• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Pertanaman

Penelitian diawali dengan melakukan penyemaian benih pepaya IPB 1 dan IPB 2 di rumah plastik. Benih pepaya yang disemai menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, benih mulai berkecambah pada umur 2 MSS. Tanaman dengan pertumbuhan yang relatif seragam dipilih untuk digunakan pada percobaan ini. Perlakuan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MSS dengan menyemprotkan Etephon keseluruh bagian tanaman. Kondisi pertumbuhan tanaman di persemaian cukup baik tanpa serangan hama penyakit (Gambar 5).

Error! (b) (a) (c)

Gambar 5. Kondisi Persemaian dan Bibit Pepaya (IPB 1 dan IPB 2) Setelah Perlakuan

Keterangan : (a) = Kondisi Persemaian (b) = Bibit Pepaya IPB 1 (c) = Bibit Pepaya IPB 2

Setelah bibit berumur 1.5 bulan dilakukan pindah tanam (transplanting) ke lahan. Berdasarkan analisis tanah, lahan tersebut mempunyai kandungan hara C 1.19%, N 0.09%, dan C/N 13% dengan tekstur pasir 8%, debu 26% dan liat 66% (Tabel Lampiran 2). Kondisi di lahan sangat mempengaruhi pertumbuhan bibit terutama pada awal pindah tanam, beberapa tanaman mati karena stress dan serangan hama penyakit. Penyakit yang terdapat pada tanaman adalah busuk akar dan pangkal batang disebabkan oleh cendawan.

Tanaman mulai diamati setelah 1 MST dengan mengamati fase vegetatif terlebih dahulu yaitu, tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun. Tanaman memasuki fase generatif pada 7 MST yang ditandai dengan munculnya bunga. Bunga mekar (fertil) pertama muncul mulai 11 MST dan mulai membentuk buah pertama pada 14 MST. Pada awal pembungaan, bunga banyak yang mengalami kerontokan sehingga tidak langsung berkembang menjadi buah. Begitu pula pada awal pembuahan, buah pertama sebagian besar mengalami kerontokan.

Fase Vegetatif

Menurut Ashari (1995) fase pertumbuhan vegetatif mencakup pertumbuhan akar, batang dan daun. Dalam fase ini tanaman memerlukan banyak cadangan makanan (karbohidrat) yang akan dirombak menjadi energi untuk pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel. Pada saat pembelahan sel diperlukan banyak karbohidrat, saat pembesaran sel dibutuhkan hormon dan air yang cukup, selanjutnya saat diferensiasi sel juga diperlukan karbohidrat dalam jumlah banyak.

Pengaruh Genotipe

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data, pertumbuhan vegetatif antara genotipe pepaya IPB 1 dan IPB 2 menunjukkan perbedaan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara genotipe pada peubah tinggi tanaman dan jumlah daun, sedangkan pada peubah diameter batang tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara genotipe (Tabel Lampiran 1).

Pada saat tanaman berumur 2 MST tidak terdapat perbedaan yang nyata antara genotipe pada peubah tinggi dan jumlah daun, sedangkan pada saat tanaman berumur 7 sampai 10 MST terdapat perbedaan yang nyata antara genotipe pada kedua peubah tersebut (Tabel 1).

Tabel 1. Nilai Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Jumlah Daun Pada Genotipe Pepaya IPB 1 dan IPB 2

Tinggi Tanaman (cm) θ Batang (cm) Jumlah Daun ...Pada Umur (MST)... Genotipe

2 7 10 6 2 7 10

IPB 1 4.5 57.8 a 91.2 a 1.2 1.9 14.1 a 25.1 a

IPB 2 2.1 48.2 b 76.6 b 1.0 1.5 12.5 b 22.3 b

Ket :- Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT 5%.

Dari hasil pengamatan, pepaya IPB 1 memiliki tinggi dan diameter batang yang lebih besar dari IPB 2. Hal ini berbeda dengan pernyataan Saryoko (2004) yang menyatakan bahwa pepaya IPB 1 memiliki karakter tinggi tanaman yang lebih tinggi dengan diameter batang yang lebih kecil dibandingkan IPB 2.

Penyebab perbedaan ini diduga karena kondisi lingkungan pertumbuhan dan perlakuan ZPT Etephon memberikan respon yang berbeda pada kedua genotipe tersebut. Menurut Wattimena (1988) respon terhadap ZPT tergantung dari genetik dan tingkat pertumbuhan tanaman, pemberian ZPT tidak pada masa peka tanaman, maka tanaman tersebut tidak akan berespon terhadap ZPT yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah daun pepaya IPB 1 lebih banyak dari pada IPB 2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner et al. (1991) bahwa jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan.

Pengaruh Konsentrasi Etephon

Pemberian Etephon mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman pepaya. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi Etephon memberikan pengaruh nyata pada peubah vegetatif tanaman (Tabel Lampiran 1). Berdasarkan hasil uji lanjut, konsentrasi Etephon 75 ppm memberikan hasil berbeda nyata

terhadap konsentrasi lainnya pada peubah tinggi tanaman (2-8 MST), diameter batang (6 MST) dan jumlah daun (5-9 MST) (Tabel 2).

Tabel 2. Nilai Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Jumlah Daun Pada Beberapa Konsentrasi Etephon

Tinggi Tanaman (cm) θ Batang(cm) Jumlah Daun

...Pada Umur (MST)... Konsentrasi Etephon 2 4 8 6 2 5 9 kontrol 4.1 ab 20.9 b 59.4 b 0.96 b 1.5 6.7 b 19.1 b 50 ppm 2.9 b 20.8 b 65.0 ab 1.10 b 1.4 6.6 b 20.3 ab 75 ppm 4.5 a 24.5 a 68.3 a 1.20 a 1.9 7.5 a 21.0 a 100 ppm 3.1 b 20.1 b 60.3 b 1.01 b 1.7 7.0 ab 20.1 ab

Ket : - Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT 5%.

- Kontrol = 0 ppm

Pemberian ZPT Etephon memberikan respon yang berbeda untuk tiap konsentrasi pada peubah fase vegetatif tanaman. Dari keempat taraf perlakuan konsentrasi, Etephon 75 ppm memberikan nilai rata-rata pertambahan tinggi tanaman (2-10 MST) dan diameter batang (4, 6, 8, 10 MST) tertinggi, sedangkan perlakuan kontrol memberikan nilai rata-rata pertambahan tinggi tanaman (6-10 MST) dan diameter batang (6, 8, 10 MST) terendah. Jika dibandingkan dengan konsentrasi Etephon 50 ppm dan 75 ppm, konsentrasi Etephon 100 ppm memiliki nilai rata-rata pertambahan tinggi dan diameter batang terendah (3-10 MST).

Pada peubah jumlah daun, untuk kontrol nilai rata-rata pertambahan jumlah daun mulai mengalami penurunan hingga mencapai nilai yang terendah pada (6-10 MST), lain halnya dengan konsentrasi Etephon 75 ppm memiliki nilai rata-rata pertambahan jumlah daun yang terbesar pada (2-10 MST).

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa Etephon dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wattimena (1988), yang menyatakan bahwa Etephon dapat mempengaruhi sifat fisiologis pada aspek pertumbuhan, perkembangan dan

senesen tanaman. Ditambahkan pula oleh Salisbury dan Ross (1995) dimana etilen dalam Etephon dapat mendorong terjadinya elongasi sehingga menghambat pemanjangan batang.

Pengaruh Interaksi

Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel Lampiran 1), interaksi antara konsentrasi Etephon dengan genotipe pepaya memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif. Dari hasil uji lanjut, konsentrasi Etephon 75 ppm dan 100 ppm pada pepaya IPB 1 memberikan hasil berbeda nyata terhadap kontrol dan konsentrasi Etephon 50 ppm. Pada pepaya IPB 2, konsentrasi Etephon 50 ppm dan 75 ppm memberikan hasil berbeda nyata terhadap konsentrasi Etephon 100 ppm pada peubah tinggi tanaman dan diameter batang ( Tabel 3).

Tabel 3. Nilai Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Jumlah Daun Pada Interaksi Genotipe Pepaya dan Konsentrasi Etephon

Tinggi Tanaman (cm) θ Batang (cm) Jumlah Daun ...Pada Umur (MST)... Genotipe Konsentrasi Etephon 8 10 6 8 10 kontrol 64.4 b 83.8 b 1.0 b 16.8 b 23.6 b IPB 1 50 ppm 64.9 b 85.7 ab 1.0 b 16.9 b 23.8 b 75 ppm 77.1 a 100.2 a 1.3 a 19.1 a 26.5 a 100 ppm 73.9 a 95.0 a 1.2 a 18.8 a 26.3 a kontrol 56.1 ab 73.3 ab 1.0 b 15.1 ab 21.9 a IPB 2 50 ppm 65.1 a 85.0 a 1.1 a 15.1 ab 23.3 a 75 ppm 62.5 a 80.0 a 1.1 a 16.0 a 22.5 a 100 ppm 51.3 b 68.2 b 1.0 b 16.5 a 21.6 ab

Ket : - Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT 5%.

- kontrol = 0 ppm

Hasil pengamatan memperlihatkan interaksi antara genotipe pepaya IPB 1 dengan konsentrasi Etephon 75 ppm dan 100 ppm memberikan nilai rata-rata pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun yang lebih besar dari perlakuan kontrol dan konsentrasi Etephon 50 ppm. Interaksi antara genotipe pepaya IPB 2 dengan konsentrasi Etephon 50 ppm dan 75 ppm menghasilkan pertambahan tinggi tanaman dan diameter batang yang lebih besar dari perlakuan kontrol dan konsentrasi Etephon 100 ppm (Tabel 3).

Fase Generatif

Fase generatif atau reproduktif terjadi pada saat pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, bunga, buah dan biji. Fase ini berhubungan dengan perkembangan sel, pembesaran dan pendewasaan jaringan dan pembentukan hormon yang perlu untuk perkembangan kuncup bunga (Harjadi, 1996). Masa generatif tanaman pepaya diawali dari munculnya kuncup bunga, bunga fertil, anthesis, sampai terbentuk buah.

Pengaruh Genotipe

Berdasarkan hasil sidik ragam, pengaruh genotipe pada perkembangan generatif secara umum tidak terdapat perbedaan yang nyata, hanya pada jumlah buah yang memberikan perbedaan yang nyata (Tabel Lampiran 1). Hasil uji lanjut pada jumlah buah saat tanaman berumur 17 MST, menunjukkan antara genotipe memberikan perbedaan yang nyata (Tabel 4).

Tabel 4. Nilai Rata-rata Pertambahan Jumlah Bunga dan Jumlah Buah Pada Genotipe Pepaya IPB 1 dan IPB 2

Jumlah Bunga Jumlah Buah

………...Pada Umur (MST)…….…..……….. Genotipe

12 19 15 17 19

IPB 1 2.32 23.51 0.85 1.70 a 3.04

IPB 2 2.45 23.11 0.75 1.03 b 1.69

Ket : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT 5%.

Sebelum menghasilkan buah, tanaman pepaya mengalami proses pembungaan terlebih dahulu. Bunga pepaya antara genotipe IPB 1 dan IPB 2 memiliki bentuk yang berbeda (Gambar Lampiran 2). Genotipe IPB 2 memiliki bentuk bunga baik hermaprodit dan betina yang lebih besar dibandingkan IPB 1.

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah bunga yang dihasilkan setiap minggu dari kedua genotipe cenderung sama. Pepaya IPB 2 memiliki kecepatan berbunga lebih awal tetapi cepat mengalami kerontokan, sehingga jumlah bunga yang menjadi buah rendah. Pada pepaya IPB 1, kecepatan munculnya bunga pertama lebih lambat tetapi jumlah bunga yang menjadi buah lebih banyak.

Rendahnya jumlah bunga yang menjadi buah pada pepaya IPB 2 diduga karena IPB 2 memberikan respon berbeda terhadap pengaruh lingkungan (suhu dan kelembaban). Berdasarkan data klimatologi, pada saat fase generatif sekitar bulan Maret –Mei suhu udara lebih meningkat (Tabel Lampiran 4, 5 dan 6). Hal ini sesuai dengan pernyataan Saryoko (2004), bahwa pada tanaman pepaya jumlah buah per tanaman sangat bergantung pada interaksi antara genotipe dengan lingkungan, karena karakter fruit set dan jumlah buah sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Selain karena pengaruh lingkungan dapat diduga pula karena perbedaan ukuran dan bobot buah yang dihasilkan, sehingga mengakibatkan bunga yang terdapat pada tangkai atau poros bunga terganggu dan mengalami kerontokan.

Pengaruh Konsentrasi Etephon

Berdasarkan hasil sidik ragam, pemberian Etephon tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah bunga, kecepatan bunga pertama muncul dan kecepatan bunga fertil muncul (Tabel Lampiran 1). Berdasarkan hasil uji lanjut, pemberian Etephon terhadap jumlah buah tidak memberikan perbedaan yang nyata. Pemberian Etephon menunjukkan perbedaan yang nyata hanya terhadap peubah tinggi kedudukan bunga fertil pertama dan tinggi kedudukan buah pertama (Tabel 5).

Tabel 5. Nilai Rata-rata Pertambahan Tinggi Kedudukan Bunga Fertil Pertama dan Tinggi Kedudukan Buah Pertama Pada Beberapa Konsentrasi Etephon

Konsentrasi Etephon

Tinggi Kedudukan Bunga Fertil Pertama

Tinggi Kedudukan Buah Pertama ………...…..…….…cm...…...……… kontrol 105.32 ab 113.88 b 50ppm 114.21 b 129.62 a 75ppm 104.23 b 113.03 b 100ppm 99.98 b 109.15 b

Ket : - Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT 5%.

Hasil pengamatan di lapang menunjukkan dimana perlakuan konsentrasi Etephon 100 ppm memiliki tinggi kedudukan buah pertama yang pendek yaitu 109.15 cm. Hal ini sesuai dengan penelitian Nuryanah (2004) yang menunjukkan bahwa konsentrasi Etephon 100 ppm dapat menghasilkan kedudukan buah pertama yang pendek yaitu 77.68 cm.

Perbedaan tinggi kedudukan buah pertama yang dihasilkan dengan tinggi kedudukan buah pertama hasil dari penelitian Nuryanah (2004) diduga karena perbedaan jarak tanam yang digunakan pada saat penanaman. Jarak tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari sehingga tanaman mengalami etiolasi dimana pertumbuhan tinggi tanaman menjadi lebih besar.

Pengaruh Interaksi

Berdasarkan hasil sidik ragam, interaksi antara genotipe dan konsentrasi Etephon berpengaruh nyata untuk peubah jumlah buah (Tabel Lampiran 1). Interaksi antara genotipe pepaya IPB 1 dan konsentrasi Etephon menunjukkan pengaruh nyata pada 16 sampai 19 MST, sedangkan pada genotipe IPB 2 berpengaruh nyata pada 19 MST (Tabel 6).

Tabel 6. Nilai Rata-rata Pertambahan Jumlah Buah Pada Interaksi Genotipe Pepaya dan Konsentrasi Etephon

Jumlah Buah

...Pada Umur (MST)... Genotipe Konsentrasi Etephon

16 17 19 kontrol 1.1 b 1.7 b 3 ab IPB 1 50 ppm 0.7 bc 1.1 bc 2.4 b 75 ppm 1.5 a 2.0 b 3.4 a 100 ppm 1.8 a 2.4 a 3.5 a kontrol 1.0 1.2 1.9 a IPB 2 50 ppm 1.0 1.1 2.0 a 75 ppm 0.9 1.0 1.7 a 100 ppm 0.7 0.8 1.3 ab

Ket : - Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT 5%.

Pada akhir pengamatan, genotipe pepaya IPB 1 pada konsentrasi Etephon 75 ppm dan 100 ppm memiliki jumlah buah lebih banyak dari perlakuan kontrol dan konsentrasi Etephon 50 ppm (Tabel 6). Pepaya IPB 2 memiliki jumlah buah yang lebih sedikit dari IPB 1, tetapi ukuran buah nya jauh lebih besar dari IPB 1.

Ekspresi Seks

Sifat jenis kelamin tanaman pepaya ditentukan oleh suatu gen (faktor keturunan) tunggal, dimana genotipe alel pengendali bunga terdiri atas : M1 untuk kelamin jantan dengan sifat gen dominan, M2 untuk kelamin sempurna dengan sifat gen dominan, dan m untuk bunga betina dengan sifat gen resesif. Jika terjadi persilangan dua bunga hermaprodit secara selfing maka akan menghasilkan rasio perbandingan hermaprodit dan betina 2:1 (Kalie, 2001).

Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel Lampiran 1), perbedaan genotipe dan pengaruh konsentrasi Etephon tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap perubahan ekspresi seks tanaman pepaya. Genotipe pepaya IPB 1 menghasilkan persentase pohon hermaprodit sebesar 73.62%, sedangkan IPB 2 sebesar 66.83%. Pada konsentrasi Etephon 50 ppm sebesar 68.73%, konsentrasi Etephon 75 ppm sebesar 70.11%, konsentrasi Etephon 100 ppm sebesar 75.83% dan kontrol sebesar 63.50% (Gambar 6). Hasil pengamatan perbandingan bunga hermaprodit dan bunga betina ini sesuai dengan teori segregasi pada tanaman pepaya yang terjadi secara selfing yaitu 2:1

0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 50 75 100 Ko nsent r asi Et ep ho n ( p p m) Hermaprodit ( % ) Betina ( % )

Gambar 6. Nilai Rata-rata Pengaruh Konsentrasi Etephon Terhadap Ekspresi Seks Tanaman Pepaya.

Pemberian konsentrasi Etephon 100 ppm pada percobaan dapat meningkatkan persentase tanaman hermaprodit, walaupun peningkatan persentase tidak sebesar hasil penelitian Nuryanah (2004) yang menyatakan bahwa aplikasi perlakuan Etephon 100 ppm pada 4 MSS dapat meningkatkan persentase tanaman hermaprodit sebesar 93.3%. Hal ini diduga karena faktor eksogen dimana menurut Metzger (1995) selain faktor endogen yang berpengaruh terhadap penampakan bunga atau ekspresi seks, faktor eksogen atau faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi ekspresi seks. Ditambahkan pula oleh Raveendranathan (1994) keadaan yang lembab dan suhu yang rendah mewujudkan kecenderungan bunga hermaprodit menjadi bunga betina dengan buah yang berkarpel.

Dokumen terkait