• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen OLEH FERRY TANUDJAJA A (Halaman 27-44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Aliran Permukaan

Rataan jumlah aliran permukaan selama satu musim kacang tanah pada masing- masing taraf kombinasi panjang lereng dan luasan, taraf pemberian mulsa vertikal, taraf pemberian lubang resapan, kombinasi dua perlakuan dan kombinasi tiga perlakuan disajikan pada Tabel 2 sampai dengan Tabel 4.

Tabel 2. Nilai rata-rata aliran permukaan pada masing- masing perlakuan kombinasi panjang lereng dan luasan, lubang resapan, dan mulsa vertikal selama satu musim tanam.

Faktor Perlakuan Aliran Permukaan (m3/ha)

L0 4,1C* L1 55,7B* L2 139A* R0 132,5A* R1 0D* M0 82,6a* M1 50b* BNT 1% = 39,5 BNT 5% = 29,1

*)Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam setiap faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% dan angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi panjang lereng dan luasan serta pemberian lubang resapan sangat nyata menekan aliran permukaan, sedangkan pemberian mulsa vertikal nyata menekan aliran permukaan. Kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 sangat nyata menekan aliran permukaan dibandingkan dengan kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 serta dengan kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2. Penurunan jumlah aliran permukaan disebabkan oleh semakin kecilnya nisbah luas tangkapan hujan terhadap daya tampung saluran, sehingga aliran permukaan yang terjadi dapat lebih efektif ditampung oleh saluran dan guludan pada teras gulud yang lebih pendek dengan luasan yang lebih kecil. Pada panjang lereng yang lebih

pendek dengan luasan yang lebih kecil, aliran permukaan kurang mengalami percepatan, sehingga daya rusak dan daya angkut sedimen lebih rendah, sehingga air yang jatuh masih dapat teresapkan dengan baik.

Pemberian lubang resapan pada dasar saluran teras gulud sangat nyata mengendalikan aliran permukaan bahkan mencegah terjadinya aliran permukaan meluap keluar guludan. Hal ini karena lubang resapan dapat meningkatkan daya tampung saluran dan memperluas permukaan resapan. Pemberian mulsa vertikal pada saluran maupun lubang resapan nyata menekan aliran permukaan dibandingkan dengan teras gulud tanpa mulsa vertikal pada saluran. Pemberian mulsa vertikal tersebut nyata menekan aliran permukaan dari 82,6 m3/ha menjadi 50 m3/ha. Mulsa vertikal pada saluran maupun lubang dapat mencegah terjadi kerusakan dan sebagai bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap dan menahan air sekaligus meningkatkan kegiatan biologi tanah dan dalam proses perombakannya akan membentuk senyawa-senyawa organik penting dalam pembentukan struktur tanah dan membentuk biopori. Selain itu mulsa vertikal yang diberikan dapat menghambat penyumbatan pori makro dan meningkatkan laju infiltrasi. Penelitian pada tanah Latosol di Citayam, Bogor dan tanah Podsolik Lampung mendapatkan bahwa mulsa dapat mempengaruhi suhu tanah dan meningkatkan kemampuan tanah menahan air, kemantapan agregat tanah dan aerasi tanah (Suwardjo (1981) dalam Arsyad (2000)).

Gambar Lampiran 2 menunjukkan bahwa curah hujan harian berkisar dari 0-127 mm dan curah hujan yang terjadi pada satu musim tanam mencapai 1253 mm. Hujan yang terjadi berurutan dalam beberapa hari dan intensitasnya tinggi akan menimbulkan kemungkinan terjadinya aliran permukaan yang lebih besar, karena kapasitas infiltrasi tanah menjadi lebih kecil yang disebabkan kondisi tanah telah menjadi jenuh oleh curah hujan sebelumnya. Pada Tabel Lampiran 9 sampai 11 ditunjukkan bahwa kisaran persentase aliran permukaan terhadap curah hujan pada kombinasi tiga perlakuan berkisar antara 0 % sampai dengan 5,13 %. Pemberian mulsa vertikal pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 telah dapat meningkatkan efektivitas teras gulud dalam meresapkan seluruh curah hujan, hal ini ditandai dengan persentase curah

hujan sebesar 0 %, sedangkan pada kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 serta kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 diperlukan pemberian lubang resapan untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam meresapkan seluruh curah hujan. Kemampuan teras gulud dalam mencegah terjadinya aliran permukaan sangat penting untuk ditingkatkan, karena sekecil apapun aliran permukaan dapat dipastikan akan mengangkut hara, bahan organik maupun tanah itu sendiri yang dapat menyebabkan kerusakan tanah baik secara fisik, biologi maupun kimia.

y = 3,9506x2 + 2,1272x - 15,984 R2 = 0,97 0 50 100 150 200 2 4 6

Kombinasi Panjang Lereng dan Luasan (2=L0, 4=L1, 6=L2)

Aliran Permukaan (m3)

Gambar 1. Grafik hubungan pada kombinasi panjang lereng dan luasan, pemberian lubang resapan, dan mulsa vertikal dengan jumlah aliran permukaan.

Gambar 1 menunjukkan hubungan kombinasi panjang lereng dan luasan dengan aliran permukaan yang terjadi adalah kudratik. Hal ini terjadi karena dengan semakin panjang dan luas daerah tangkapan hujan maka akan semakin besar nisbah luas tangkapan hujan terhadap daya tampung saluran, sehingga

y = -32,636x + 82,587 R2 = 0,77 0 50 100 150 0 1 Mulsa vertikal (0=tanpa,1=dengan mulsa) Aliran permukaan (m3) y = -132,54x + 132,54 R2 = 0,97 0 50 100 150 200 0 1

Lubang Resapan (0=tanpa,1=dengan Lubang)

aliran permukaan yang terjadi dapat tidak dapat ditampung oleh saluran dan guludan. Pada panjang lereng yang lebih pendek dengan luasan yang lebih kecil, aliran permukaan kurang mengalami percepatan, sehingga daya rusak dan daya angkut sedimen lebih rendah, sehingga air yang jatuh masih dapat teresapkan dengan baik. Hubungan pemberian lubang resapan dan mulsa vertikal terhadap jumlah aliran permukaan yang terjadi adalah linear. Hal ini terjadi karena hanya terdapat dua kemungkinan yaitu dengan atau tanpa pemberian lubang resapan maupun mulsa vertikal. Dengan adanya lubang resapan aliran permukaan yang terjadi dapat dihentikan, sedangkan dengan pemberian mulsa vertikal maka aliran permukaan dapat ditekan.

Tabel 3. Nilai rata-rata aliran permukaan pada kombinasi dua faktor perlakuan selama satu musim tanam.

Kombinasi Faktor Perlakuan Aliran Permukaan (m3/ha) L0R0 8,15H* L0R1 0H* L1R0 111,47D* L1R1 0H* L2R0 278A* L2R1 0H* L0M0 8,15E* L0M1 0E* L1M0 77,22BC* L1M1 34,25E* L2M0 162,4A* L2M1 115,6B* R0M0 165,17D* R0M1 99,9C* R1M0 0A* R1M1 0A* BNT 1% = 39,5 BNT 5% = 29,1

*)Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam setiap kombinasi dua faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 3 menunjukkan bahwa kombinasi panjang lereng dengan lubang resapan; kombinasi panjang lereng dengan mulsa vertikal; serta kombinasi lubang resapan dengan mulsa vertikal sangat nyata menekan aliran permukaan. Kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 serta kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 dengan pemberian lubang resapan (L1R1 dan L2R1) sangat nyata menekan aliran permukaan dibandingkan dengan teras gulud yang tidak diberikan lubang resapan pada kombinasi tersebut (L1R0 dan L2R0). Pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 pemberian lubang resapan juga mampu menekan aliran permukaan walaupun secara statistika tidak nyata. Terlihat bahwa pemberian lubang resapan mampu menghentikan aliran permukaan pada masing- masing kombinasi panjang lereng dan luasannya. Kombinasi antara panjang lereng dengan pemberian mulsa vertikal menunjukan bahwa pada kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 serta kombinasi 6 m panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 pemberian mulsa vertikal sangat nyata menekan aliran permukaan. Pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 terjadi pula pengurangan aliran permukaan. Dengan pemberian mulsa vertikal aliran permukaan yang terjadi dapat ditekan, bahkan pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 aliran permukaan sudah dapat dihentikan. Pada kombinasi pemberian lubang resapan dan mulsa vertikal, pemberian mulsa vertikal pada teras gulud yang tidak diberi lubang resapan sangat nyata menekan aliran permukaan, akan tetapi teras gulud yang diberikan lubang resapan mampu menghentikan aliran permukaan. Dengan berkurangnya bahkan dapat dihentikannya aliran permukaan yang keluar dari bidang pertanaman berarti mengurangi kerusakan tanah dan kerugian yang diakibatkannya.

Tabel 4. Nilai rata-rata aliran permukaan pada kombinasi tiga faktor perlakuan selama satu musim tanam.

Kombinasi Perlakuan Jumlah Aliran permukaan (m3/ha) L0R0M0 16,3E* L0R0M1 0E* L0R1M0 0E* L0R1M1 0E* L1R0M0 154,4C* L1R0M1 68,5D* L1R1M0 0E* L1R1M1 0E* L2R0M0 324,8A* L2R0M1 231,1B* L2R1M0 0E* L2R1M1 0E* BNT 1% = 39,5 BNT 5% = 29,1

*)Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam Satu kolom menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi panjang lereng, pemberian lubang resapan dan pemberian mulsa vertikal sangat nyata menekan aliran permukaan. Pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 (L0), antar kombinasi pemberian mulsa vertikal dan lubang resapan tidak berbeda nyata terhadap besarnya aliran permukaan, tetapi pemberian mulsa vertikal cenderung menekan aliran permukaan dan pemberian lubang resapan. Pada kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 (L1) pemberian lubang resapan sangat nyata menghentikan aliran permukaan dibandingkan dengan perlakuan tanpa lubang resapan dan tanpa pemberian mulsa vertikal (L1 R0M0) dan nyata terhadap perlakuan tanpa lubang resapan dengan mulsa vertikal (L1R0M1). Demikian pula pada kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 (L2) pemberian lubang resapan sangat nyata menghentikan aliran permukaan dibandingkan dengan perlakuan tanpa lubang resapan dan tanpa pemberian mulsa vertikal (L2R0M0)

dan nyata terhadap perlakuan tanpa lubang resapan dengan pemberian mulsa vertikal (L2 R0M1).

Dengan kombinasi dari ketiga perlakuan panjang lereng, pemberian lubang resapan, dan pemberian mulsa vertikal, maka terlihat bahwa kombinasi perlakuan pemberian lubang resapan dan mulsa vertikal sangat nyata menekan aliran permukaan pada setiap panjang lereng, demikian pula dengan pemberian lubang resapan, tetapi pemberian mulsa vertikal tanpa disertai lubang resapan kurang efektif menekan aliran permukaan pada kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 serta pada kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 yang ditandai masih terjadinya aliran permukaan pada kombinasi perlakuan tersebut, hal ini disebabkan pada kombinasi panjang lereng dan luasan tersebut jumlah aliran permukaan yang terjadi lebih besar dari kapasitas peresapan air pada saluran, sedangkan dengan adanya lubang resapan maka laju peresapan air akan meningkat sehingga aliran permukaan tidak terjadi.

Jumlah Erosi

Rataan erosi selama satu musim kacang tanah pada masing- masing taraf kombinasi panjang lereng dan luasan, taraf pemberian mulsa vertikal, taraf pemberian lubang resapan, kombinasi dua perlakuan dan kombinasi ketiga perlakuan disajikan pada Tabel 5 sampai dengan Tabel 7.

Tabel 5. Nilai rata-rata erosi pada masing- masing perlakuan kombinasi panjang lereng dan luasan, lubang resapan, dan mulsa vertikal selama satu musim tanam.

Faktor Perlakuan Erosi

(ton/ha) L0 0,04C* L1 0,52B* L2 1,31A* R0 1,25A* R1 0D* M0 0,78a* M1 0,47b* BNT 1% = 0,37 BNT 5% = 0,27

*)Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam setiap faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% dan angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi panjang lereng dan luasan serta pemberian lubang resapan sangat nyata menekan erosi, sedangkan pemberian mulsa vertikal nyata menekan erosi. Kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 sangat nyata menekan erosi dibandingkan dengan kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 serta dengan kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2. Terlihat bahwa semakin pendek jarak panjang lereng pada teras gulud maka erosi yang dihasilkan akan semakin kecil. Semakin pendek jarak teras akan semakin kecil erosi yang terjadi pada lahan diantara teras. (Sinukaban, 1989). Penurunan jumlah erosi sejalan dengan menurunnya jumlah aliran permukaan. hal ini disebabkan berkurangnya daya angkut dan daya perusak yang semakin rendah seiring menurunnya jumlah aliran permukaan, sehingga pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 erosi yang dihasilkan sangat sedikit, sedangkan pada kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 serta kombinasi 6 m dan luas 12 m2 erosi ini semakin meningkat yang ditandai jumlah aliran permukaan dan erosi yang berlipat bila dibandingkan dengan kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2. Demikian pula bila jumlah aliran permukaan pada kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 dibandingkan dengan kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2. Aliran permukaan yang besar akan menyebabkan erosi yang ditimbulkannya juga besar (Arsyad, 2000).

Pemberian lubang resapan pada teras gulud sangat nyata menekan bahkan sampai menghentikan erosi dibandingkan teras gulud tanpa lubang resapan. Terlihat bahwa pemberian lubang resapan pada teras gulud dapat menekan erosi hingga menjadi 0 ton/ ha jika dibandingkan dengan teras gulud tanpa lubang resapan. Hal ini disebabkan karena dengan adanya lubang resapan dapat meningkatkan laju resapan air dan memberikan kesempatan bagi air dan sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan untuk mengendap dan meresap ke dalam tanah. Teras gulud yang diberikan mulsa vertikal nyata menekan erosi dibandingkan dengan teras gulud tanpa mulsa vertikal.

Pemberian mulsa vertikal mampu menekan erosi dari 0,78 ton/ha menjadi 0,47 ton/ ha. Mulsa vertikal yang diberikan dapat menghambat penyumbatan pori makro dan meningkatkan laju infiltrasi sehingga laju

peresapan air pada saluran tetap terjaga yang pada akhirnya akan memperkecil terjadinya erosi. y = 0,0371x2 + 0,02x - 0,1502 R2 = 0,97 0 0.5 1 1.5 2 2 4 6

Kombinasi Panjang lereng dan luasan (2=L0, 4=L1, 6=L2)

Erosi (ton/ha)

Gambar 2. Grafik hubungan pada kombinasi panjang lereng dan luasan, pemberian lubang resapan, dan mulsa vertikal dengan jumlah erosi.

Gambar 2 menunjukkan hubungan kombinasi panjang lereng dan luasan dengan jumlah erosi yang terjadi adalah kudratik. Hal ini terjadi karena dengan semakin panjang dan luas daerah tangkapan hujan maka akan semakin besar nisbah luas tangkapan hujan terhadap daya tampung saluran, sehingga aliran permukaan yang terjadi dapat tidak dapat ditampung oleh saluran dan guludan. Pada panjang lereng yang lebih pendek dengan luasan yang lebih kecil, aliran permukaan kurang mengalami percepatan, sehingga daya rusak dan daya angkut sedimen lebih rendah, sehingga air yang jatuh masih dapat teresapkan dengan baik. Kekuatan daya angk ut dan daya rusak aliran permukaan akan menentukan erosi yang terjadi. Hubungan pemberian lubang resapan dan mulsa vertikal terhadap jumlah aliran permukaan yang terjadi adalah linear.

Hal ini terjadi karena hanya terdapat dua kemungkinan yaitu dengan atau tanpa pemberian lubang resapan maupun mulsa vertikal. Dengan adanya

y = -0,3068x + 0,7763 R2 = 0,77 0 0.5 1 0 1 Mulsa vertikal (0=tanpa,1=dengan mulsa) E rosi (ton/ha) y = -1,2459x + 1,2459 R2 = 0,97 0 0.5 1 1.5 2 0 1 Lubang Resapan (0=tanpa,1=dengan Lubang) Erosi (ton/ha)

lubang resapan erosi yang terjadi dapat dihentikan, sedangkan dengan pemberian mulsa vertikal maka erosi dapat ditekan.

Tabel 6. Nilai rata-rata erosi pada kombinasi dua faktor perlakuan selama satu musim tanam.

Kombinasi Faktor Perlakuan Erosi (ton/ha)

L0R0 0,08G* L0R1 0G* L1R0 1,05B* L1R1 0G* L2R0 2,61A* L2R1 0G* L0M0 0,08D* L0M1 0D* L1M0 0,73CD* L1M1 0,32D* L2M0 1,53A* L2M1 1,09B* R0M0 1,55A* R0M1 0,94B R1M0 0D* R1M1 0D* BNT 1% = 0,37 BNT 5% = 0,27

*)Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam setiap kombinasi dua faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 6 menunjukkan bahwa kombinasi panjang lereng dan luasan dengan lubang resapan; kombinasi panjang lereng dan luasan dengan mulsa vertikal; serta kombinasi lubang resapan dengan mulsa vertikal sangat nyata menekan erosi. Kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 serta 6 m dan luas 12 m2 dengan pemberian lubang resapan (L1R1 dan L2R1) sangat nyata menekan erosi terhadap teras gulud yang tidak diberikan lubang resapan pada panjang lereng tersebut (L1R0 dan L2R0). Pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 pemberian lubang resapan juga ma mpu menekan erosi walaupun secara statistika tidak nyata. Terlihat bahwa pemberian lubang resapan mampu menghentikan erosi pada masing- masing kombinasi panjang lereng dan luasannya. Kombinasi antara panjang lereng dan luasan dengan pemberian

mulsa vertikal menunjukan bahwa pada kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 pemberian mulsa vertikal dan lubang resapan sangat nyata menekan erosi. Pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 serta kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 terjadi pula pengurangan erosi. Dengan pemberian mulsa vertikal erosi yang terjadi dapat ditekan, bahkan pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 erosi sudah dapat dihentikan. Pada kombinasi pemberian lubang resapan dan mulsa vertikal, pemberian mulsa vertikal pada teras gulud yang tidak diberi lubang resapan sangat nyata menekan erosi, akan tetapi teras gulud yang diberikan lubang resapan mampu menghentikan erosi. Dengan berkurangnya bahkan dapat dihentikannya erosi yang keluar dari bidang pertanaman berarti mengurangi kerusakan tanah dan kerugian yang diakibatkannya.

Tabel 7. Nilai rata-rata erosi pada kombinasi tiga faktor perlakuan selama satu musim tanam.

Kombinasi Perlakuan Erosi (ton/ha)

L0R0M0 0,15E* L0R0M1 0E* L0R1M0 0E* L0R1M1 0E* L1R0M0 1.45C* L1R0M1 0.64D* L1R1M0 0E* L1R1M1 0E* L2R0M0 3.05A* L2R0M1 2.17B* L2R1M0 0E* L2R1M1 0E* BNT 1% = 0,37 BNT 5% = 0,27

*)Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam Satu kolom menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 7 menunjukkan kombinasi panjang lereng, pemberian lubang resapan dan pemberian mulsa vertikal sangat nyata menekan erosi. Pada

kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 (L0), antar kombinasi mulsa vertikal dan lubang resapan, baik yang diberikan lubang resapan dan mulsa vertikal maupun yang tidak diberikan tidak berbeda nyata tetapi pemberian mulsa vertikal memiliki kecenderungan menekan erosi sedangkan pemberian lubang resapan mampu menghentikan erosi. Pada kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 (L1) pemberian lubang resapan, sangat nyata menghentikan erosi dibandingkan dengan perlakuan tanpa lubang resapan dan tanpa pemberian mulsa vertikal (L1 R0M0) dan nyata terhadap perlakuan tanpa lubang resapan dengan mulsa vertikal (L1R0M1). Demikian pula pada kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 (L2) pemberian lubang resapan sangat nyata menghentikan erosi dibandingkan dengan perlakuan tanpa lubang resapan dan tanpa pemberian mulsa vertikal (L2 R0M0) dan nyata terhadap perlakuan tanpa lubang resapan dengan pemberian mulsa vertikal (L2R0M1).

Dengan kombinasi dari ketiga perlakuan panjang lereng, pemberian lubang resapan, dan pemberian mulsa vertikal, maka terlihat bahwa kombinasi pemberian lubang resapan dan mulsa vertikal sangat nyata menekan erosi pada setiap panjang lereng, demikian pula dalam pemberian lubang resapan, akan tetapi pemberian mulsa vertikal tanpa disertai lubang resapan kurang efektif menekan erosi pada kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 serta kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 yang ditandai masih terjadinya erosi pada kombinasi perlakuan tersebut, hal ini disebabkan pada panjang lereng tersebut jumlah aliran permukaan yang terjadi lebih besar dari kapasitas peresapan air pada saluran, sehingga massa tana h yang keluar bersama dengan aliran permukaan semakin besar, sedangkan dengan adanya lubang resapan maka kapasitas peresapan air pada saluran akan meningkat sehingga aliran permukaan tidak terjadi sehingga massa tanah akan terendapkan pada saluran dan lubang.

Produksi Kacang Tanah

Rataan produksi polong serta biomasa selama satu musim kacang tanah pada masing- masing taraf kombinasi panjang lereng dan luasan, taraf pemberian mulsa vertikal, taraf pemberian lubang resapan, kombinasi dua perlakuan dan kombinasi ketiga perlakuan disajikan pada Tabel 8 sampai dengan Tabel 10.

Tabel 8. Nilai rata-rata bobot polong dan biomasa kering pada masing- masing kombinasi perlakuan panjang lereng dan luasan, lubang resapan, dan mulsa vertikal selama satu musim tanam.

Faktor Perlakuan Bobot Polong (ton/ha) Bobot Biomasa (ton/ha) L0 2,3B* 5,3B* L1 1,0A* 2,1A* L2 0,8A* 1,8A* R0 1,2A* 2,9A* R1 1,5A* 3,2A* M0 1,3A* 2,8A* M1 1,5A* 3,3A* BNT 1% = 0,9 BNT 5% = 0,7 BNT 1% = 2,4 BNT 5% = 1,8

*)Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam setiap faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 8 menunjukkan kombinasi panjang lereng dan luasan sangat nyata meningkatkan bobot polong dan biomasa, sedangkan pemberian lubang resapan dan mulsa vertikal tidak berpengaruh nyata meningkatkan bobot polong dan biomasa. Kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 (L0) sangat nyata meningkatkan bobot polong dan biomasa dibandingkan kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 (L1) serta kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 (L2), sedangkan kombinasi panjang lereng 4 m dan luas 8 m2 (L1) cenderung meningkatkan bobot polong dan biomasa dibandingkan dengan kombinasi panjang lereng 6 m dan luas 12 m2 (L2). Peningkatan bobot polong dan biomasa ini sejalan dengan aliran permukaan dan erosi yang semakin kecil

dengan semakin pendeknya panjang lereng sehingga kerusakan tanah yang terjadi lebih rendah. Beberapa kendala aspek teknis yang menjadi penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah antara lain: rendahnya bahan organik tanah sehingga tanah menjadi keras, drainase tanah yang buruk terutama pada awal pertumbuhan, periode kekeringan yang cukup lama terutama pada fase pengisian polong, dan adanya serangan hama penyakit yang belum dapat dikendalikan secara optimal (Adisarwanto, 2001). Adanya teras gulud akan menekan kerusakan tanah sehingga sifat fisik, biologi dan kimia tanah akan dapat dipertahankan. Adanya teras gulud juga mencegah pupuk yang diberikan terbawa atau hilang bersama dengan aliran permukaan dan erosi.

Gambar 3. Grafik hubungan kombinasi panjang lereng dan luasan dengan bobot polong dan biomasa.

Gambar 3 menunjukkan bahwa hubungan kombinasi panjang lereng dan luasan dengan bobot polong dan biomasa adalah kuadratik. Hal ini sejalan dengan aliran permukaan dan erosi yang meningkat secara kuadratik seiring dengan semakin panjang dan luas daerah pertanaman. Dengan adanya lubang

y = 0,3688x2 - 3,838x + 11,522 R2 = 0,89 0 2 4 6 8 2 4 6

Kombinasi Panjang lereng dan Luasan (2=L0, 4=L1, 6=L2)

Bobot biomasa (ton/ha)

y = 0,1329x2 - 1,4302x + 4,6343 R2 = 0,79 0 1 2 3 4 2 4 6

Kombinasi Panjang lereng dan luasan (2=L0, 4=L2, 6= L3)

resapan dan mulsa vertikal maka air yang teresapkan menjadi lebih banyak dan massa tanah yang terendapkan menjadi lebih banyak sehingga tanaman dapat memanfaatkan air dan hara yang terkandung di dalamnya. Peningkatan kadar bahan organik dan aktivitas organisme tanah akibat pemberian lubang resapan dan mulsa vertikal juga berpengaruh positif terhadap peningkatan bobot polong dan biomasa.

Tabel 9. Nilai rata-rata bobot polong dan biomasa kering pada kombinasi dua faktor perlakuan selama satu musim tanam.

Kombinasi Faktor Perlakuan Bobot Polong (ton/ha) Bobot Biomasa (ton/ha) L0R0 1,82A* 4,9A* L0R1 2,79C* 5,8 A* L1R0 1,1 A* 2,2 A* L1R1 0,98 A* 2 A* L2R0 0,81 A* 1,7 A* L2R1 0,87 A* 1,9 A* L0M0 1,94A* 4,6 A* L0M1 2,67 A* 6,1 A* L1M0 1,08 A* 2,2 A* L1M1 2 A* 2 A* L2M0 0,75 A* 1,7 A* L2M1 0,93 A* 1,8 A* R0M0 1,14 A* 2,7A* R0M1 1,35 A* 3,1 A* R1M0 1,38 A* 2,9 A* R1M1 1,72 A* 3,5 A* BNT 1% = 0,9 BNT 5% = 0,7 BNT 1% = 2,4 BNT 5% = 1,8

*)Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam setiap kombinasi dua faktor perlakuan menunjuk kan perbedaan sangat nyata pada taraf 1% berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 9 menunjukkan bahwa kombinasi panjang lereng dengan lubang resapan; kombinasi panjang lereng dengan mulsa vertikal; maupun kombinasi lubang resapan dan mulsa vertikal cenderung meningkatkan bobot polong dan biomasa. Pada kombinasi panjang lereng 2 m dan luas 4 m2 pemberian lubang resapan (L0R1) sangat nyata meningkatkan bobot polong.

Peningkatan bobot polong dan biomasa ini terutama disebabkan karena dengan adanya lubang resapan dan mulsa vertikal yang mampu menyimpan air yang sangat berguna bagi tanaman.

Tabel 10. Nilai rata-rata bobot polong dan biomasa kering pada kombina si tiga faktor perlakuan selama satu musim tanam.

Kombinasi Perlakuan Bobot Polong (ton/ ha) Bobot Biomasa (ton/ ha) L0R0M0 1,5B* 4,3b* L0R0M1 2,2C* 5,5bc* L0R1M0 2,4C* 4,9b* L0R1M1 3,2D* 6,7C* L1R0M0 1,2AB* 2,3a* L1R0M1 1AB* 2a* L1R1M0 0,9AB* 2a* L1R1M1 1AB* 2a* L2R0M0 0,7A* 1,6a* L2R0M1 0,9AB* 1,8a* L2R1M0 0,8AB* 1,9a* L2R1M1 1AB* 1,9a* BNT 1% = 0,9 BNT 5% = 0,7 BNT 1% = 2,4 BNT 5% = 1,8

*)Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam Satu kolom menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1%

Dalam dokumen OLEH FERRY TANUDJAJA A (Halaman 27-44)

Dokumen terkait