Produktivitas padi di lahan kering masih rendah karena lahan kering
umumnya kurang subur dan intensitas serangan blas (Pyricularia grisea) tinggi.
Perakitan varietas yang berdaya hasi tinggi, tahan penyakit blas sangat
diharapkan para petani di lahan kering.
Program pemuliaan, baik konvensional, seluler maupun molekuler diharapkan dapat membantu mempercepat dalam menghasilkan varietas tanaman padi gogo tipe baru. Perakitan varietas padi gogo tipe baru diharapkan dapat membantu para petani lahan kering dalam peningkatan produktivitas lahan kering
dan pendapatan petani, ya etani di lahan kering.
1-2) harapan padi gogo tipe baru. Pada percob at dua ga nakan produktif FG2-47-13 (15.5 batang) l
ng selama ini menjadi kendala p
Penelitian pertama mencakup karakterisasi dan uji daya hasil terhadap 14 galur (FG1-66-2-1, FG1R-108-1-1, FG1R-51-2-1, FM1-14-1-1, FM1-14-1-2, FM1-25-1-1, FM1-25-1-2, FM1-57-1-2, FM1R-32-1-1, FM1R-23-1-1, FG2-47-1-3, FM1R-19-2-4, FM2-12-1-1,
FAT-4-aan uji daya hasil (ton/ha) diperoleh 8 galur yang tidak berbeda nyata dengan varietas kontrol padi gogo nasional (Batutegi), dari 8 galur tersebut terdapat tiga galur (FG2-47-1-3, FM1-57-1-2 dan FM1R-32-1-1 yang sangat berbeda nyata dengan varietas padi sawah tipe baru (Fatmawati) dan padi gogo lokal nasional Fulan Telo Gawa (Tabel 10). Diantara tiga galur tersebut terdap
lur (FG2-47-1-3 dan FM1R-32-1-1) dengan beberapa sifat tipe baru dan hasilnya tidak berbeda nyata dengan Batutegi.
Hasil percobaan satu menunjukkan bahwa terdapat 5 galur dan 3 varietas pembanding yang tahan terhadap blas daun, yaitu (FM1-25-1-1, FM1-25-1-2, FM1-57-1-2, FG2-47-1-3, FM2-12-1-1, Fulan Telo Gawa, Limboto, Batutegi ), dan terdapat satu galur tahan blas leher malai (FG2-47-1-3), satu galur moderat tahan (FM2-12-1-1), serta 1 varietas kontrol tahan blas leher malai (Limboto) dan 2 varietas moderat tahan, yaitu FTG dan Batutegi (Tabel 21).
Galur FG2-47-1-3 mempunyai ketahanan yang tidak berbeda dengan Batutegi. FG2-47-1-3 mempunyai jumlah gabah total 118.4 butir per malai dan gabah isi per malai 80.1 butir, tetapi jumlah a
lebih banyak dibandingkan Batutegi, yaitu hanya 10.7 batang. Hal ini menyebabkan bobot gabah kering per petak FG2-47-1-3 (1.56 kg) lebih tinggi
s pembanding yang diguna
yang digunakan mempunyai heritabilitas tinggi, yaitu intensitas seranga
but digunakan sebagai karakter seleksi diduga
dari Batutegi (1.46 kg) meskipun dilihat dari jumlah gabah total per malai (213.3 butir) dan jumlah gabah isi per malai (114.2 butir) Batutegi lebih tinggi dibanding FG2-47-1-3.
Galur-galur harapan padi gogo tipe baru dan varieta
kan menunjukkan potensi hasil yang rendah selain disebabkan oleh kerentanan masing-masing galur dan varietas pembanding terhadap intensitas serangan blas (Tabel 21), juga disebabkan oleh faktor diluar variabel pengamatan peneliti seperti Hawar Daun Bakteri (HDB), hama wereng dan kondisi lingkungan seperti kesuburan tanah dan kekeringan.
Menurut Stanfield (1983) heritabilitas tergolong tinggi, yaitu > 50%, sehingga dari karakter dari galur-galur harapan padi gogo tipe baru dan varietas pembanding
n blas daun, blas leher malai, bobot seribu butir, tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang daun bendera, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, jumlah gabah total per malai, persentase gabah isi dan persentase gabah hampa (Tabel 15). Potensi hasil dan bobot gabah per petak mempunyai heritabilitas sedang (33.3% dan 34.3%) (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa jika karakter terse
tidak akan memberikan hasil yang sesuai harapan. Namun karakter tersebut masih dapat diperbaiki melalui bobot seribu butir karena mempunyai heritabilitas tinggi (91.2%), yaitu dengan cara menyeleksi galur-galur yang mempunyai bobot biji lebih tinggi.
Hasil percobaan dua menunjukkan dari 15 galur dan 8 varietas pembanding yang digunakan, Kencana Bali tidak dapat tumbuh, sehingga yang diamati perkembangan blasnya hanya 15 galur dan 7 pembanding. Limboto digunakan sebagai pembanding tahan. Dari 15 galur yang diuji diperoleh hasil bahwa terdapat 1 galur (FG2-47-1-3) tahan dan 14 galur yang rentan terhadap blas daun. Ketahanan terhadap blas leher malai dari 15 galur yang diuji, terdapat 1 galur tahan (FAT-4-1-2), 1 moderat tahan (FG1-47-1-3), 4 moderat rentan (MR) dan 7 galur rentan (Tabel 21).
Tabel 21. Rekapitulasi intensitas serangan blas daun, blas leher malai dan potensi hasil galur-galur harapan padi gogo tipe baru di dua lokasi
Galur Bogor Ton/ha Sukabumi
IBD IBL IBD IBL
FG1-66-2-1 17.4R 86.3R 0.52 38.0R 74.1R FG1R-108-1-1 12.6R 63.3R 0.24 23.4R 23.5MR FG1R-51-2-1 38.5R 85.0R 0.08 25.4R 35.0R FM1-14-1-1 57.8R 97.7R 0.41 55.5R 87.8R FM1-14-1-2 84.8R 94.7R 0.26 44.8R 100.0R FM1-25-1-1 5.6T 53.0R R MR FM1-25-1-2 2.9T 73.7 0.12 16.2 16.8 R 0.65 19.5R 13.2MR M1-57-1-2 4.1T 14.7MR 1.48 53.2R 64.4R M1R-32-1-1 45.2R 64.7R 1.06 28.7R 28.9R FG2-47-1-FM1R-19-2-4 71.5 32.7 0.04 62.6 96.3R FM2-1 6.0MT 8.4MR FAT-4-1-2 0.72 R T F F FM1R-23-1-1 50.0R 80.7R 0.08 29.6R 88.4R 3 0.0T 3.0T 2.00 7.8T 5.5MT R R R 2-1-1 1.1T 0.31 66.8R 1 20.0R 49.7R 34.1 2.3 FM2-33-1-1 7.5T 77.5R Limboto 0.0T 3.7T 0.88 4.8T 0.0T Batutegi 0.0T 5.6MT 1.88 3.6T 0.0T Fatmawati 68.9R 100.0R 0.31 42.9R 98.0R
Fulan Telo Gawa
ihat 79-2 0.0T 6.0MT 0.44 4.9T 1.4T Situ Bagendit 85.5R 99.0R 0.33 Fulan Telo M 9.9T 1.0T BP360E-MR- 4.4T 4.1T Towuti 38.0R 93.3R
Keterangan : IBD : Intens n aun, IBL sitas s las l gka yang
ikuti deng f , MT ( t tahan (m ntan), R
an).
percoba , terdap alur t rha s, yaitu
alur-g ur ang lain menunjukkan ketahanan yang beragam hal ini
engaruh fa ge ngkat asan las di lapangan.
i didasarkan pada skala dan intensitas
eta e (1996) yang menyebutkan bahwa intensitas
k rang da 10% diny akan tahan terh blas
jia yang peroleh da dua lokasi, yaitu Bogor dan Sukabumi
dan blas le akin tinggi intensitas serangan blas daun
maka s
itas sera gan blas d : Inten eragan b eher. An
di an huru T (tahan) modera ), MR oderat re
(rent
Hasil an satu dan dua at 1 g ahan te dap bla
FG2-47-1-3. G al y
diduga p ktor netik ti kegan ras b
Pengelompokan ketahanan terhadap blas in
serangan yang dit pkan ol h IRRI
serangan sama atau u ri at adap .
Hasil pengu n di ri
memperlihatkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang erat antara blas daun her malai, yang artinya sem
erangan blas leher pun tinggi, namun tidak semua berkorelasi positif, tergantung sistem pertahanan yang dimiliki oleh galur masing-masing. Hal ini
Gambar 8. Korelasi antara ketahanan terhadap blas daun dan blas leher malai (Lokasi Bogor)
Gambar 9. Korelasi antara ketahanan terhadap blas daun dan blas leher malai ( Lokasi Sukabumi)
Hasil korelasi antara blas leher malai pengujian satu (di Bogor) dan dua (di Sukabumi), menunjukkan dari 19 bahan percobaan untuk lokasi Bogor dan 22 bahan percobaan untuk lokasi Sukabumi, memperlihatkan bahwa ada
sesuai dengan penelitian Zhu et al. (2005) yang menyebutkan bahwa galur atau
varietas yang mempunyai intensitas serangan blas daun tinggi mempunyai intensitas serangan blas leher malai tinggi dan sebaliknya (Gambar 8 dan 9).
kecenderungan intensitas serangan blas daun tinggi maka serangan blas leher akan mengikuti. Hal ini dimungkinkan karena adanya patogen blas yang berkumpul di sekitar tanaman yang rentan blas daun, sehingga memasuki fase generatif pada keadaan dan lingkungan yang optimum memungkinkan potogen blas menyerang leher malai. Ou (1985) menyebutkan bahwa kerentanan satu varietas dikendalikan oleh gen yang berbeda.