• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Dayasaing Ekspor Buah-Buahan Indonesia ke Dunia Berdasarkan Revealed Comparative Advatage (RCA) Tahun 2003-2012

Indonesia sebagai negara berkembang dengan iklim tropis tentu memiliki keanekaragaman buah-buahan yang dapat dijadikan sebagai potensi ekspor ke dunia maupun negara-negara importir buah. Posisi dayasaing buah-buahan Indonesia sangat ditentukan oleh keunggulan komparatif dan kompetitifnya.

30

Berdasarkan volume dan nilai ekspor buah-buahan Indonesia ke dunia yang diperoleh dari UN Comtrade (2013), buah-buahan yang memiliki potensi besar adalah mangga, manggis, dan jambu (MMJ), pisang, nenas, stroberi, melon dan semangka (MS). Selain itu, buah-buahan ini memiliki rata-rata nilai RCA sepuluh terbesar dibandingkan dengan buah lainnya. Rata-rata nilai dan volume ekspor serta nilai RCA ekspor buah-buahan Indonesia ke dunia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rata-rata nilai dan volume ekspor serta nilai RCA ekspor buah-buahan Indonesia ke dunia tahun 2003-2012

Komoditi Rata-rata nilai

ekspor (1000 US$)

Rata-rata volume ekspor (Kg)

Rata-rata nilai RCA

Mangga, Manggis, dan Jambu 9,101.291 11,315,854 1.008

Pisang 796.594 1,752,035 0.014

Stroberi 583.752 263,476 0.067

Nenas 378.946 638,367 0.049

Pepaya 249.682 169,823 0.149

Melon dan Semangka 219.962 200,747 0.019

Lemon 176.045 371,958 0.012 Jeruk 104.957 163,722 0.005 Ceri 71.534 31,378 0.011 Pir 64.382 45,815 0.005 Alpukat 60.762 74,605 0.005 Apel 58.989 98,252 0.001 Sumber : UN Comtrade, 2013

Berdasarkan posisi rata-rata nilai dan volume ekspor ke dunia serta rata- rata nilai RCA selama tahun 2003 sampai 2012 pada Tabel 5 secara keseluruhan, buah mangga, manggis, dan jambu, pisang, stroberi, nenas, serta melon dan semangka menempati posisi enam besar, sehingga pada penelitian ini dipilihlah buah-buahan tersebut untuk dianalisis keunggulan komparatif dan kompetitifnya berdasarkan estimasi Revealed Comparative Advatage (RCA) dan Export Product Dynamics (EPD). Mangga, manggis, dan jambu merupakan ekspor buah yang memiliki nilai dan volume ekspor serta nilai RCA tertinggi dibandingkan dengan buah lainnya. Hasil estimasi RCA dan EPD pada buah-buahan ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil estimasi RCA dan EPD ekspor buah Indonesia ke dunia tahun 2003-2012 Komoditi Rata-rata Nilai RCA Rata-rata indeks RCA Pertumbuhan pangsa pasar ekspor (%) Pertumbuhan pangsa pasar produk (%) Posisi EPD MMJ 1.008 0.967 2.02 3.47 Rising star

Stroberi 0.067 1.068 14.74 3.47 Rising star

Nenas 0.049 6.017 540.81 3.47 Rising star

MS 0.019 2.462 176.83 3.47 Rising star

Pisang 0.014 2.475 186.71 3.47 Rising star

Sumber : UN Comtrade, 2013

Keterangan : Buah-buahan dalam penelitian (*), MMJ (Mangga, Manggis, dan Jambu), MS (Melon dan Semangka)

31 Tabel 6 menunjukkan bahwa selama tahun 2003 sampai 2012, ekspor mangga, manggis, dan jambu ke dunia memiliki rata-rata nilai RCA terbesar (1.008) yang artinya eksporbuah-buahan ini memiliki dayasaing kuat dibandingkan buah lainnya, sedangkan pisang memiliki dayasaing terendah dengan rata-rata RCA sebesar 0.14. Namun, berdasarkan indeks RCA, ekspor nenas memiliki nilai terbesar (6.017) yang mengindikasikan bahwa ekspor nenas mengalami peningkatan kinerja ekspor dibandingkan tahun sebelumnya. Dayasaing yang kuat pada kelompok buah mangga, manggis, dan jambu membuat ekspor buah ini mengalami surplus pada neraca perdagangan buah yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Selama tahun 2003 sampai 2012 buah mangga dan manggis memiliki surplus perdagangan di pasar I nternasional dengan rata-rata volume ekspor masing-masing sebesar 1,365,487 kg dan 9,660,949 kg lebih besar dibandingkan dengan impornya (913,509 kg dan 6,135 kg). Kuatnya dayasaing mangga, manggis, dan jambu juga didukung dengan nilai dan volume ekspor yang cenderung meningkat setiap tahunnya yang dapat dilihat pada Gambar 10.

Penurunan nilai dan volume ekspor secara signifikan yang ditunjukkan pada pada Gambar 10 terjadi pada tahun 2004 dan 2006. Tingkat pertumbuhan nilai dan volume ekspor mangga, manggis, dan jambu pada tahun 2004 sebesar -44.92 persen dan -34.19 persen, sedangkan tingkat pertumbuhan nilai dan volume ekspor pada tahun 2006 sebesar -49.24 persen dan -25.54 persen. Pertumbuhan nilai dan volume ekspor yang negatif pada kelompok buah ini dipengaruhi oleh berkurangnya produksi manggis dan mangga dalam negeri pada tahun 2004 menjadi 1,437,665 ton dan 62.117 ton.

Sumber : UN Comtrade, 2013

Gambar 10 Nilai dan volume ekspor mangga, manggis, dan jambu 2003-2012 Pertumbuhan nilai dan volume ekspor tertinggi pada kelompok buah mangga, manggis, dan jambu tercapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 60.49 persen dan 52.76 persen. Selain itu, berdasarkan FAO nilai ekspor buah mangga, manggis, dan jambu Indonesia ini menempati posisi ke 17 di dunia pada tahun 2012. 0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Nilai (US$ ) d an v o lu m e ek sp o r (Kg ) Tahun Nilai ekspor (US$)

32

Posisi dayasaing yang kuat pada ekspor mangga, manggis, dan jambu perlu dipertahankan dengan dilakukan berbagai strategi peningkatan kualitas mutu kelompok buah ini agar Indonesia tidak kehilangan pasar di dunia. Hal ini perlu dilakukan karena bukan hanya Indonesia saja yang memiliki potensi dan dayasaing kuat di dunia. Lima pesaing eksportir ekspor mangga, manggis, dan jambu terbesar di dunia dengan rata-rata nilai RCA yang lebih besar dibandingkan dengan Indonesia adalah Pakistan (19.048), India (13.446), Filipina (12.771), Brazil (8.956), dan Mexico (7.069).

Berdasarkan Tabel 6, dayasaing ekspor stroberi Indonesia ke dunia menempati posisi kedua setelah mangga, manggis, dan jambu. Dengan rata-rata nilai RCA kurang dari satu (0.067). Rata-rata nilai RCA ini menerangkan bahwa ekspor stroberi Indonesia ke dunia tergolong berdayasaing lemah, sehingga perlu dilakukan berbagai strategi kebijakan yang dapat meningkatkan posisi dayasaing buah stroberi.

Dayasaing yang lemah pada ekspor stroberi disebabkan oleh penurunan nilai ekspor yang cukup signifikan pada tahun 2004 menjadi 95,050 dollar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai nilai ekspor sebesar 4,961,308 dollar. Penurunan nilai ekspor ini berlangsung hingga tahun 2007. Selain itu, rendahnya dayasaing stroberi Indonesia ke dunia diakibatkan adanya pesaing yang lebih menguasai pasar dengan memiliki rata-rata nilai RCA lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia diantaranya Mexico (3.322), Belgia (3.08), Amerika Serikat (2.09), dan Itali (1.087).

Apabila dilihat secara keseluruhan ekspor buah-buahan pada Tabel 5, nenas Indonesia memiliki posisi dayasaing ke empat dibandingkan buah-buahan lainnya. Data FAO menunjukkan bahwa ekspor nenas Indonesia ke dunia menempati posisi ke 15 besar sebagai eksportir nenas di dunia. Selain itu, berdasarkan Tabel 2, nenas Indonesia selama tahun 2003 sampai 2012 mengalami surplus perdagangan dengan rata-rata volume ekspor nenas sebesar 638.367 kg lebih besar dibandingkan dengan impornya (59.966 kg). Nilai dan volume ekspor nenas Indonesia ke dunia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai dan volum ekspor nenas Indonesia ke dunia tahun 2003-2012

Tahun Nilai ekspor (1000 US$) Volume ekspor (Kg)

2003 2,315.283 2,284,432 2004 529.122 2,431,263 2005 219.703 643,716 2006 81.903 142,672 2007 360.991 472,875 2008 104.482 215,053 2009 19.725 33,033 2010 41.130 67,283 2011 2.337 1,164 2012 114.783 92,181 Sumber : UN Comtrade, 2013

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai ekspor nenas ke dunia mengalami kecenderungan penurunan selama tahun 2003 sampai 2012. Penurunan signifikan terjadi pada tahun 2004 dengan laju pertumbuhan sebesar -77.15 persen, namun pada tahun yang sama volume ekspor nenas ke dunia mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 6.43 persen.

33 Ekspor nenas pada Tabel 6 memiliki rata-rata nilai RCA sebesar 0.049 yang mengindikasikan dayasaing ekspor nenas Indonesia ke dunia masih lemah. Hal ini dikarenakan tingginya dayasaing pesaing eksportir nenas ke dunia, sehingga Indonesia belum mampu menguasai pasar ekspor nenas secara global. Pesaing eksportir nenas Indonesia adalah Costa Rica, Filipina, dan Pakistan dengan rata-rata nilai RCA sebesar 526.832, 11.601, dan 3.194. Apabila dilihat dari nilai ekspornya, selama tahun 2003 sampai 2012 negara-negara pesaing memiliki peningkatan ekspor nenas setiap tahunnya. Kondisi ini berbeda dengan Indonesia yang mengalami kecenderungan penurunan.

Kelompok melon dan semangka merupakan buah dengan kode HS 080719 memiliki potensi ekpsor dikarenakan memiliki rata-rata nilai ekspor terbesar ke enam dibandingkan dengan buah lainnya. Dayasaing ekspor melon dan semangka Indonesia ke dunia selama tahun 2003 sampai 2012 tergolong lemah dikarenkan rata-rata nilai RCA ekspor buah ini hanya mencapai 0.019. Rendahnya dayasaing kelompok buah ini mengakibatkan neraca perdagangan melon dan semangka mengalami defisit berdasarkan volume ekspornya sebesar 31.807 kg yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Buah lainnya yang memiliki potensi ekspor di pasar internasional adalah pisang. Permintaan pasar terhadap komoditas ini terus meningkat baik dikonsumsi secara langsung atau digunakan untuk bahan industri. Berdasarkan data BPS, produksi pisang merupakan produksi terbesar di antara buah-buahan Indonesia lainnya, namun buah ini memiliki rata-rata pertumbuhan yang kecil yaitu sebesar 0.92 persen. Rata-rata pertumbuhan yang rendah ini menyebabkan dayasaing ekspor pisang Indonesia ke dunia masih tergolong lemah dengan rata-rata nilai RCA sebesar 0.014. Nilai dan volume ekspor pisang Indonesia ke dunia dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Nilai dan volume ekspor pisang Indonesia ke dunia tahun 2003-2012

Tahun Nilai ekspor (1000 US$) Volume ekspor (Kg)

2003 514.020 244,732 2004 778.506 1,197,495 2005 1,288.892 3,647,035 2006 1,407.542 4,443,188 2007 856.127 2,378,460 2008 988.914 1,969,871 2009 199.890 401,964 2010 48.305 13,578 2011 1,011.593 1,734,655 2012 872.154 1,489,370 Sumber : UN Comtrade, 2013

Nilai dan volume ekspor pisang selama tahun 2003 sampai 2012 yang ditunjukkan pada Tabel 8 mengalami kecenderungan yang berfluktuasi. Tabel 9 menerangkan bahwa penurunan nilai dan volume secara signifikan terjadi pada tahun 2010. Salah satu penyebab penurunan ekspor pisang Indonesia ke dunia adalah masih rentannya pisang Indonesia terhadap penyakit tanaman Fusarium yang mengakibatkan kualitas pisang Indonesia rendah. Namun, berdasarkan rata- rata volume ekspor pisang Indonesia ke dunia pada Tabel 2, ekspor pisang

34

Indonesia lebih besar dibandingkan dengan impornya, sehingga neraca perdagangan ekspor pisang ke dunia dapat dikatakan cukup baik.

Peningkatan kualitas pisang Indonesia perlu dilakukan agar posisi dayasaing ekspor pisang di dunia dapat ditingkatkan karena banyak pesaing eksportir pisang yang dapat menggeser dan menguasai ekspor pisang di pasar internasional. Pesaing eksportir pisang terbesar Indonesia di dunia adalah negara Ekuador, Costa Rica, Columbia, dan Filipina dengan rata-rata nilai RCA masing- masing sebesar 211.701, 138.444, 39.251, dan 15.908.

Posisi Dayasaing Ekspor Buah-Buahan Indonesia ke Dunia Berdasarkan Estimasi Export Product Dynamics (EPD) Tahun 2003-2012

Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai keunggulan komparatif berdasarkan estimasi RCA yang dimiliki oleh ekspor buah-buahan Indonesia. Pada bagian ini akan dibahas mengenai keunggulan kompetitif berdasarkan Export Product Dynamics (EPD). Metode ini digunakan untuk menentukan posisi dan mengidentifikasi ekspor buah mana yang memiliki jangkauan pasar terluas.

Keberhasilan keunggulan kompetitif ini juga terlihat dari tingginya kontribusi buah-buahan bagi PDB hortikultura di Indonesia. Namun, upaya-upaya untuk meningkatkan dayasaing buah-buahan khususnya bagi buah yang masih memiliki dayasaing rendah masih perlu dilakukan agar dapat meningkatkan kemampuan bersaing di pasar internasional. Posisi pangsa pasar ekspor buah- buahan Indonesia ke dunia selama tahun 2003 sampai 2012 secara keseluruhan beradasarkan estimasi EPD dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil estimasi EPD ekspor buah Indonesia ke dunia tahun 2003-2012

Komoditi Pertumbuhan pangsa pasar ekspor (%) Pertumbuhan pangsa pasar produk (%) Posisi EPD

Mangga, Manggis, dan Jambu 2.02 3.47 Rising star

Pepaya 2,332.50 3.47 Rising star

Stroberi 14.74 3.47 Rising star

Nenas 540.81 3.47 Rising star

Melon dan Semangka 176.83 3.47 Rising star

Pisang 186.71 3.47 Rising star

Lemon 106.05 3.47 Rising star

Ceri 18.25 3.47 Rising star

Alpukat 113.52 3.47 Rising star

Jeruk 222.72 3.47 Rising star

Pir 539.88 3.47 Rising star

Rasberri, Blackberri, Mulberri 217.95 3.47 Rising star

Apel 20.62 3.47 Rising star

Sumber : UN Comtrade, 2013

Secara keseluruhan posisi dayasaing ekspor buah-buahan Indonesia ke dunia selama tahun 2003 sampai 2012 pada Tabel 9 menunjukkan posisi pangsa pasar berada di daerah rising star. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor buah-buahan Indonesia ke dunia mampu bersaing dalam memenuhi

35 permintaan pasar dunia, sehingga buah-buahan Indonesia memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi di pasar global.

Buah-buahan pada penelitian ini (mangga, manggis, dan jambu, pisang, nenas, stroberi, serta melon dan semangka) memiliki keunggulan kompetitif yang kuat di dunia berdasarkan hasil estimasi EPD pada Gambar 10 dikarenakan posisi pasar masing-masing berada di daerah rising star. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2003 sampai 2012 pertumbuhan ekspor buah manggis, mangga, dan jambu, pisang, nenas, stroberi, serta melon dan semangka mampu memenuhi permintaan pasar dunia dengan rata-rata pertumbuhan pangsa pasar produk sebesar 3.47 persen. Secara spesifiikasi, hasil EPD ekspor buah-buahan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 11.

Sumber : UN Comtrade, 2013

Keterangan : MMJ (Mangga, Manggis, dan Jambu), MS (Melon dan Semangka)

Gambar 11 Hasil EPD ekspor buah Indonesia ke dunia tahun 2003-2012 Posisi pasar dengan keunggulan kompetitif terbesar pada Gambar 11 ditempati oleh ekspor nenas dengan rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 540.81 persen. Tingginya rata-rata pertumbuhan ini didukung dengan rata- rata indeks RCA ekspor nenas Indonesia yang mencapai 6.017. Namun, keunggulan kompetitif ekspor nenas berbanding terbalik dengan keunggulan komparatifnya.

Posisi Dayasaing Ekspor Buah-Buahan Indonesia ke Negara Tujuan Tahun 2003-2012 Berdasarkan RCA dan EPD

Pada bagian ini akan dibahas mengenai posisi dayasaing ekspor buah- buahan Indonesia selama tahun 2003 sampai 2012 ke negara tujuan yang meliputi kelompok buah mangga, manggis, dan jambu (HS 080450), nenas (HS 080430), pisang (HS 080300), melon dan semangka (HS 080719), dan stroberi (HS 081010). -10 -6 -2 2 6 10 -600 -400 -200 0 200 400 600 P an g sa p asar p ro d u k ( %)

Pangsa pasar ekspor (%)

MMJ Stroberi Nenas MS Pisang

Rising star Lost opportunity

36

Mangga, Manggis, dan Jambu (HS 080450)

Manggis merupakan salah satu buah eksotik Indonesia yang memiliki dominasi pasar ekspor tinggi. Mangga dan manggis merupakan buah unggulan Indonesia dalam setiap kegiatan perdagangan ekspor buah dan peningkatan devisa negara. Namun, sampai saat ini belum banyak investor yang berani membudidayakan manggis secara komersil. Hal ini dikarenakan buah ini mempunyai masa panen yang lama, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menjual ke pasaran. Lamanya masa panen ini mengakibatkan rata-rata pertumbuhan produksi manggis mencapai 61.82 persen pada Gambar 3.

Semakin tinggi rata-rata pertumbuhan produksi mengindikasikan buah tersebut merupakan buah yang bergantung pada musim, sehingga pada setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi secara signifikan. Hasil estimasi RCA dan EPD ekspor mangga, manggis, dan jambu Indonesia ke negara tujuan tahun 2003 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil estimasi RCA dan EPD ekspor buah mangga, manggis, dan jambu Indonesia ke negara tujuan 2003-2012

Importir Rata-rata nilai RCA Rata-rata indeks RCA Pertumbuhan pangsa pasar ekspor (%) Pertumbuhan pangsa pasar produk (%) Posisi EPD Jepang 0.005 52.689 6,234.93 1.75 Rising star

Jerman 0.010 0.393 -21.25 1.97 Lost opportunity

Belgia 0.010 0.086 -45.91 -2.32 Retreat

AS 0.018 4.068 251.18 2.12 Rising star

Itali 0.061 1.274 83.65 6.83 Rising star

Switzerland 0.073 20.999 2,359.25 -9.31 Falling star

Belanda 0.084 1.208 33.97 4.53 Rising star

Saudi Arabia 0.492 0.916 -0.83 1.93 Lost opportunity

Perancis 0.593 1.384 46.30 0.85 Rising star

Oman 0.664 4.280 453.68 15.83 Rising star

India 0.763 0.120 -40.31 5.14 Lost opportunity

Vietnam 0.971 0.305 -33.88 -0.91 Retreat

Malaysia 1.215 1.603 64.18 8.26 Rising star

Singapura 1.244 1.200 19.28 2.66 Rising star

UAE 1.702 1.207 17.42 -6.12 Falling star

Kuwait 2.718 3.245 95.78 0.06 Rising star

Cina 3.566 2.243 116.31 4.92 Rising star

Qatar 3.949 2.508 174.57 3.33 Rising star

Brunei 4.783 2.428 112.17 4.96 Rising star

Bahrain 6.275 0.672 3.18 14.63 Rising star

Hongkong 27.674 1.424 20.19 -1.45 Falling star

Sumber : UN Comtrade, 2013

Keterangan : AS (Amerika Serikat), UAE (United Arab Emirate)

Tabel 10 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang ekspor mangga, manggis, dan jambu terbesar berada di negara Hongkong dengan rata-rata nilai RCA sebesar 27.674 yang mengindikasikan bahwa ekspor kelompok buah ini berdayasaing kuat. Secara keseluruhan, ekspor mangga, manggis, dan jambu Indonesia memiliki dayasaing di Bahrain, Brunei, Qatar, Cina, Kuwait, United Arab Emirate (UAE). Singapura, dan Malaysia. Negara-negara tujuan ini memiliki rata-rata nilai RCA di atas 1, sehingga mengindikasikan bahwa ekspor mangga, manggis, dan jambu Indonesia memiliki dayasaing kuat. Ekspor mangga,

37 manggis, dan jambu Indonesia yang memiliki dayasaing terendah berada di pangsa pasar Jepang dengan rata-rata nilai RCA sebesar 0.005.

Salah satu penyebab rendahnya dayasaing ekspor buah mangga,manggis, dan jambu ke Jepang adalah prosedur ekspor yang sangat ketat. Jepang menetapkan kualitas mutu buah yang tinggi, sehingga kerap kali mangga, manggis, dan jambu Indonesia kesulitan memasuki pangsa pasar di Jepang. Kondisi ini membuat Indonesia perlu melakukan diversifikasi pasar (Tarman et al. 2011) atau mencari pangsa pasar lainnya yang memang memiliki peluang besar dan permintaan yang tinggi terhadap buah mangga, manggis, dan jambu Indonesia. Salah satu negara yang memiliki permintaan ekspor buah mangga, manggis, dan jambu yang tinggi dan bisa dijadikan sebagai potensi pangsa pasar adalah Oman. Pesaing-pesaing eksportir kelompok buah ini ke negara tujuan Jepang dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber : UN Comtrade, 2013

Gambar 12 Rata-rata nilai RCA eksportir pesaing di Jepang tahun 2003-2012 Gambar 12 memperlihatkan bahwa terdapat 7 pesaing eksportir mangga, manggis, dan jambu ke negara Jepang yang memiliki rata-rata nilai RCA jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia selama tahun 2003 sampai 2012. Mexico merupakan pesaing terberat Indonesia karena memiliki rata-rata nilai RCA yang sangat tinggi (51.175). Selain itu, nilai ekspor Mexico pada setiap tahunnya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.

Nilai ekspor Mexico tertinggi mencapai 12,464,051 dollar pada tahun 2007, sedangkan nilai ekspor tertinggi Indonesia hanya mencapai 46,472 dollar. Pesaing terberat lainnya adalah Filipina dengan rata-rata nilai RCA mencapai 23.468. Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan berbagai strategi meningkatkan kualitas mangga, manggis, dan jambu, sehingga dapat meningkatkan permintaan di Jepang.

Secara keseluruhan, dayasaing mangga, manggis, dan jambu Indonesia yang memiliki dayasaing rendah berada pada negara tujuan Jepang, Jerman, Amerika Serikat (AS), Itali, Switzerland, Belanda, Saudi Arabia, Perancis, Vietnam, India, dan Oman. Berdasarkan hasil estimasi EPD pada Tabel 11, ekspor mangga, manggis, dan jambu Indonesia ke negara-negara tujuan berada pada

51.175 23.468 18.915 3.855 2.304 1.862 1.244 0 15 30 45 60

Mexico Filipina India Thailand Peru Brazil Sri Lanka

R ata -r ata n ilai R C A Pesaing

38

posisi pasar yang sudah cukup baik. Hal ini dilihat dari banyaknya negara-negara tujuan yang berada pada posisi rising star. Posisi ini menunjukkan bahwa Indonesia selain memiliki keunggulan komparatif tapi juga keunggulan kompetitif yang cukup baik.

Posisi pasar yang perlu mendapat perhatian lebih adalah pangsa pasar negara Jerman, India, dan Saudi Arabia yang berada di lost opportunity. Posisi ini mengindikasikan bahwa ekspor Indonesia kehilangan kesempatannya untuk bersaing di pangsa pasar Jerman, India, dan Saudi Arabia dikarenakan rata-rata pertumbuhan ekspor mangga, manggis, dan jambu Indonesia mengalami penurunan sebesar 21.25 persen, 40.31 persen, dan 0.83 persen, sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang mengalami peningkatan dimasing-masing negara sebesar 1.97 persen, 5.14 persen, dan 1.93 persen.

Penurunan pertumbuhan pangsa pasar ekspor di Jerman, Saudi Arabia, dan India mengakibatkan Indonesia kehilangan kemampuan bersaingnya di negara tujuan ini. Penyebab lain masih rendahnya keunggulan kompetitif Indonesia di Jerman adalah banyaknya pesaing eksportir yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekspor yang sangat tinggi. Hasil estimasi EPD pesaing di pasar Jerman dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil estimasi EPD eksportir pesaing di Jerman tahun 2003-2012

Eksportir Rata-rata nilai RCA Rata-rata indeks RCA Pertumbuhan pangsa pasar ekspor (%) Pertumbuhan pangsa pasar produk (%) Posisi EPD Burkina Faso 1,741.711 1.095 29.06 6.66 Rising star

Senegal 488.002 0.842 30.28 4.49 Rising star

Dominik 50.898 1.201 4.89 11.51 Rising star

Ecuador 22.635 1.423 58.99 1.57 Rising star

Guatemala 11.288 0.831 11.51 5.10 Rising star

Peru 8.609 1.627 37.29 17.19 Rising star

India 7.195 1.239 19.81 6.26 Rising star

Belanda 6.050 0.997 2.27 1.37 Rising star

Ghana 3.704 0.941 1.37 14.15 Rising star

Filipina 3.617 3.671 99.57 0.72 Rising star

Sri Lanka 3.475 2.594 147.66 1.28 Rising star

Afrika Selatan 1.250 1.839 69.33 0.47 Rising star

Sumber : UN Comtrade, 2013

Tabel 11 menjelaskan bahwa pesaing terberat Indonesia di Jerman berdasarkan pertumbuhan pangsa pasar ekspornya adalah eksportir Sri Lanka, Filipina, dan Afrika Selatan. Ketiga negara ini mampu memenuhi permintaan mangga, manggis, dan jambu ke Jerman dikarenakan memiliki pertumbuhan pangsa pasar ekspor yang tinggi yaitu masing-asing sebesar 147.66 persen, 99.57 persen, dan 69.33 persen. Namun, secara komparatif, Burkina Faso merupakan pesaing terberat Indonesia karena memiliki rata-rata nilai RCA yang sangat tinggi (1,741.711).

Salah satu faktor yang dapat memengaruhi tingginya pertumbuhan ekspor pesaing terhadap importir Jerman adalah harga ekspor mangga, manggis, dan jambu di negara importir. Pada umumnya harga ekspor suatu produk ke negara

39 tujuan yang murah akan meyebabkan peningkatan terhadap permintaan produk tersebut ke negara tujuan. Rata-rata harga ekspor mangga, manggis, dan jambu di Jerman selama tahun 2003 sampai 2012 dapat dilihat pada Gambar 13.

Sumber : UN Comtrade, 2013

Gambar 13 Rata-rata harga ekspor mangga, manggis, dan jambu Jerman tahun 2003-2012

Berdasarkan rata-rata harga ekspor buah mangga, manggis, dan jambu Jerman selama tahun 2003 sampai 2012 pada Gambar 13, harga ekspor mangga, manggis, dan jambu eksportir Guatemala lebih murah dibandingkan dengan Indonesia, sehingga permintaan ekspor mangga, manggis, dan jambu di Guatemala lebih tinggi dibandingkan ekspor Indonesia. Tingginya permintaan ekspor mangga, manggis, dan jambu Guatemala mengindikasikan bahwa ekspor mangga, manggis, dan jambu negara ini memiliki dayasaing yang lebih unggul di Jerman dibandingkan dengan Indonesia.

Sri Lanka, Filipina, dan Afrika Selatan memiliki harga ekspor ke Jerman yang jauh lebih mahal di Indonesia, namun apabila dilihat berdasarkan pangsa pasar ekspor dan produknya menunjukkan pertumbuhan yang tinggi yang menunjukkan ekspor mangga, manggis, dan jambu ketiga negara ini memiliki permintan yang tinggi. Tingginya permintaan ekspor mangga, manggis, dan jambu dari ketiga eksportir ini mengindikasikan bahwa kualitas ekspor buah negara ini lebih unggul dibandingkan dengan Indonesia walaupun harga ekspor ketiga negara ini lebih mahal.

Secara garis besar, peluang pangsa pasar ekspor mangga, manggis, dan jambu Indonesia masih lebih unggul dibandingkan dengan Brazil, Belgia, dan Australia. Hal ini disebabkan negara-negara pesaing tersebut kehilangan kesempatan untuk bersaing karena berada pada posisi lost opportunity dan retreat.

Posisi pangsa pasar yang memiliki dayasaing kuat secara kompetitif (rising star) pada Gambar 14 berada di Jepang, Amerika Serikat, Itali, Belanda, Perancis, Oman, Malaysia, Singapura, United Arab Emirate, Kuwait, Cina, Qatar, Brunei, dan Bahrain, sedangkan posisi lost opportunity berada di Jerman, Saudi Arabia, dan India. Ekspor mangga, manggis, dan jambu Indonesia ke Belgia dan Vietnam berada di posisi retreat yang artinya ekspor buah ini sudah tidak

0 2 4 6 8 10 12 Har g a (US$ /Kg ) Eksportir

Dokumen terkait