• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Pembelajaran Berbasis Proyek

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek menurut Thomas, dkk (1999 dalam Made Wena, 2009: 144) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan bagian dari proses pembelajaran yang memberikan penekanan kuat pada pemecahan masalah yang memuat tugas-tugas kompleks berupa pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang. Kerja proyek menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (CORD, 2001; Thomas, Mergendoller & Michaelson, 1999; Moss, Van-Duze, Carol, 1998). Pembelajaran berbasis proyek ini memiliki karakteristik, yaitu fokus pembelajarannya terletak pada prinsip dan konsep pada suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam kegiatan investigasi pemecahan masalah, memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri dalam membangun pengetahuannya

12

dan diakhir pembelajarannya akan menghasilkan suatu produk nyata serta memiliki potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna (Thomas, 2000; Gaer, 1998).(Made Wena, 2009: 145).

Menurut Buck Institute for Education (1999 dalam Made Wena, 2009: 145) pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.

b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.

d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang disimpulkan.

e. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu.

f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

h. Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang inovatif dan menekankan pada pemecahan masalah serta memiliki karakteristik yaitu materi pembelajaran disampaikan melalui proses kerja proyek. Proses pembelajarannya berlangsung sesuai dengan ketentuan disiplin ilmu yang berlaku serta berpusat pada siswa. Siswa secara mandiri akan menentukan proyek yang akan di buat, menyusun kerangka kerja sampai

13

menemukan hasil proyek, bertanggung jawab atas proyek yang dibuat, mengevaluasi proyek dan berefleksi. Proyek yang sudah jadi nantinya akan diuji kesesuaiannya dan jika terjadi suatu kesalahan siswa akan berusaha untuk memperbaiki proyek tersebut dengan melakukan beberapa perubahan.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Thomas, 2000 (dalam WENA, 2009: 145-147), model pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip:

a. Prinsip sentralistis (centrality), yaitu kerja proyek bukan sebagai model pembantu pencapaian suatu materi, melainkan melalui kerja proyek siswa membangun pengetahuannya dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan esensi yang terdapat pada kurikulum. b. Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question), yaitu

proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong siswa untuk berusaha menemukan penyelesaiannya melalui serangkaian aktivitas. Pertanyaan dalam kerja proyek ini haruslah pertanyaan yang memiliki penyelesaian lebih dari satu jawaban atau cara, sehingga jawaban yang diperoleh tiap individu atau ide dari tiap individu akan berbeda.

c. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep dan resolusi. Kegiatan

14

investigasi ini memuat kegiatan perencanaan, penemuan masalah, pemecahan masalah dan penemuan solusi dari maslah.

d. Prinsip otonomi (autonomy) diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri dalam merencanakan proyek, membuat proyek dan menemukan solusi proyek. Guru hanya sebagai fasilitator yang mendorong tanpa memberikan penyelesaian masalah kepada siswa. e. Prinsip realistis (realism) berarti bahawa proyek merupakan sesuatu

yang nyata dan harus dapat memberikan perasaan nyata kepada siswa dalam proses kerja proyek. Pembelajaran berbasis proyek mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan yang autentik atau pemasalahan yang bermakna bukan permasalahan yang dibuat-buat, sehingga solusi dari permasalahan dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Diane Ronis (2009: 27) prinsip pembelajaran berbasis proyek lainnya adalah “otentik” mengacu pada tugas yang:

a. Memiliki konteks dunia nyata yang bermakna.

b. Mengguanakan dan menerapkan keahlian serta pengetahuan. c. Memiliki strategi dan solusi ganda.

d. Berperan untuk menarik siswa ke dalam pembelajaran yang bermakna.

15

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip dalam pembelajaran berbasis proyek adalah kerja proyek sebagai pusat pembelajaran yang dibuat berdasarkan esensi pada kurikulum yang berlaku, isi proyek berupa suatu pertanyaan realistis dan autentik yang memungkinkan untuk dijawab dan dimaknai oleh siswa. Proyek didesain agar penyelesaian masalah dan jawabannya lebih dari satu, sehingga hasil proyek tiap siswa akan berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan kreativitas yang muncul. Kerja proyek menuntut siswa dapat mencari sendiri penyelesaiannya dan mengkonstruksi pengetahuannya, sehingga siswa dengan sendirinya akan menganggap bahwa pelajaran yang diterimanya bermakna dan siswa merasa ada kesesuaian antara permasalahan pada proyek dengan dunia nyata yang dijalani oleh siswa.

4. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Moursun, 1997 (dalam Made Wena, 2009: 147) beberapa keuntungan pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut:

a. Increased motivation (peningkatan motivasi)

Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa seperti siswa tekun dalam mengerjakan proyek, berusaha keras menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.

16

b. Increased problem-solving ability (peningkatan kemampuan

pemecahan masalah)

Lingkungan belajar berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat kompleks.

c. Improved library research skills (peningkatan keterampilan bedah buku)

Pembelajaran berbasis proyek mempunyai syarat yaitu siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi dari buku akan meningkat.

d. Increased collaboration (peningkatan kemampuan kerjasama)

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek membantu siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi serta kemampuan bekerja dengan orang lain.

e. Increased resource-management skills (peningkatan kemampuan

mengorganisasi)

Pembelajaran berbasis proyek yang diterapkan dengan baik akan memberikan siswa pembelajaran serta praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

17

5. Dukungan Teoritis Pembelajaran Berbasis Proyek

Secara teoritis dan konseptual menurut Made Wena (2009:148), pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh beberapa terori:

a. Teori Aktivitas

Penerapan pembelajaran berbasis proyek bertumpu pada kegiatan belajar aktif dengan melakukan sesuatu dengan dasar suatu kegiatan terdiri atas tujuan yang ingin dicapai, subjek yang berada dalam konteks, suatu masyarakat di mana pekerjaan itu dilakukan dengan perantaraan, alat-alat, peraturan kerja dan pembagian tugas.

b. Teori Konstruktivistik

Pembelajaran berbasis proyek mendapat dukungan dari teori belajar konstruktivistik yang berdasar pada ide bahwa siswa membangun pengetahuannya secara otonom dalam konteks pengalamannya sendiri. Pembelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai salah satu model pembelajaran yang mendukung siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya secara personal ketika siswa mendapat peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide orang lain dan merefleksikan ide sendiri pada orang lain.

c. Teori Konstruktivisme

Pembelajaran berbasis proyek juga mendapat dukungan teoritis yang bersumber dari konstruktivisme sosial Vygotsky yang memberikan landasan pengetahuan kognitif melalui peningkatan intensitas interaksi antar personal. Proses interaktif dengan kawan sejawat yang

18

membantu proses konstruksi pengetahuan inilah yang dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan memecahkan masalah secara kolaboratif.

6. Prosedur/Desain Pembelajaran Berbasis Proyek

Desain proyek, pembimbingan oleh guru dan penyelesaian tugas oleh siswa mengacu pada prosedur model pembelajaran berbasis proyek menurut Made Wena (2009: 154-157) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Prosedur/Desain serta Aplikasi Pembelajaran Berbasis Proyek

Prosedur Pengertian Aplikasi

Keautentikan a. Proyek yang dikerjakan siswa harus mengacu pada permasalahan yang bermakana bagi siswa.

b. Proyek/masalah tersebut harus secara nyata dapat dikerjakan oleh siswa.

c. Dari kegiatan proyek tersebut siswa harus dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu, baik sebagai pribadi maupun kelompok di luar lingkungan sekolah.

a. Proyek yang dikerjakan harus beguna baik secara praktis maupun teoritis bagi siswa.

b. Proyek tersebut harus dapat dikerjakan oleh siswa dalam rentang waktu yang ditentukan.

c. Proyek harus menghasilkan produk (pengetahuan/keterampilan baru). Ketaatan terhadap nilai -nilai akademik

a. Kegiatan proyek harus dapat membantu atau mengarahkan siswa untuk memperoleh dan menerapkan pokok pengetahuan dalam satu atau lebih disiplin ilmu.

b. Proyek tersebut harus dapat/mampu memberi tantangan pada siswa untuk menggunakan model-model penemuan (ilmiah) dalam satu atau lebih disiplin ilmu.

c. Proyek harus mampu mendorong siswa mengembangkan keterampilan dan kebiasaan berfikir tingkat tinggi.

a. Dalam kegiatan proyek siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan bidang studi pokok yang dipelajari.

b. Kegiatan proyek tersebut harus dapat merangsang siswa menggunakan model-model penemuan (ilmiah) dalam satu atau lebuh disiplin ilmu.

c. Kegiatan proyek tersebut harus dapat merangsang siswa menggunakan keterampilan dan kebiasaan berfikir tingkat tinggi.

Belajar pada dunia nyata

a. Kegiatan belajar yang dilakukan siswa berada dalam konteks permasalahan semi terstruktur, mengacu pada kehidupan nyata, dan bekerja/berada pada dunia lingkungan luar sekolah.

b. Proyek dapat mengarahkan untuk menguasai dan menggunakan unjuk kerja yang dipersyaratkan dalam organisasi kerja yang menuntut

a. Proyek harus mengacu pada kehidupan nyata/ permasalahan yang ada di masyarakat.

b. Proyek harus merangsang siswa untuk bekerja secara tim, menggunakan tegnologi yang tepat.

19 persyaratan tinggi.

c. Pekerjaan tersebut mempersyaratkan siswa mapu untuk melakukan pengembangan organisasi dan mengelola keterampilan pribadi.

c. Proyek tesebut mampu merangsang siswa untuk melakukan pengembangan organisasi dan mengelola keterampilan pribadi.

Aktif meneliti a. Siswa menggunakan sejumlah waktu secara signifikan untuk mengerjakan bidang utama pekerjaannya.

b. Proyek tersebut mempersyaratkan siswa untuk mampu melakukan penelitian nyata, dan menggunakan berbagai macam model, media dan berbagai sumber lainnya.

c. Siswa diharapkan dapat mampu untuk berkomunikasi tentang apa yang dipelajari, baik melalui presentasi maupun unjuk kerja.

a. Proyek harus diselesaikan tepat waktu.

b. Proyek harus merangsang

siswa untuk mampu

melakukan penelitian nyata, dan menggunakan berbagai macam model, media, dan berbagai sumber lainnya.

c. Siswa harus mampu untuk berkomunikasi tentang apa yang dipelajari baik memalui peresentasi maupun unjuk kerja.

Hubungan

dengan ahli a. Siswa menemui dan mengamati (belajar dari) teman/orang sebaya (dewasa) yang memiliki pengalaman dan kecakapan yang relevan.

b. Siswa dapat kesempatan untuk bekerja/berdiskusi secara teliti dengan paling tidak seorang teman.

c. Orang dewasa (di luar siswa) dapat bekerjasama dalam merancang dan menilai hasil kerja siswa.

a. Siswa harus mampu belajar dari teman/orang sebaya (dewasa) yang memiliki pengalaman dan kecakapan yang relevan.

b. Siswa harus dapat bekerja/berdiskusi secara teliti dengan paling tidak seorang teman.

c. Siswa harus dapat bekerjasama dalam hal merancang dan menilai hasil kerja siswa. Penilaian a. Siswa dapat merefleksi secara

berkala proses belajar yang dilakukannya dengan menggunakan kriteria proyek yang jelas, yang kiranya dapat membantu dalam menentukan kinerjanya.

b. Orang luar dapat membantu siswa mengembangkan pengertian tentang standar kerja dunia nyata dalam suatu jenis pekerjaan.

c. Ada kesempatan secara reguler untuk menilai kerja siswa, terkait dengan model yang digunakan, termasuk melalui pameran dan portofolio.

a. Siswa harus mampu menilai unjuk kerjanya.

b. Siswa harus mampu bekerjasama dengan orang luar (ahli/praktisi yang sebidang dengan kegiatan proyek).

c. Ada sistem penilaian reguler untuk menilai kerja siswa, terkait dengan model yang digunakan, termasuk melalui pameran dan portofolio.

7. Pedoman Pembimbingan

Dalam membimbimbing siswa pada pembelajaran bernasis proyek ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman tindakan.

20 PRINSIP PEMBELAJARAN PROSEDUR MENDESAIN Sentralistis Pertanyaan Pendorong/ Penuntun Otonomi Investigasi Konstruktif Realistis Autentik Ketaatan terhadap Nilai-Nilai Akademik Belajar pada Dunia Nyata Aktif Meneliti Hubungan dengan Ahli Penilaian

Adapun pedoman pembimbingan menurut Made Wena (2009: 157-159) adalah guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa tanpa turut campur dalam mengambil keputusan serta merancang dan mengembangkan permasalahan yang ada dalam proyek.

Berdasarkan yang sudah dipaparkan diatas berkaitan dengan prinsip, prosedur dan pedoman bimbingan dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat di gambarkan skema hubungannya menurut Made Wena (2009: 159) sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Prinsip pembelajaran dan Prosedur Mendesain Pembelajaran Berbasis Proyek

21

Dokumen terkait