• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Manusia Lewat Pendidikan Keberasramaan

Pengelolaan kehidupan bersama para siswa seminari dalam suatu lokasi tempat tinggal yang sama berbeda dengan kehidupan di suatu tempat kost atau asrama mahasiswa atau asrama/barak tentara; tempat kost, asrama mahasiswa atau barak tentara hanya menjadi tempat istirahat sesudah kegiatan di luar, dan apa yang dikerjakan di tempat tinggal ini bergantung dari selera serta kebiasaan penghuninya tanpa ada pendampingan dari pihak lain. Di SM PvD seluruh

kehidupan para siswa diikuti dan didampingi oleh para Pembina atau formator selama 24 jam sehari. Kegiatan belajar di sekolah (SMP atau SMA), yang terletak dalam satu kompleks yang sama, merupakan satu point atau kegiatan rutin utama dari seluruh acara harian; kegiatan belajar di sekolah ini dengan demikian tidak dipandang terpisah dari kegiatan keseharian, tetapi merupakan bagian dari kesibukan hidup, atau dengan kata lain pendidikan formal di sekolah terintegrasi dengan pembinaan kecakapan dan kebiasaan hidup serta pengembangan karakter siswa. Para siswa seminari ini diajarkan dan dilatih untuk tahu merawat diri, mengerjakan pekerjaan domestic sendiri dalam kebersamaan, menyediakan waktu untuk berolah raga, mengembangkan hidup doa-religius, melatih ketrampilan kesenian, membiasakan diri untuk belajar secara di luar jam sekolah, serta belajar hidup secara social bersama dengan teman-temannya yang berasal dari kabupaten yang berbeda, dengan agama yang berbeda. Pendidikan multi intelligence yang dikelola secara integral ini menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai integritas diri, mampu hidup, serta terbiasa mewujudkan nilai sosialitas dalam hidup berkomunitas.

Dalam bab 1 sudah dikatakan tentang tujuan pembangunan pendidikan nasional jangka menengah, antara lain: a) untuk meningkatkan iman, takwa dan akhlak mulia; hal ini antara lain dilatih lewat kegiatan peribadatan harian, retret tahunan, juga latihan kejujuran dalam membuat ujian; b) untuk meningkat penguasaan iptek, c) untuk meningkatkan kualitas jasmani; hal ini dilatih antara lain lewat olah raga rutin dan keteraturan jadwal kegiatan harian, termasuk tidur dan istirahat yang cukup, serta makan pada jam-jam yang teratur; d) untuk meningkatkan daya saing, mutu dan ketrampilan hidup, mampu menghadapi pelbagai tantangan hidup; hal ini; pelbagai hal ini sudah terbukti lewat pelbagai keberhasilan dari para siswa seminari, seperti yang sudah dipaparkan di atas (dalam bab 4 ini); e) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen pelajaran melalui peningkatan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah; hal inipun sudah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan.

Petrus Van Diepen Sorong

149

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa system sekolah berpola asrama, seperti dipraktekkan di SM PvD ini, bisa berguna dan memberikan kontribusi bagi usaha untuk membangun manusia-manusia muda Indonesia sesuai dengan tujuan pembangunan pendidikan nasional. Pola keberasramaan dari SM PvD ini bisa dijadikan model bagi usaha pemerintah daerah, khususnya di propinsi Papua dan Papua Barat, yang sudah lama mencanangkan pendidikan formal dengan berpola asrama, tetapi yang sampai kini hanya menghasilkan gedung-gedung asrama yang kosong melompong dan rusak berantakan, karena para siswa dibiarkan hidup tanpa pendampingan kependidikan.

Tujuan pembangunan masyarakat adalah untuk menjadikan manusia dan masyarakat lebih manusiawi. Di antara pelbagai bidang pembangunan manusia yang berbangsa dan bernegara, bidang pendidikan memiliki peran sentral, karena kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa mendatang banyak ditentukan oleh pendidikan yang diberikan saat ini. Pendidikan dalam hal ini menjadi instrument dalam membangun manusia seutuhnya. Melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan taraf hidup dan melakukan mobilitas vertical dalam lingkungan social. Bila dilihat situasi pendidikan di Indonesia, nampaknya terdapat pelbagai jenis dan jenjang sekolah yang umumnya bergiat dari pagi sampai siang hari saja, dan ada jurang pemisah antara kegiatan pendidikan formal dan kesibukan hidup harian di rumah. Apalagi anak-anak, yang baru saja meninggalkan jenjang SD dan yang baru menanjak usia remaja, cenderung harus menempuh jarak perjalanan yang jauh untuk mengikuti pendidikan jenjang SMP dan SMA dan juga mulai mencari-cari habitus hidup yang semakin jauh dari jangkauan orang tuanya, seraya mengusahakan suatu relasi social yang baru lewat persahabatan dengan rekan-rekan sejawat dan seusia di SMP dan/atau SMA. Justru kehidupan bersama di asrama yang serentak terintegrasi dengan persekolahan memberi mereka peluang untuk menimba ilmu formal, melatih kecakapan hidup, membangun karakter dan budi pekerti, serentak menciptakan relasi kebersamaan dalam lingkungan teman-teman sebaya.

Bila dahulu para guru pernah dijuluki sebagai „orang tua yang ke dua‟ bagi para siswa SMP dan SMA, maka dalam praktek pendidikan keberasramaan di SM PvD ini para guru serentak berperan sebagai „orang tua ke dua‟ atau Pembina/pamong yang mendampingi perkembangan hidup para siswa. Memang harus diakui bahwa adanya serta berperannya para formator yang serentak adalah tenaga pendidik di sekolah merupakan keunggulan tersendiri; lasimnya para tenaga pendidik hanya memperhatikan siswa selama berada di kompleks persekolahan, dan bila jam pelajaran sekolah berakhir, berakhirlah juga perhatian para tenaga pendidik. Di SM PvD ini separuh dari tenaga pendidik adalah serentak tenaga Pembina atau formator. Pendidikan keberasramaan di SM PvD merupakan suatu usaha untuk pembangunan manusia yang jitu, terkontrol, tertata rapih, dan merupakan suatu proses sosialisasi sekunder sesudah proses habitualisasi di lingkungan keluarga.

Bila dikatakan bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk memanusiakan manusia secara menyeluruh, seperti sudah disebutkan dalam Bab 2, maka pendidikan dan pembinaan di SM PvD ini dapat didaku sebagai pola pendidikan dan pengajaran yang unggul, karena masing-masing siswa diberi kesempatan untuk berkembang menjadi manusia dewasa, dan mampu, lewat pembinaan dan pendampingan baik secara individual maupun secara bersama-sama. Pendidikan keberasramaan di SM PvD mampu untuk mengintegrasikan pendidikan pengetahuan (transfer of knowledge), memberi perhatian pada pemupukan ketrampilan hidup (formation of life skills) dan pembinaan karakter (character building), malahan sudah terjadi pembiasaan untuk membangun hidup bersama dan kebersamaan antara para siswa dan antara siswa dengan para pamongnya. Dalam kegiatan pendidikan, pemupukan, pembinaan yang terintegrasi ini, relasi social yang akrab antara para pemeran serta dalam hidup berasrama ini terjalin lewat komunikasi yang intensif lewat perjumpaan harian di sekolah dan di asrama.

Bila dikatakan dalam Bab 2 bahwa tujuan umum pendidikan ialah untuk mempersiapkan generasi muda menjadi orang dewasa

Petrus Van Diepen Sorong

151

anggota masyarakat yang produktif, dengan tuntutan dan harapan agar generasi muda mengembangkan pribadinya sendiri, mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya, hingga bisa bertingkah laku, berbuat dan hidup yang baik dalam berbagai situasi dan lingkungan masyarakat, maka pendidikan keberasramaan yang bercorak integrative dan komunikatif di Seminari Menengah Petrus van Diepen ini sudah sedang menyelenggarakannya. Keberhasilan suatu proses pendidikan pada hakekatnya baru dapat diukur sesudah satu jangka waktu yang lama, atau sekurang-kurangnya sesudah satu generasi manusia, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa walaupun usia SM PvD ini baru akan mencapai satu dasawarsa, tokh sudah dihasilkan sejumlah tamatan yang menjadi kebanggaan umat dan masyarakat di lingkungan asalnya.

Dokumen terkait