• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2015

Dari hasil penelitian dapat digambarkan bahwa sebagian besar respondenmempunyai latar belakang pendidikan SD sebanyak 18 orang (39,1%), sesuai dengan pendapat Ariani (2014), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada perkembangan orang lain untuk menuju ke arah cita-cita tertentu untuk mengisi kehidupan sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Dimana makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki sehingga lebih mudah untuk mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan segala hal yang di alami setiap individu.

Sebagian besar responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 34 orang (73,9 %). Menurut Ariani (2014), pekerjaan merupakan suatu aktifitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan, kecemasan dan depresi, dimana seseorang yang bekerja akan berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih baik.

Pada tabel 5.1 Mayoritas responden dengan kanker payudara stadium III sebanyak 23 orang (50 %), stadium II sebanyak 13 orang (17,4 %), stadium IV

2. Dukungan keluarga pada pasien kanker payudara

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dukungan keluarga responden kepada pasien kanker payudara terhadap kecemasan dan depresi yaitu sebagian besar dukungan baik yaitu sebanyak 43 orang (93,5%) dari keseluruhan responden.

Ketika keluarga mengetahui bahwa salah satu anggotanya menderita kanker, maka lazimnya pihak keluarga tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatan dalam menghadapi penderitaan ini. Sebagian keluarga menunjukkan rasa simpati dan kasihan, namun sebahagian lain bersikap menolak akan kenyatan ini. Peranan keluarga amat penting, pihak keluarga yang penuh pengertian dan kooperatif dengan pihak perawatan dan memberikan dorongan moril penuh kepada penderita, akan banyak membantu dalam penatalaksanaan penderita kanker. Dalam banyak hal, ternyata respon penderita terhadap pengobatan banyak sedikitnya ditentukan oleh faktor keluarga dan lainnya dalam memberikan reaksi terhadap penyakit yang dideritanya (Dadang, 2004).

Dalam pengalaman praktek sering di jumpai sikap negativistik (penolakan) dari pihak keluarga.Mungkin karena ketidaktahuan (ignorancy) ataupun kepercayaan tradisional tentang penyebab dan pengobatan kanker, maka dokter seringkali kehilangan peluang yang baik (momentum) untuk melakukan tindakan ini (Suprajitno, 2012).

Sedangkan menurut Friedman, dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga adalah suatu keadaan atau proses hubungan antara keluarga yang memberi manfaat kepada orang lain.

Dukungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting bagi seseorang yang sedang menghadapi masalah dan dapat memotivasi orang tersebut.Dukungan keluarga terhadap pasien kanker sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mental dan semangat hidup pasien kanker.Ahli onkologi Cora Liave, MD dan Denky Dela Rosa mengatakan, keluarga adalah teman terbaik bagi pasien kanker dalam menghadapi masalah dengan penyakitnya. Setiap orang yang terkena kanker, akan berpengaruh juga kepada seluruh keluarga baik berupa emosional, psikologi, finansial maupun fisik (Rijalul, 2013).

Menurut asumsi peneliti dukungan keluarga mayoritas dukungan baik yaitu 43 orang (93,5%), hal ini dipengaruhi karena pengetahuan dari para keluarga mengenai penting nya dukungan kepada pasien yang mengalami kanker yang dipengaruhi oleh adanya hubungan yang baik antar sesama keluarga dengan lingkungan sosial.

3. Kecemasan pada pasien kanker payudara

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memilikikecemasan ringan yaitu 36 responden (78,3%).

Seseorang akan menderita gangguan cemas ketika yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stessor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, ditandai dengan corak atau tipe kepribadian pencemas.

Kecemasan dan depresi bisa terjadi karena munculnya rasa kehilangan, misalnya pada penderita kanker payudara yang merasa bahwa ia akan kehilangan bentuk tubuhnya.

merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatrikdisorder). Secara klinis gejala kecemasan di bagi dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety

disorder/GAD), gangguan panik (panic disorder), gangguan phobic ( phobic

disorder), dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder). Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan kecemasan ini baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria adalah 2 banding 1.Dan diperkirakan antara 2%-4% di antara penduduk di suatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan cemas.

Menurut penelitian Patmawati (2011) diperoleh bahwa responden yang memiliki dukungan keluarga positif dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 12 orang (75,0%) dan dukungan keluarga positif dengan tingkat kecemasan panik sebanyak 4 orang (25,0%). Sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga negatif dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 10 orang (71, 4%) dan responden yang mengalami dukungan keluarga negatif dengan tingkat kecemasan panik sebanyak 4 orang (28,6%).

4. Depresi pada pasien kanker payudara

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memilikidepresi ringan yaitu 38 responden (82,6%).

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini amat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membangun. Orang yang menderita depresi adalah orang yang amat menderita.

Cash, H (1998) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa 1 dari 5 orang, pernah mengalami depresi dalam kehidupanya.Selanjutnya ditemukan 5%- 15% depresi melakukan bunuh diri setiap tahun. Dimatteo, M.R., dkk (2000) dalam penelitiannya menemukan data bahwa depresi terjadi pada 25% pasien yang menjalani pengobatan medis.

5. Hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan dan depresi pada pasien kanker payudara

Analisa data yang digunakan adalah korelasiproductmoment yang digunakan untuk mencari kekuatan hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan dan depresi pada pasien kanker payudara. Berdasarkan uji statistik hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien kanker payudara diperoleh nilai r = -0,649 yang berarti terdapat hubungan yang kuat antar variabel dengan hubungan negatif. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien kanker payudara.

Berdasarkan uji statistik hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada pasien kanker payudara diperoleh nilai r = -0,720 yang berarti terdapat hubungan yang kuat antar variabel dengan hubungan negatif. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga terhadap depresi pada pasien kanker payudara.

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Febi (2010), yang menunjukkan bahwa dari 50 responden penelitian, 3 responden (6%) berada dalam kategori dukungan emosional keluarga rendah, 17

responden (34%) berada dalam kategori dukungan emosional keluarga sedang dan 30 responden (60%) berada dalam kategori dukungan emosional keluarga tinggi. Berdasarkan penelitian ini rata-rata responden mengalami kecemasan yang rendah.Ada hubungan negatif signifikan antara dukungan emosional keluarga dan kecemasan menghadapi kemoterapi.

Dokumen terkait