• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan karakteristik hidrokarbon alifatik (n-alkana), sterol dan asam lemak di Estuari Muara Angke, Cimandiri dan Cilintang yang terdeteksi, tidak mudah membandingkan secara langsung dari pola atau sebaran karbonnya. Untuk mempermudah dalam melihat perbandingan pola sebaran di ketiga lokasi, dilakukan suatu pendekatan statistik dengan menggunakan analisis komponen utama atau Principal Components Analysis (PCA). Hal ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya perbedaan karakter biomarker pada ketiga lokasi penelitian.

Perbandingan Karakteristik Sebaran Hidrokarbon Alifatik (n-alkana) pada

Sedimen Estuari Muara Angke, Cimandiri dan Cilintang

Hasil analisis komponen utama hidrokarbon alifatik (n-alkana) menunjukkan nilai keragaman tinggi pada sumbu 1 yaitu 85.69% dan sumbu 2 hanya sebesar 14.31% (Gambar 44a). Senyawa yang berada atau mendekati pada sumbu 1 negatif yaitu nC13, nC14, nC18, nC19,nC20,nC21, nC22, nC23, nC24, nC25, nC26, nC27, nC28, nC29,nC30,nC31,nC32,nC33, nC34,nC35 dannC36. Senyawa yang berada atau mendekati pada sumbu 2 positif hanya beberapa yaitu nC15, nC16 dan nC17.

Hasil sebaran lokasi (Gambar 44b) berdasarkan analisis komponen utama menunjukkan ketiga lokasi memiliki letak yang sangat tersebar, dimana lokasi Estuari Cimandiri cenderung berada pada posisi mendekati sumbu 1 negatif. Estuari Muara Angke cenderung berada pada sumbu 2 positif dan Estuari Cilintang berada pada sumbu 2 negatif. Ketiga lokasi pada Gambar 44b menunjukkan berdasarkan karakter hidrokarbon alifatik (n-alkana) adalah berbeda (berdasarkan dalam satu populasi yang sama).

Gambar 44 Analisis komponen utama berdasarkan karakteristik sebaran n- alkana pada sedimen Estuari Muara Angke-Teluk Jakarta, Cimandiri-Teluk Pelabuhan Ratu dan Cilintang-Ujung Kulon (a = korelasi antara variabel dan sumbu faktorial utama; b = sebaran titik individu atau stasiun pada sumbu faktorial utama).

Ciri yang membedakan ketiga lokasi tersebut adalah bahwa Estuari Cimandiri lebih dicirikan oleh senyawa nC13, nC14, nC18, nC19,nC20,nC21, nC22, nC23, nC24, nC25, nC26, nC27, nC28, nC29,nC30,nC31,nC32, nC33, nC34,nC35 dan nC36. Untuk Estuari Muara Angke lebih dicirikan oleh nC15, nC16 dan nC17. Estuari Cimandiri memiliki kelimpahan atau intensitas yang lebih tinggi dibandingkan kedua lokasi lain (Estuari Muara Angke dan Cilintang). Untuk Estuari Cilintang memiliki kelimpahan atau intensitas yang lebih rendah dibandingkan wilayah perairan Estuari Cimandiri dan Muara Angke.

a

Perbedaan hidrokarbon alifatik (n-alkana) pada ketiga lokasi mengindikasikan adanya perbedaan kontribusi masukan bahan organik yang dipengaruhi oleh aktivitas dari daratan dan sekitar estuari. Aktivitas di Estuari Cimandiri yang tidak setinggi di Estuari Muara Angke terlihat memiliki kelimpahan n-alkana yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelimpahan di Estuari Muara Angke. Kondisi tersebut diduga kontribusi bahan organik di Estuari Cimandiri utamanya berasal dari pelapukan batuan (produk diagenesis). Hal tersebut berdasarkan terdeteksinya UCM. Selain dari batuan, UCM juga bersumber dari minyak yang ditunjukkan dengan terdeteksinya senyawa PAH dan hopana di Estuari Cimandiri. Terdeteksinya kontaminan minyak diduga berasal karena adanya aktivitas pelabuhan. Selain sumber antropogenik, sumber dari terestrial dan akuatik juga memberikan kontribusi walaupun diduga lebih rendah bila dibandingkan dengan sumber antropogenik.

Adanya aktivitas pelabuhan di sekitar Estuari Muara Angke, menunjukkan adanya kontaminasi minyak. Hal tersebut ditunjukkan dengan terdeteksinya UCM, PAH dan hopana. Berdasarkan hal tersebut diduga n-alkana yang terdeteksi selain bersumber dari akuatik dan terestrial juga bersumber dari minyak. Pada Estuari Cilintang yang aktivitas manusianya lebih rendah atau jauh dari pemukiman penduduk dibandingkan di Estuari Muara Angke dan Cimandiri tidak menunjukkan adanya kontaminan minyak (PAH dan hopana) sehingga sumber n-alkana diduga dominan berasal dari sumber alami (akuatik dan terestrial).

Perbandingan Karakteristik Sebaran Sterol pada Sedimen Estuari Muara Angke, Cimandiri dan Cilintang

Hasil analisis komponen utama sterol menunjukkan nilai keragaman tinggi pada sumbu 1 yaitu 88.26% dan sumbu 2 hanya sebesar 11.74% (Gambar 45a). Senyawa yang berada pada sumbu 1 negatif yaitu 1 = Coprostanol; 2 = 5α- cholestan-3α-ol; 3 = Epicoprostanol; 4 = Cholesta-5,22-dien-3β-ol; 5 = Cholesterol; 6 = Cholestanol; 7 = 5α-cholest-7-en-3β-ol; 10 = Stigmasterol; 11 = 24-etil-5α-cholest-22-en-3β-ol; 12 = Sitosterol; 13 = Stigmastanol. Senyawa yang berada pada sumbu 2 positif yaitu 9 = campesterol, kemudian pada sumbu 2 negatif yaitu 8 = Brassicasterol.

Hasil sebaran lokasi (Gambar 45b) berdasarkan analisis komponen utama menunjukkan ketiga lokasi memiliki letak yang sangat tersebar, dimana lokasi

Estuari Muara Angke cenderung berada pada sumbu 1 negatif. Estuari Cimandiri cenderung berada pada posisi mendekati sumbu 2 positif dan Estuari Cilintang berada pada sumbu 2 negatif. Ketiga lokasi pada Gambar 45b menunjukkan berdasarkan karakter sterol adalah berbeda (berdasarkan dalam satu populasi yang sama).

Gambar 45 Analisis komponen utama berdasarkan karakteristik sebaran sterol pada sedimen Estuari Muara Angke-Teluk Jakarta, Cimandiri-Teluk Pelabuhan Ratu dan Cilintang-Ujung Kulon (a = korelasi antara variabel dan sumbu faktorial utama; b = sebaran titik individu atau stasiun pada sumbu faktorial utama).

Ciri yang membedakan ketiga lokasi tersebut adalah bahwa Estuari Muara Angke lebih dicirikan oleh senyawa 1 = Coprostanol; 2 = 5α-cholestan-3α-ol; 3 = Epicoprostanol; 4 = Cholesta-5,22-dien-3β-ol; 5 = Cholesterol; 6 = Cholestanol; 7 = 5α-cholest-7-en-3β-ol; 10 = Stigmasterol; 11 = 24-etil-5α-cholest-22-en-3β-ol;

a

12 = Sitosterol; 13 = Stigmastanol. Untuk Estuari Cimandiri lebih dicirikan oleh 9 = campesterol. Estuari Cilintang lebih dicirikan oleh 8 = Brassicasterol. Estuari Muara Angke memiliki kelimpahan atau intensitas komponen sterol yang lebih tinggi dibandingkan kedua lokasi lain (Estuari Cimandiri dan Cilintang).

Perbedaan sterol pada ketiga lokasi mengindikasikan adanya perbedaan kontribusi masukan bahan organik yang dipengaruhi oleh aktivitas dari daratan dan sekitar estuari. Tingginya aktivitas pemukiman masyarakat pada hulu Sungai Angke serta Estuari Muara Angke, hal ini menyebabkan tingginya masukan antropogenik berupa limbah bungan manusia. Kondisi tersebut dilihat dari terdeteksinya coprostanol. Estuari Cimandiri dan Cilintang yang aktivitas masyarakatnya tidak setinggi di Estuari Muara Angke tidak dicirikan oleh masukan antropogenik, tetapi lebih dicirikan masukan dari sumber alami (akuatik dan terestrial).

Perbandingan Karakteristik Sebaran Asam Lemak pada Sedimen Estuari Muara Angke, Cimandiri dan Cilintang

Hasil analisis komponen utama asam lemak saturasi (n-asam alkanoat) menunjukkan nilai keragaman tinggi pada sumbu 1 yaitu 61.53% dan sumbu 2 hanya sebesar 38.47% (Gambar 46a). Senyawa yang berada pada sumbu 1 positif yaitu nC10, nC12, nC13, nC14,nC16,nC19, nC20, nC21, nC22, nC23, nC24 dan nC25. Senyawa yang berada pada sumbu 2 positif yaitu nC18, nC27 dan nC32, kemudian pada sumbu 2 negatif yaitu nC15, nC17, nC26,nC28 dan nC30.

Hasil sebaran lokasi (Gambar 46b) berdasarkan analisis komponen utama menunjukkan ketiga lokasi memiliki letak yang sangat tersebar, dimana lokasi Estuari Muara Angke cenderung berada pada posisi mendekati sumbu 1 positif. Estuari Cimandiri cenderung berada pada sumbu 2 positif dan Estuari Cilintang berada pada sumbu 2 negatif. Ketiga lokasi pada Gambar 46b menunjukkan berdasarkan karakter asam lemak saturasi (n-asam alkanoat) adalah berbeda (berdasarkan dalam satu populasi yang sama).

Gambar 46 Analisis komponen utama berdasarkan karakteristik sebaran asam lemak saturasi (n-asam alkanoat) pada sedimen Estuari Muara Angke-Teluk Jakarta, Cimandiri-Teluk Pelabuhan Ratu dan Cilintang-Ujung Kulon (a = korelasi antara variabel dan sumbu faktorial utama; b = sebaran titik individu atau stasiun pada sumbu faktorial utama).

Ciri yang membedakan ketiga lokasi tersebut adalah bahwa Estuari Muara angke lebih dicirikan oleh senyawa nC10, nC12, nC13, nC14,nC16,nC19, nC20, nC21, nC22, nC23, nC24 dan nC25. Untuk Estuari Cimandiri lebih dicirikan oleh nC27. Untuk Estuari Cilintang lebih dicirikan oleh nC15, nC17, nC26, nC28 dan nC30. Estuari Muara Angke memiliki kelimpahan atau intensitas yang lebih tinggi dibandingkan kedua lokasi lain (Estuari Cimandiri dan Cilintang). Untuk Estuari Cimandiri memiliki kelimpahan atau intensitas yang lebih rendah dibandingkan wilayah perairan Estuari Muara Angke dan Cilintang.

a

Perbedaan asam lemak saturasi (n-asam alkanoat) pada ketiga lokasi mengindikasikan adanya perbedaan kontribusi masukan bahan organik yang dipengaruhi oleh aktivitas dari daratan dan sekitar estuari. Tingginya aktivitas pemukiman masyarakat pada hulu Sungai Angke serta Estuari Muara Angke, hal ini menyebabkan tingginya masukan nutrien. Kondisi tersebut dilihat dari dominannya rantai karbon pendek yang terdeteksinya yang merupakan sumber dari akuatik. Estuari Cimandiri dan Cilintang yang sekitarnya serta bagian hulunya dikelilingi perbukitan banyak terdapat pohon, sehingga lebih dicirikan oleh masukan dari sumber terestrial atau tumbuhan tingkat tinggi.

Hasil analisis komponen utama asam lemak unsaturasi (mono- dan poliunsaturasi) dan bercabang (i = iso- dan a = anteiso-) menunjukkan nilai keragaman tinggi pada sumbu 1 yaitu 66.27% dan sumbu 2 hanya sebesar 33.73% (Gambar 47a). Senyawa yang berada pada sumbu 1 positif yaitu i-C10, a-C10, i / a -C11, C11:1, i / a -C12, i / a -C13, i-C14, C14:1, i-C15, a-C15, i / a -C16, C16:2, C16:1, i-C17, a-C17, C18:2, C18:1, i-C19 dan C19:1. Senyawa yang berada pada sumbu 2 positif yaitu a-C14 dan C24:1 kemudian pada sumbu 2 negatif yaitu C10:1, C15:1, C16:1, C17:1, i / a -C18, a-C19, C20:2 dan C20:1.

Hasil sebaran lokasi (Gambar 47b) berdasarkan analisis komponen utama menunjukkan ketiga lokasi memiliki letak yang sangat tersebar, dimana lokasi Estuari Muara Angke cenderung berada pada posisi mendekati sumbu 1 positif. Estuari Cimandiri cenderung berada pada sumbu 2 positif dan Estuari Cilintang berada pada sumbu 2 negatif. Ketiga lokasi pada Gambar 47b menunjukkan berdasarkan karakter asam lemak unsaturasi (mono- dan poliunsaturasi) dan bercabang (i = iso- dan a = anteiso-) adalah berbeda (berdasarkan dalam satu populasi yang sama).

Ciri yang membedakan ketiga lokasi tersebut adalah bahwa Estuari Muara Angke lebih dicirikan oleh senyawa i-C10, a-C10, i / a -C11, C11:1, i / a -C12, i / a - C13, i-C14, C14:1, i-C15, a-C15, i / a -C16, C16:2, C16:1, i-C17, a-C17, C18:2, C18:1, i-C19 dan C19:1. Untuk Estuari Cimandiri lebih dicirikan oleh a-C14 dan C24:1. Estuari Cilintang lebih dicirikan oleh C10:1, C15:1, C16:1, C17:1, i / a -C18, a-C19, C20:2 dan C20:1. Estuari Muara Angke memiliki kelimpahan atau intensitas komponen asam lemak unsaturasi (mono- dan poliunsaturasi) dan bercabang (i = iso- dan a = anteiso-) yang lebih tinggi dibandingkan kedua lokasi lain (Estuari Cimandiri dan Cilintang).

Gambar 47 Analisis komponen utama berdasarkan karakteristik sebaran asam lemak unsaturasi (mono- dan poliunsaturasi) dan bercabang (i = iso- dan a = anteiso-) pada sedimen Estuari Muara Angke-Teluk Jakarta, Cimandiri-Teluk Pelabuhan Ratu dan Cilintang-Ujung Kulon (a = korelasi antara variabel dan sumbu faktorial utama; b = sebaran titik individu atau stasiun pada sumbu faktorial utama).

Perbedaan asam lemak unsaturasi (mono- dan poliunsaturasi) dan bercabang (i = iso- dan a = anteiso-) pada ketiga lokasi mengindikasikan adanya perbedaan kontribusi masukan bahan organik yang dipengaruhi oleh aktivitas dari daratan dan sekitar estuari. Tingginya aktivitas pemukiman masyarakat pada hulu Sungai Angke serta Estuari Muara Angke, hal ini menyebabkan tingginya masukan antropogenik berupa limbah bungan manusia. Kondisi tersebut menyebabkan tingginya aktivitas bakteri di Estuari Muara Angke yang direpresentasikan dengan kehadiran asam lemak bercabang (i = iso- dan a =

a

anteiso-) yang merupakan sumber dari bakteri. Selain itu, tingginya aktivitas pemukiman di Estuari Muara Angke menyebabkan meningkatnya kandungan nutrien yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton, hal tersebut terlihat dari terdeteksinya komponen nC16:2, nC16:1, nC18:2 dan nC18:1. Secara umum, masukan asam lemak unsaturasi (mono- dan poliunsaturasi) dan bercabang (i = iso- dan a = anteiso-) di Estuari Muara Angke berasal dari akuatik. Estuari Cimandiri dan Cilintang yang aktivitas masyarakatnya tidak setinggi di Estuari Muara Angke lebih dicirikan masukan dari sumber akuatik (seperti plankton dan bakteri) yang kelimpahan atau intensitasnya lebih rendah dibandingkan di Estuari Muara Angke.

Dokumen terkait