• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan ikan hias di Indonesia relatif masih tertinggal apabila dibandingkan dengan beberapa negara eksportir ikan hias lain seperti Thailand dan Singapura. Salah satu faktor pembatas utama pada kegiatan pemeliharaan ikan hias, khususnya kegiatan budidaya ikan hias skala massal adalah ketidaktentuan dan bervariasinya mutu reproduksi induk yang akan mempunyai dampak terhadap mutu dan jumlah benih yang dihasilkan. Keterbatasan ini dapat diperbaiki dengan melakukan perbaikan pada nutrisi induk yaitu dengan pemberian pakan bermutu yang mengandung nutrien yang sesuai dengan kebutuhan reproduksi pada ikan.

Pakan khusus untuk induk ikan hias yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk reproduksi di Indonesia masih sulit untuk didapatkan, sehingga umumnya pembudidaya ikan hias mempergunakan pakan alami yang ketersediaannya masih sangat tergantung kepada musim atau bahkan menggunakan pelet udang sebagai pakan induk yang belum diketahui jelas dampaknya terhadap ikan hias. Salah satu upaya awal untuk membuat pakan khusus untuk induk adalah dengan membuat suatu formula dasar pelet induk yang kandungan nutrisinya sesuai dengan kebutuhan reproduksi ikan.

Kadar lemak dan asam lemak dari tubuh induk, telur dan larva pada penelitian ini paralel dengan kandungan asam lemak pada pakan perlakuan. Secara umum pemberian pakan perlakuan dengan kadar asam lemak n-3 yang rendah yaitu 0,66% akan menghasilkan kandungan asam lemak esensial yang rendah pula pada dari tubuh induk, telur dan larva. Kandungan asam lemak esensial pada tubuh induk, telur dan larva akan naik sejalan dengan kenaikan kandungan asam lemak pakan, kemudian akan menurun kembali setelah nilai maksimal kandungan asam lemak tercapai. Pakan perlakuan dengan kandungan asam lemak n-3 yang tinggi yaitu sebesar 2,04% dan 1,5% menghasilkan kandungan asam lemak esensial n-3 dan n-6 pada tubuh ikan yang lebih rendah dibandingkan pakan perlakuan yang mengandung asam lemak n-3 sebesar 1,03%.

Setelah masuk dalam tubuh ikan, salah satu produk akhir asam lemak esensial adalah arakidonat yang hanya dapat dibuat dari asam linoleat. Arakidonat adalah asam lemak yang sangat penting karena menjadi prekursor esensial pada hampir semua senyawa prostaglandin. Senyawa prostaglandin G1 diturunkan dari

117 eikosatrienoat, sedangkan prostaglandin E2, F2α dan prostaglandin G2 diturunkan dari penguraian arakidonat. Prostaglandin yang diturunkan dari asam lemak tidak jenuh tersebut merupakan pengatur kerja hormon termasuk diantaranya adalah hormon-hormon reproduksi. Dengan demikian keberadaan asam lemak esensial dalam tubuh ikan zebra sebagai salah satu bahan penyusun prostaglandin akan sangat berpengaruh terhadap terbentuk atau tidaknya prostaglandin yang pada proses selanjutnya akan mempengaruhi penampilan reproduksi. Parameter yang dapat secara langsung membuktikan hal tersebut berdasarkan hasil penelitian ini adalah tingkat kematangan gonad, fekunditas, serta kualitas telur. Sedangkan parameter tidak langsung (karena sudah ada pengaruh dari mutu sperma pejantan) diantaranya adalah tingkat pembuahan, embriogenesis, serta kelangsungan hidup larva.

Hubungan antara fekunditas, derajat pembuahan telur dan derajat tetas telur dengan kadar asam lemak n-3 dan n-6 dalam penelitian ini memperlihatkan pola yang sama yaitu meningkat sampai batas tertentu kemudian menurun kembali. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kadar asam lemak n-3 dan n-6 sampai batas tertentu dapat meningkatkan kinerja reproduksi dan menurun kembali setelah kadar tersebut. Kekurangan asam lemak esensial hampir selalu menyebabkan menyebabkan efek kerusakan pada ikan, sedangkan kelebihan kandungan asam lemak esensial pada pakan induk akan mengakibatkan gangguan kinerja reproduksi. Kelebihan kadar EPA maupun DHA diketahui dapat mengurangi aksi pembentukan steroid dari gonadotropin pada ovary.

Pakan dengan kandungan asam lemak rendah, yaitu pakan dengan kandungan asam lemak esensial n-3 sebesar 0,66% dan kandungan asam lemak esensial n-6 sebesar 1,05% pada penelitian ini menyebabkan tingginya tingkat abnormalitas larva. Sebagaimana diketahui, kekurangan asam lemak esensial hampir selalu menyebabkan menyebabkan efek kerusakan pada ikan (abnormal).

Pakan perlakuan dengan kadar asam lemak n-6 yang rendah yaitu 1,03% pada pakan perlakuan akan menghasilkan induk, telur, dan larva dengan kandungan asam lemak esensial yang lebih rendah dibandingkan induk ikan yang diberi pakan perlakuan dengan mengandung asam lemak n-6 yang lebih tinggi yaitu 2,04%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk ikan zebra kebutuhan asam lemak n-6 lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan asam lemak n-3.

118 Pakan perlakuan dengan asam lemak n-6 pada pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak n-3 ternyata menghasilkan induk, telur, dan larva dengan kandungan asam lemak n-3 yang lebih tinggi dibandingkan asam lemak n-6. Hasil tersebut menunjukkan bahwa afinitas asam lemak n-3 lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak n-6

Nilai kalori kuning telur dapat diduga berdasarkan diameter telur, volume kuning telur dan bobot telur. Jumlah energi yang dikonsumsi dari kuning telur oleh embrio dan larva berkorelasi positif dengan ukuran telur. Dengan laju penyerapan kuning telur yang relatif sama, maka cadangan nutrisi dalam telur akan berpengaruh pada kelangsungan hidup larva dan persentase larva abnormal ikan zebra. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penampilan reproduksi pada ikan zebra tidak hanya dipengaruhi kadar asam lemak n-6 saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kadar asam lemak n-3 dalam pakan. Secara umum, ikan zebra membutuhkan asam lemak 1,03% n-3 dan 2,04% n-6 dalam pakan untuk menghasilkan kinerja reproduksi yang terbaik.

Secara umum hasil penelitian dengan perlakuan vitamin E memperlihatkan bahwa kandungan lemak dan vitamin E pada ikan uji naik dari tubuh ikan ke telur, kemudian menurun kembali pada saat telur sudah menjadi larva. Sebagaimana diketahui, vitamin E berperan sebagai inter dan ekstraselular antioksidan untuk menjaga homeostatis pada metabolisme sel dan jaringan-jaringan. Sebagai antioksidan fisiologis, vitamin E (α-tocopherol) berperan untuk melindungi vitamin-vitamin dan asam lemak tidak jenuh dari proses oksidasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis pada tubuh ikan, telur, serta larva ikan zebra yang memperlihatkan bahwa kandungan lemak dan vitamin E pada pada tubuh ikan, telur, serta larva mengikuti pola konsentrasi vitamin E pada pakan perlakuan.

Kandungan lemak tubuh, telur dan larva pada semua perlakuan lebih tinggi pada ikan salin dibandingkan dengan ikan prasalin. Sebagaimana diketahui, pemakaian nutrien pada ikan prasalin masih dipergunakan untuk pertumbuhan somatik dan reproduksi, sedangkan pada ikan salin pemakaian nutrien lebih banyak untuk keperluan reproduksi. Dengan demikian sebagaimana terlihat pada hasil, kadar lemak secara keseluruhan lebih tinggi pada tubuh, telur, serta larva ikan salin dibandingkan dengan ikan dara (prasalin).

119 Vitamin E diketahui berperan antara lain sebagai inter dan ekstraselular antioksidan untuk menjaga homeostatis pada metabolisme sel dan jaringan. Sebagai antioksidan fisiologis, tokoferol berperan untuk melindungi vitamin-vitamin dan asam lemak tidak jenuh dari proses oksidasi. Ketersediaan lemak yang tinggi karena dijaga oleh vitamin E dari oksidasi pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai diameter dan volume kuning telur. Diameter dan volume kuning telur ini dipengaruhi oleh proses vitelogenesis. Selain berfungsi sebagai antioksidan, vitamin E juga mendukung peran enzim sitokrom P450 mensintesis kolesterol untuk pembentukan hormon reproduksi, dalam hal ini 17β-estradiol. Hormon 17β-estradiol menstimulasi sintesis vitelogenin di hati.

Proses vitelogenesis dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari luar sel, yakni kuning telur atau disebut juga vitelogenin. Vitelogenin disintesis oleh hati dalam bentuk lipophosphoprotein-calsium komplek dan hasil mobilisasi lipid dari lemak visceral. Hal ini yang menyebabkan pada penelitian ini diameter dan volume telur ikan zebra akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan vitamin E dalam pakan.

Sebagaimana dengan vertebrata tingkat tinggi, kekurangan vitamin E pada pakan uji yang tidak diberi vitamin E dalam pakan akan mempengaruhi penampilan reproduksi, menyebabkan terhambatnya kematangan gonad, dan rendahnya tingkat penetasan telur dan kelangsungan hidup larva. Kelebihan vitamin E pada pakan induk dapat menyebabkan hipertrofi kantung telur (yolk sac hypertrophy) pada larva ikan dan selanjutnya akan menimbulkan “efek kebalikan” yang ditandai dengan meningkatnya jumlah larva abnormal. Salah satu penyebab dari meningkatnya abnormalitas larva adalah karena kelebihan vitamin E antara lain akan menyebabkan tidak sempurnanya embriogenesis, dimana pada vitamin E yang berlebih akan menyebabkan asam lemak esensial yang berlebih pula yang mengakibatkan proses embriogenesis akan dipercepat. Proses embriogenesis yang terlalu cepat juga sering menyebabkan tidak sempurnanya proses embriogenesis sehingga menyebabkan jumlah larva abnormal akan meningkat.

Hasil penelitian pada ikan zebra jantan menunjukkan bahwa pemberian vitamin E pada pakan dengan dosis yang berbeda berpengaruh terhadap indeks kematangan gonad ikan zebra. Meningkatnya nilai indeks kematangan gonad pada setiap perlakuan sangat dipengaruhi oleh perkembangan sperma, yaitu dengan adanya

120 pertambahan bobot gonad jantan ikan uji setelah perlakuan pemberian pakan. Pakan yang dimakan merupakan sumber energi dan nutrisi utama untuk meningkatkan kerja organ dalam tubuh termasuk proses spermatogenesis oleh testes atas pengaruh hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh adenohipofisa.

Rendahnya konsumsi terhadap pakan akan menurunkan kerja dari adenohipofisa sehingga proses spermatogenesis dalam mengasilkan sperma terganggu. Dalam penelitian ini, kondisi demikian secara langsung menurunkan konsumsi vitamin E yang ditambahkan pada pakan sehingga kerja vitamin E terhadap penangkapan radikal bebas (anti oksidan) dalam jaringan tubuh menurun. Selama penelitian, nilai efisiensi pakan tiap perlakuan tidak berpengaruh terhadap perkembangan gonad. Secara empiris peningkatan nilai indeks kematangan gonad pada perlakuan 132, 258, serta 384 mg vitamin E/kg pakan terjadi seiring dengan meningkatnya nilai efisiensi pakan pada setiap perlakuan tersebut. Sedangkan pada perlakuan 9 mg vitamin E/kg pakan menunjukkan nilai indeks kematangan gonad paling rendah pada akhir perlakuan.

Dalam penelitian menggunakan ikan zebra jantan, pengaruh nutrien yang diberikan berupa penambahan vitamin E diketahui telah memberikan perlindungan terhadap viabilitas sperma sehingga perkembangan sperma sampai matang bertahan dalam jumlah yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan vitamin E pada pakan. Sebagai antioksidan, vitamin E sangat berguna sebagai pelindung vitamin lain dan asam lemak tidak jenuh terhadap proses oksidasi. Vitamin E mampu menjaga unsaturated fatty acid dalam jaringan, baik yang terdapat pada bahan makanan, campuran bahan makanan, maupun dalam jaringan tubuh

Hasil penelitian perbandingan pakan uji dengan pelet komersial menunjukkan bahwa perbedaan penampilan reproduksi antara ikan zebra yang diberi pakan uji dengan yang diberi pakan komersial pelet ikan hias adalah pada parameter fekunditas dan derajat kelangsungan hidup larva. Sedangkan perbedaan penampilan reproduksi antara ikan uji zebra yang diberi pakan uji dengan yang diberi pakan komersial pelet udang adalah pada parameter fekunditas, diameter telur, volume telur, persentase larva abnormal, serta derajat kelangsungan hidup larva.

Berdasarkan hasil analisa laboratorium, kandungan asam lemak pakan udang pada penelitian ini adalah 2,81% n-3 dan 0,85% n-6, dengan kandungan vitamin E

121 sebesar 25 mg/kg pakan. Kandungan asam lemak n-3 pada pakan udang terlalu tinggi, sedangkan kandungan n-6 dan vitamin E terlalu rendah untuk keperluan reproduksi. Sebagaimana diketahui, bahwa ikan zebra termasuk kedalam tipe ikan air tawar yang membutuhkan asam lemak n-6 yang lebih besar dibandingkan dengan asam lemak n-3, sehingga komposisi pelet udang sebetulnya kurang sesuai untuk dijadikan sebagai pakan induk ikan zebra.

Petani ikan hias sering memakai pakan udang sebagai pakan induk ikan hias antara lain karena umumnya pakan udang mempunyai kandungan protein yang tinggi. Kandungan asam-asam amino pada protein diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh serta reproduksi, termasuk pematangan gonad. Jumlah protein yang tinggi pada pakan udang tersebut karena dikombinasikan dengan kandungan asam lemak esensial dan kandungan vitamin E yang kurang sesuai untuk reproduksi ikan zebra maka menyebabkan kinerja reproduksinya kurang optimal.

Kandungan asam lemak pakan ikan hias komersial pada penelitian ini adalah 0,75% n-3, 1,06% n-6, dengan kandungan vitamin E sebesar 18 mg/kg pakan. Komposisi asam lemak esensial pada pelet ikan hias tersebut kurang sesuai untuk reproduksi karena meskipun perbandingan antara asam lemak n-3/n-6 sudah mendekati ideal, tetapi jumlah asam lemaknya masih kurang untuk memenuhi kebutuhan reproduksi ikan zebra. Mengacu pada hasil penelitian sebelumnya, kandungan vitamin E pada pakan ikan hias komersial tersebut juga masih kurang untuk memenuhi persyaratan nutrisi untuk reproduksi. Berdasarkan komposisi nutrien, terlihat bahwa pelet udang memang ditujukan untuk pakan krustasea air payau sehingga sebetulnya tidak tepat dipergunakan sebagai pakan induk ikan zebra yang merupakan biota air tawar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja reproduksi terbaik ada pada ikan zebra yang diberi pakan dengan kandungan vitamin E sebesar 258 mg/kg dan asam lemak esensial 1,03% n-3 dan 2,04% n-6. Hasil penelitan juga memperlihatkan bahwa ikan zebra termasuk kedalam tipe ikan air tawar yang membutuhkan n-6 yang lebih besar dibandingkan n-3 dengan perbandingan 2:1. Perbaikan nutrisi induk yang tepat pada penelitian ini terbukti memperbaiki tidak hanya kualitas sperma dan telur tetapi juga pada akhirnya dapat meningkatkan produksi larva normal.

122

Dokumen terkait