dan orang lain. Lain halnya dengan Sn, dia memiliki narrative tone yang progressive. Tapi hasil narrative tone saja tidak cukup untuk menyimpulkan bahwa Sn mencapai integritas ego. Sn memiliki imagery yang negatif terhadap orang lain. Hal inilah yang kemudian membuat Sn tidak mencapai integrasi egonya dengan baik.

Penjelasan mengenai integritas ego pada kedua subjek dapat ditarik pada konteks yang lebih luas dari keberhasilan subjek mencapai tahap perkembangannya. Rd berhasil melewati tahap perkembangan identity vs role confusion, intimacy vs isolation, dan generativity vs stagnation dengan sukses. Keberhasilan Rd dalam melalui tahap perkembangan sebelumnya tersebut membuat Rd menjadi lansia yang mencapai integrasi ego dengan baik. Sedangkan Sn, mengalami konflik pada tahap perkembangan identity vs role

confusion dan intimacy vs isolation. Konflik pada kedua tahap perkembangan tersebut membuat Sn kurang memiliki tujuan yang jelas pada hidupnya dan menjadi pribadi yang menutup diri. Hal tersebutlah yang membuat Sn tidak mencapai integritas ego dengan baik.

83

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN,

DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek Rd mencapai integritas ego sedangkan Sn tidak mencapai integritas ego pada masa dewasa akhirnya. Keenam aspek integritas ego dari Ryff (1982) muncul dalam narasi subjek Rd. Kelima aspek tersebut telihat pada stuktur narasi, narrative tone, dan tema – tema yang sering dimunculkan.

Rd dan Sn memiliki proses pencapaian integritas ego yang berbeda. Rd tidak memiliki banyak konflik pada tahap perkembangan sebelumnya, dia juga mampu menyelesaikan tugas perkembangan sebelumnya dengan baik sehingga Rd tidak memiliki kesulitan yang berarti dalam mengintegrasikan egonya pada masa dewasa akhirnya. Lain halnya dengan Sn, dia banyak melewati masa sulit dan konflik pada tahap perkembangan sebelumnya. Mulai dari konflik identitas pada masa remaja dan ketidakmampuan mengembangkan relasi intim terhadap lawan jenis yang menyebabkannya menarik diri dari lingkungan sosial.

Hasil analisis naratif Rd juga memiliki pola yang berbeda dari Sn. Rd memiliki narrative tone yang stabil. Nuansa pada stuktur naratif dari awal hingga akhir cenderung membahagiakan pada keseluruhan cerita. Hal tersebut

juga mengindikasikan bahwa Rd mampu memaknai secara positif kejadian menyenangkan maupun tidak menyenangkan pada masa hidupnya. Sedangkan Sn memiliki narrative tone yang progresif. Meskipun narrative tone Sn progresif, akan tetapi tidak menjadi jaminan bahwa Sn mencapai integritas Ego. Narasi Sn bergerak menjadi lebih progresif pada narasi masa dewasa akhirnya, namun konflik pada tahap perkembangan intimacy vs isolation menyebabkannya cenderung mengkonstruksikan dunia luar secara negatif. Sn cenderung menarik diri, tertutup, dan mudah berprasangka buruk pada orang lain. Meskipun pengaruh nilai – nilai spiritualitas yang kuat membuatnya melakukan kontrol diri untuk menghindari tindakan yang tidak baik namun hal tersebut tidak menjadi jaminan untuk mencapai integritas ego pada masa dewasa akhirnya.

Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa keberhasilan lansia dalam mencapai integrasi ego sangat ditentukan dengan keberhasilannya dalam menyelesaikan tugas – tugas perkembangan sebelumnya. Narrative tone belum bisa menjamin keberhasilan lansia dalam mencapai integritas egonya. Imagery pada analisis naratif dapat memberi gambaran konsep diri seorang lansia terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Hal ini sangat diperlukan untuk melihat adanya kepuasan hidup, dan konstruksi sosial dalam diri seseorang. Analisis naratif juga sangat membantu untuk melihat integritas ego subjek karena memberikan data naratif yang kaya dan dapat menangkap struktur dari pemaknaan subjek serta nilai – nilai yang dipakai subjek dalam melakukan pemaknaan.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu hanya menggunakan dua subjek dalam penelitian sehingga hasil dari penelitian ini tidak bisa memberikan gambaran yang lebih kaya dan lengkap tentang integritas ego pada lansia.

Keterbatasan lain adalah batasan pemilihan subjek yang dilakukan oleh pihak panti wreda. Batasan ini membuat peneliti tidak bisa dengan leluasa menentukan sampling secara acak. Oleh karena batasan ini, hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan.

C. SARAN

Oleh karena adanya batasan dan kekurangan pada penelitian ini. Maka peneliti melakukan evaluasi dan menyarankan peneliti selanjutnya untuk memperhatikan beberapa hal dibawah ini:

a. Sesuai dengan keterbatasan penelitian di atas maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah menambah jumlah subjek penelitian. b. Peneliti selanjutnya supaya menggunakan metode pengumpulan

data wawancara dan disertai dengan skala integritas ego. Agar mudah mengukur integritas ego subjek.

c. Peneliti selanjutnya diharap mengambil subjek penelitian berjenis kelamin laki – laki agar dapat di dilihat perbedaan proses integrasi lansia menurut jenis kelaminnya.

86

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto. (1984). The aged in the homes for the aged in Jakarta: Status and perception. Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Aldert, M., & Koenig, C. S. (2006). The Role of Religion for Hospice Patients and Relatively Healthy Older Adults. Research on Aging, 28, 184-215.

Aldert, Monika., & Koenig, Cynthia S.(2007). The Importance of Religious Orientation and Purpose in Life for Dying Well: Evidence from Three Case Study. Blackwell Publishing.

Bradley, Rebekah. & Westen, Drew. (2005). The Psychodynamics of Border Line Personality Disorder: A View From Developmental Psychopathology, International Journal. Development and Psychopathology, 17, 2005, 927– 957.

Butler, R. N. (1963). The life review: an interpretation of reminiscence in the aged. Psychiatry, 26(1): 65-70

Cook, Emily A. (1991). The Effect of Reminiscence on Psychological Measures of Ego Integrity in Elderly Nursing Home Residents. Georgia: W.B Saunders Company.

Creswell, John W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approaches. London: SAGE Publications.

Darmojo, B., & Martono. (1998). Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Umur Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Edmons, S., & Hooker, K. (1992). Perceived Changes in Life Mea ning Following Bereavement. Omega- The Journal of Death and Dying, 25, 307-318.

Ellison, C.G. (1991). Religious Involvement and Subjective Well-being. Journal of Health and Social Behavior, 32, 80-99.

Erikson, E. (1963). Reality and Actuality. Journal of the American Psychoanalytic Association, 10,451–474.

Erikson, E. (1982).The Life Cycle Completed. New York: Norton.

Feist, Jess & Gregory. (2008). Theories of Personality, Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Frankl, V. (1959). Man’s Search for Meaning. New York: Washington Square Press.

Friedman & Schustack. (2006). Personality: Clmodern research. Boston: Pearson. Haditono, Siti Rahayu. (1991). Preferensi tempat tinggal dan perlakuan yang diharapkan di masa usia lanjut. Laporan penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Herlina, T., Subagyo, & Rahmathusofa, A. (2010). Perbedaan Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun Antara Yang Ikut PAUD Dan Tidak Ikut PAUD (Di Desa Tepas Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi). Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, ISSN: 2086-3098, Vol.I, No.4, Oktober 2010. James, J. B., & Zarrett, N. (2005). Ego Integrity in The Lives of Older Women.

Journal of Adult Development, 13(2), 61-75.

Kartinah & Sudaryanto, Agus. (2008). Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. I. No.1., Juni 2008 93-96. Kartono, K. (1992). Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rajawali Press.

Keene, E. (2006). Assessing comprehension thinking strategies. CA: Shell Educational Publishing, Huntington Beach.

Kernis, M.H., Paradise, A.W., Whitaker, D.J., Wheatman, S.R., & Goldman, B.N. (2000). Master of one’s psychological domain? Not likely if one’s self- esteem is unstable. Personality and Social Psychology Bulletin, 26, 1297- 1305.

Koenig, H.G., George, L.K, & Titus, P. (2004). Religion, Spirituality, and Health in Medically ill hospitalized Older Patients. Journal of the American Geriatrics Society, 52, 554-452.

Lemme, Barbara Hansen. (1995). Development in adulthood. USA: Allyn & Bacon.

Logan, R.D. (1986). A Reconceptualization of Erikson’s Theory: The Repetition of Existential and Instrumental Themes. Human Development, 29, 125-136. McAdams, D.P. (2001). The Psychology of Life Stories. Review of General

Psychology, 5, 100-122.

Moleong, & Lexy, J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhadjir. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Yake Sarasin.

Murray, M. (1997). A Narrative Approach to Health Psychology. Journal of HealthPsychology, 2, 9–20.

Nasution. (2006). Metoda Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Notoadmodjo, S. (2007). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ricoeur. (1987). Time and Narrative III. Chicago: The University of Chicago Press.

Ryff, Carol, D. (1982). Successing Aging: A Developmental Approach. International Journal, Vol. 22, No. 2, 1982.

Sawin, M. E., & Carbine, L. (2012). JUNG AND AGING: Bringing to Life the Possibilities and Potentials for Vibrant Aging, Proceedings of the March 28, 2012 Symposium at the Library of Congress, Washington, D.C.

Sheldon, Kennon M., & Kasser, Tim. (2001).Personal Goas and Psychological Growth: Testing an Intervention to Enhance Goal Attainment and Personality Integration. MA: Blackwell Publishing.

Smith, Jonathan A., (2008), Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sneed, J. R., & Whitbourne, S. K. (2003). Models of the Aging Self. Journal of Social Issues, Vol. 61, No. 2, pp. 375-388.

Sneed, J. R., Whitbourne, S. K., & Culang, M. E. (2006). Trust, Identity, and Ego Integrity: Modeling Erikson’s Core Stages Over 34 Years. Journal of Adult Development, 13(3), 148-157.

Subijanto, Redhono, & Vendarani. (2011). Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia, Modul Field Lab. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS.

Takwin, B. (2007). Psikologi positif dan eudaemonia. Diunduh dari http://bagustakwin.multiply.com pada tanggal 19 Januari 2013.

Tisher, Dean, & Suzanne, Mariam. (2000). Family therapy with the elderly. International Journal, Vol. 21, No. 2, pp. 94 – 101, 2000.

Tomer, A., & Eliason, G. (2000). Belief About Self, Life, and Death: Testing Aspects of a Comprehensive Model of Death Anxiety and Death Attitudes. Philadelphia: Brunner- Routledge.

Turner, Monica G., & Carpenter, Stephen R. (1998). Tips and Traps in Interdiciplinary Research.Winconsin: University of Winconsin.

Wong, P.T.P., & Watt, L.M. (1991).What Types of Reminiscence are Associated With Successful Aging? Psychology and Aging, 6, 272-279.

Wong, P.T.P. (2000).Meaning of Life and Meaning of Death in Successful Aging. Philadelphia:Brunner-Routledge.

Worthington, E. L. Jr., Welsh, J. A., Archer, C. R., Mindes, E. J., & Forsyth, D. R., (1996). Computer-Assisted Instruction as a Supplement to Lectures in an Introductory Psychology Class. Teaching of Psychology, 23, 175-181.

91

INTERVIEW PROTOCOL Waktu Interview : Durasi Interview : Tempat : Nama (Inisial) : Usia : Pekerjaan : Status Pernikahan : Keterangan Lain-lain : Panduan Pertanyaan :

1. Bisakah anda ceritakan kisah hidup anda sejak kecil sampai saat ini? 2. Dari keseluruhan kisah hidup anda kejadian – kejadian apa saja yang

paling anda ingat?

3. Apa hal yang paling mengesankan dalam hidup? 4. Menurut anda masa lalu anda bagaimana?

5. Bisakah anda ceritakan pengalaman anda pindah ke panti wreda?

6. Apa yang anda pikirkan dan anda rasakan ketika pindah ke panti wreda? 7. Menurut anda bagaimana kehidupan anda saat ini (setelah pindah ke panti

wreda)?

8. Jika melihat keseluruhan kisah hidup anda, bagaimana anda menggambarkan hidup anda?

9. Apa hal yang paling penting dalam hidup? 10.Bagaimana anda memaknai kematian?

VERBATIM KE – 1 SUBJEK 1 (72 Tahun) Keterangan: P: Peneliti R: Subjek Rd P : Selamat pagi bu R : Pagi

P : Perkenalkan , saya dila dan fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Boleh saya tahu nama ibu?

R : saya Rd tapi teman - teman saya dulu memanggil saya ita atau Ruth. P : oya, bagaimana kabarnya?

R : baik, ini saya kemarin habis sakit demam dan flu karena kecapekan.

P : O.. semoga sekarang ibu sudah sehat kembali. Lalu bagaimana? Apakah bisa dilanjutkan?

R : Oh bisa.. tidak masalah. saya sudah sembuh kok. Saya malah senang ada yang mengunjungi.

P : Begini.. saya sangat tertarik sekali untuk mendengar cerita kisah hidup ibu. Saya ingin mendengar cerita kisah hidup ibu selengkap-lengkapnya Apakah ibu bisa menceritakan pada saya?

R : Oh tentu saja. Tidak masalah. Dulu juga ada mahasiswa yang datang kesini dan bertemu dengan saya dalam membuat skripsinya. Ya diwawancara macem-macem. Ini saya mau ditanya apa?

P : Oh tidak bu. Saya hanya ingin meminta ibu menceritakan kisah hidup ibu selengkap-lengkapnya.

R : O begitu. Saya ini disini sudah lama lho. Saya sudah. ..em.. 7 tahun tinggal disini. Sejak diurus dengan direksi yang lama saya sudah disini. Dulu enak disini masih 23 orang sekarang sudah banyak ada 43 orang. Kalau dulu tenang, enak, yah namanya juga orang tua kan lebih enak kalau tenang ya. Tapi sekarang ramai ini kadang saya ngerasa agak betah. Yah tapi Cuma kadang-kadang. Kan kalau disini itu oma-omanya yang diseberang itu ada 3

orang agak stress lalu dikirim oleh keluarganya kesini. Sering marah-marah, banting-banting, kadang teriak - teriak. Kalau lagi gitu saya kadang jadi jengkel ya.. gimana juga namanya juga kita merasa terganggu ya?. Saya tu tinggal disini atas kemauan sendiri iho. Memang sudah menjadi keinginan saya. Dulu saya urus sendiri semuanya. Saya ini kan tidak menikah dan tidak ada anak. Jadi saya tinggalnya dirumah kakak dan adik saya. Waktu itu saya telpon adik perempuan saya di jogja. Saya sedang dijakarta di rumah kakak saya. Saya telpon, “mbok aku dicarikan tempat tinggal yang buat orang ma itu dek?”. Waktu itu kan saya gak ngerti namanya panti wreda. Yah saya bilang gitu. Nah adik saya perempuan tanya. buat apa mbak? Apa mbak ini sekarang sudah tidak kerasan apa gimana? Tempat tinggal seperti apa?”. bukan kenapa – kenapa. Aku memang pengen. Memang aku yang mau. Tolong dicarikan ya. Aku minta no telponnya”. Ya sudah setelah itu saya diberi daftar nama panti wreda di seluruh indonesia sama adik saya itu. Pertama saya telpon yang di Jakarta, katanya penuh. Yah namanya tempat seperti itu kan sekarang susah ya. Lalu saya tepon yang di jogja. Masalahnya kan kalau di jogja enak kalau ada apa-apa disana ada kerabatnya. Saya punya saudara tinggal di apa tuh ya..em... jalan kaliurang sama di sini di jalan wates itu. Yang dijalan wates itu adik saya. Nah ini yang saya tepon itu Panti Wreda Hanna ini. saya telpon waktu itu yang angkat ibu M, direksinya yang dulu. Sekarang sudah pindah. Trus dijawab “selamat siang bu, dengan ibu siapa? Ada yang bisa dibantu?”. “Oh. .saya Rudolphin dan Jakarta, mbok saya mau masuk disitu. Bisa tidak? Apa syaratnya?”. Ibunya terus tanya, “siapa bu yang mau masuk disini? Oh kalau disini itu syaratnya rontgen paru-paru, cek kolesterol sama hepatitis”. Langsung ibunya kaget lho waktu saya bilang kalau saya yang mau masuk. Kan heran ya? Biasa kan ada yang ngurusin, tapi saya urus sendiri. Nah saya ditanya kan kenapa kok pengen disini, terus pihak pantinya mengatakan waktu itu “silahkan kalau bu Rd memang pengen disini ya silahkan, sewaktu-waktu ketika ibu mau kesini kami siap menerima”. Itu waktu itu kakak saya sama ipar saya tidak saya beri tahu lho. Jadi saya telpon itu tidak

ada yang tahu. Langsung besoknya saya bicara saya pamitan. Saya bilang mau ke sini. Saya pengin. Langsung kakak sama ipar saya itu bilang, kami ini tidak mengusir kamu lho ya. Kenapa kamu mau pergi? Wong disini kan sudah enak. Disana mau apa memangnya. Ya saya jelaskan kalau itu memang sudah keinginan saya, saya kepingin tinggal disitu. Ya saya langsung minta dicarikan tiket ke jogja. Besoknya saya langsung berangkat ke jogja. Saya tidak bawa barang banyak waktu itu, belum cek ke lab juga. Sampai disini langsung saya ketemu pengurusnya, lalu saya diminta ke Prodia. Ini yang didekat sini. Saya rontgen paru-paru, cek kolesterol dan hepatitis. Kalu disini kan kalau ada penyakit menular gak boleh. Setelah itu saya tunggu hasilnya eh malah saya langsung disuruh pulang saja, katanya hasilnya akan diantarkan. Ternyata sini dengan Prodia sudah kerjasama. Saya telpon kesini katanya saya bisa diterima, hasilnya bagus semua katanya. Itu saya dan rumah adik saya kemudian persiapan untuk pindah kesini. Besoknya saya diantar kesini. Ya gitu. Terus apa lagi.

P : ya mungkin ibu bisa cerita juga pengalaman dan kisah hidup ibu sejak ibu kecil sampai sekarang ini.

R : O.. kalau saya kecilnya ya di Solo ya. Mami sama papiku kan masih - keturunan bangsawan, saya ini masih turunan keluarga bangsawan lho. Saya anak Mami papiku anaknya ada 14. SD di Solo, waktu SMP SMA dikirim ke Semarang. Saya kan Katholik, jadi kan tinggal di asrama susteran di Semarang. Dulu itu saya di Santa Maria, sekolah cewek semua. Di asrama kan juga ketat, gak bisa pergi-pergi kayak anak sekarang. Free cuma sabtu minggu, itupun harus dijemput keluarga baru boleh keluar. Kalau sabtu biasa dijemput keluargaku yang di semarang terus nginep disana, minggunya dibalikin lagi. Waktu SMA itu paling lucu. Kan namanya sekolah cewek semua kan seneng to waktu itu suster kepala bilang ada acara bersama SMA Kanisius. itu kan sekolah cowok semua. Ada tanding volley. Yah bukan tanding lomba beneran, cuma untuk mengakrabkan saja. Kita seneng banget ya waktu itu sama teman-teman juga. Tau gak waktu hari H aku iseng tak suruh temen-temen tu celananya dinaikin dikit. Hahahaha.

Terus mereka kan takut kalau suster lihat gimana. Tak bilang aja “gak, suster kan jauh. Nanti kalau kenapa-kenapa aku yang tanggung jawab”. “Nanti kalau suster tanya bilang saja kan lari - lari jadi celananya naik sendiri”. Ya namanya kan gak pernah lihat cowok ya, ada nakalnya juga. Ya kita yang dari Santa Maria celananya di lipet semua biar pendek. Terus kan ada acara lagi setelah itu, kita semua kumpul di aula sekolah. Suster malah bilang kita duduknya disuruh campur. Waktu itu ada cowok datangi saya, namanya Frans. Dia tanya namamu siapa? “Rd biasa dipanggil Ruth”, “Oh, saya Frans”. Terus kami kenalan, ngobrol, duduk bareng. Ya tapi kan cuma waktu kesempatan itu saja. Saya ditanya tinggal dimana? “disusteran”, ternyata dia tinggal di asrama bruderan jadi kan dekat. Tadinya pengen nya kan bisa berangkat bareng tapi kan gak mungkin. Kami juga diantar jemput bus sekolah. Jadi tiap pagi tiap kami berangkat naik bus itu saya berharap kalau papasan dengan busnya yang dari arah bruderan. Waktu itu kami papasan, saya duduk dekat jendela, dia juga duduk dekat jendela. Kita ngapain coba? Kita tuker-tukeran surat cinta. Hahahaha. Ya tapi ya cuma sampai disitu saja, gak bisa pacaran. Kan juga memang tidak bisa keluar- keluar sembarangan. Lalu setelah SMA saya masuk kuliah sastra inggris. Lulus saya gak langsung kerja. Saya balik ke rumah dengan papi mami. Papiku malah yang bilang aku gak usah kerja dulu. Kan ya namanya anak ya sama orang tua kan hams berbakti ya. Papiku kan waktu itu jadi Bupati di Kebumen, saya ikut kesana. Satu tahun papiku meninggal, saya ikut mami. Mami pulang dan tinggal dengan saudaranya. Ya namanya anak sebenarnya gak tega kasian juga ninggalin orang tua, tapi ya gimana. Saya pengen kerja, pengen mandiri. Terus saya ijin ke mamiku. “Dalem bade nyuwun pamit, mau kerja”. Ya sudah setelah itu saya cari kerja. Ada waktu itu di perkapalan. Saya langsung daftar. Kan syaratnya bisa bahasa inggris dan Jerman. Soalnya itu punya jepang dan jerman. Waktu itu saya kan gak bisa jerman, pemah dapat disekolah tapi kan namanya pelajaran sekolah itu tidak mendalam. Saya langsung pergi kursus. Selesai kursus saya dapat sertifikat langsung daftar. Saya dites, eh jaman dulu juga sudah ada tes lho. Saya

langsung diterima. Saya di cabang Surabaya. Saya dapat jabatan di bawah direksi. Jadi saya dan 6 orang cowok semua. Saya cewek sendiri. Rame

Dokumen terkait